01-Ridho harahap dan Ridho Yonata.

44 6 20
                                    


"DOHA!"

"Jangan teriak-teriak, Do."

"Aku dari tadi manggil kamunya budek!"

Ridho Harahap, atau yang sering disingkat teman-temannya menjadi Doha itu tersenyum, menunjukkan cengiran lebar khasnya. "Yaudah ayo buruan, takutnya telat."

Mereka berdua berjalan beriringan menuju lapangan sekolah tempat dimana siswa baru dikumpulkan, kedua cowok itu memiliki nama yang sama, Ridho, belum lagi mereka bersahabat, selalu berdua kemana-mana, membuat orang-orang sulit memanggil namanya, jadi keliru, bahkan dulu ada yang tak tau mana Ridho Harahap, mana Ridho H Yonata.

Hingga akhirnya tercetuslah nama Doha dan Dohyon. Orang baru sering bertanya mengapa ada H ditengah-tengah Ridho Yonata. Biasanya yang akan disingkat itu nama paling ujung atau awal, ini justru ditengah. Dohyon tak mau menjawabnya, namun lama-lama orang akan tau, H adalah Hidayat. Nama bapak Dohyon, waktu kecil ia diolok-olok dengan nama bapakanya, Dohyon malu, dan perasaan malu itu terbawa sampai sekarang.

"Amin Jenando." Doha melirik Dohyon yang membaca papan nama orang disebelahnya.

"Gak sopan!" kata orang tersebut.

Dohyon mengerutkan keningnya, tampak anak itu tak setuju, "Papan nama ini kan dibuat untuk mempermudah tau nama temen-temen baruu!"

"Tetep aja nggak sopan, kamu harusnya tanya saya! Nama saya siapa! Gitu!" Amin menunjuk-nunjuk wajah Dohyon sebal, masih pagi, dan baru hari pertama, Dohyon sudah membuat orang sebal. Doha menghela napas saja.

"Yaudah, nama kamu siapa Min?"

"Amin Jenando."

"Lah aku kira Lee Minho! Mamah aku suka Lee Minho loh, nanti aku kasih tau mamah ah aku ketemu Lee Minho!"

Amin memberikan tatapan sebal pada Dohyon dan tak membalas ucapan anak itu, Doha yang merasa tak enak pun dengan canggung meminta maaf, "Dia emang ngeselin, anggep aja cuma kentut gajah."

"Kemarin kamu bilang aku kentut badak?"

"Udah, kamu diem." Doha mendorong tubuh Dohyon, menggesernya agar anak itu tak ditengah lagi jadi kini posisi yang ditengah adalah Doha.

"Nama aku Ridho Harahap, panggil aja Doha." Diulurkannya tangan yang disambut ragu oleh Amin, jaman sekarang masih ada yang kenalana jabat tangan? Ya ada, Doha. Setidaknya lebih mendingan daripada Dohyon yang menyebalkan.

"Nama dia Ridho Hidayat—"

"RIDHO H YONATA! PANGGIL DOHYON!"

"Kenapa Hidayat harus disingkat?"

Dohyon tak menjawab, wajahnya memerah kesal membuat Doha tertawa geli, wajah Dohyon terlihat seperti banteng mengamuk, sangat aneh dan lucu.

"Harusnya kamu dipanggil Dohi."

"Gak! Gak mau!"

Dohyon melipat tangannya kesal.

"Adik-adik sekalian, upacara akan segera dimulai, jadi tolong mulai berbaris."

Dohyon langsung mengambil tempat di belakang tubuh Doha, mencari perlindungan dari panas matahari nanti. Doha yang sudah biasa pasrah saja, padahal ukuran tubuh mereka tak jauh berbeda, malahan Doha sering bilang kalau Dohyon itu lebih besar darinya namun anak itu tak percaya.

Upacara penerimaan anak baru berjalan sangat lama, Dohyon sudah merasa pegal menyerang kaki-kakinya, juga panas yang tiada henti menyorotnya, dengan melirik kanan-kiri, Dohyon berjongkok dibelakang tubuh Doha, semoga saja tidak ketahuan kakak-kakak OSIS.

𝐸𝒩𝐸𝑅𝒱𝒜𝒯𝐸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang