#32

2.1K 370 115
                                    

Valerie menghela nafas melihat pria yang tertidur di atas ranjang hospital wings dengan telanjang dada dan luka di sekujur tubuh nya, terkadang Valerie heran, saat berubah menjadi serigala, apa yang pria ini lakukan hingga ia selalu mendapatkan luka di tubuh nya?

Alis Valerie sedikit naik kala sadar pria ini sedikit meliukkan tubuh nya karena cahaya pagi yang menembus jendela.

Perlahan kelopak mata Remus terbuka, lalu mengerjap pelan. Dan yang pertama kali ia lihat adalah gadis yang ia cintai dalam seumur hidup nya.

"Valerie. . .," suara parau pria itu di pagi hari membuat sang pemilik nama menelan ludah nya kasar.

"Bagaimana perasaan mu?" tanya Valerie, berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Not good, of course."

Valerie menghembuskan nafas nya kasar, ia merasa dalam zona tidak aman mendengar suara lenguhan pria ini di pagi hari. Namun ia kembali mengulum bibir nya, berusaha untuk bersikap seakan semua nya baik-baik saja.

"Kenapa kau bisa keluar dari rumah pohon itu?"

Remus masih memejamkan mata nya, mencoba menyesuaikan kapasitas cahaya yang masuk ke dalam netra nya. "Entahlah, aku tidak tahu apa-apa . . .,"

"Aku hanya mengingat. . .,"

Remus membuka kelopak mata nya perlahan kemudian menoleh ke arah gadis yang masih duduk di samping ranjang nya lalu tersenyum kecil, "Kau yang memanggil ku, Moony."

Valerie menatap pria itu datar, lalu menghela nafas kecil. "Gadis itu masih ketakutan sampai sekarang."

"Siapa?"

"Viola." Valerie diam sejenak, menyatukan kedua tangan nya di atas kaki yang saling berpangkuan itu. "Dia mengigil seperti melihat malaikat maut."

Remus kembali memejamkan mata nya sambil terkekeh pelan, "Aku memang tak pernah mengharapkan nya akan sama seperti kau."

Remus menghela nafas panjang sambil kembali membuka mata nya dan menatap langit-langit ruangan dengan kosong. "Walau aku memperlakukan nya seperti aku memperlakukan mu. Mencoba menimbulkan rasa pada nya seperti rasa ku pada mu. Itu semua tak bisa membuat ku berharap,"

Remus kembali menoleh ke arah gadis ini, "Dia akan sama dengan mu."

Valerie diam, tak mau menanggapi perkataan manis pria ini, karena ia tahu, bahwa apapun yang keluar dari mulut guru nya ini selalu manis, sangat manis. Seperti senyuman nya.

Remus memperhatikan wajah Valerie dengan seksama dan intens lalu kembali tersenyum, "Pada akhirnya, semua perasaan ku kembali. Ia selalu tahu rumah yang di tuju hanyalah kau."

Valerie menelan ludah nya kasar lalu terkekeh pelan, "Bahkan saat sedang terbaring tak berdaya, kau masih bisa menggombal, ya?"

Remus berdecak kecil, "Ayolah. . ., kenapa semua gadis ketika aku sedang jujur, kalian bilang aku menggombal?" Remus menunjukkan wajab cemberut nya, "Padahal aku hanya mengatakan yang sejujur nya!"

Valerie masih terkekeh pelan melihat tingkah pria ini lalu tak sengaja menatap atensi seorang pria yang baru saja masuk melewati pintu Hospital Wings ini.

"Tapi ku rasa," tatapan Valerie kembali pada Remus, "Kakak ku tidak akan merasa diri nya di gombal saat kau berbicara jujur."

Valerie berdiri ketika sang kakak sudah di dekat mya lalu membiarkan pria itu yang duduk di atas kursi nya.

Remus menatap Cedric lembut, "Ku pikir kau sedang di rumah nenek mu dan adik mu yang tak mau ikut karena dia—" Remus menatap gadis itu, "–galak?"

MOON LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang