kisah malaikat dan sirius

52 3 0
                                    

Hoseok adalah orang yang ditunjuk kepala desa untuk membantuku selama di Desa Erish. Selain karena rumah kami yang berdekatan, aku rasa penyebabnya karena usia kami yang seumuran. Ia banyak membantuku selama disini, terutama dalam mengarahkan jalan dan memberitahu letak toko dan pasar kelontong. Sesungguhnya, aku ingin berterima kasih kepada kepala desa, karena memberikan lelaki tampan untuk menemaniku.

Sekarang kami sedang memandang bintang di hamparan rumput luas. Ini dataran, bukan bukit. Gila saja bila Hoseok mengajakku mendaki bukit larut malam begini. Tempatnya begitu gelap. Agak sedikit takut saat menuju kesini, tapi aku tidak sendiri. Ada Hoseok yang menemani. Mungkin aku perlu menarik pernyataan tidak menyukai desa ini, karena nyatanya aku menemukan hal yang tak bisa kudapatkan di kota. Ketenangan, dan keindahan alam.

Serius, deh. Tidak pernah kutemukan langit seramai ini sebelumnya. Bintang benar-benar berpijar disepanjang mata memandang, membentuk konstelasi yang biasa disebut rasi.

Rasi bintang hanya terlihat bila langit bebas dari polusi cahaya. Semakin sedikit bintang di langit, semakin tinggi polusi cahayanya. Di kota, banyak lampu-lampu dari gedung menjulang dimalam hari. Meski aku menyukai pemandangan lampu-lampu dari ketinggian, tapi itu membuat langit tak segelap disini,  sehingga bintang pun tak terlihat seindah ini.

 Meski aku menyukai pemandangan lampu-lampu dari ketinggian, tapi itu membuat langit tak segelap disini,  sehingga bintang pun tak terlihat seindah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bagaimana? Apa kau pernah melihat yang seperti ini di kota?” Tanya Hoseok padaku.

“Tidak. Serius, deh! Apa ini nyata? Aku merasa seperti di film hollywood!” Ujarku agak berlebihan, well... Bila kalian melihatnya langsung sepertiku, aku rasa kalian akan bertingkah lebih memalukan. Pemandangan langit di atas sana benar-benar mengalihkan kengerian akan gelapnya di bawah sini.

Hoseok tertawa, tawanya terdengar sangat renyah. Alih-alih merasa tersinggung, aku jadi ikut tertawa. Tawanya itu, menular.

“Ini nyata, Em. Kau bisa menusuk mataku bila tak percaya,” ... Hah? Bila lelucon, itu benar-benar tidak lucu. Serius.

Mungkin karena aku memandangnya aneh, dia tertawa lagi. “Aku bercanda, mana mungkin aku mengubah malaikat yang diutus untuk menyembuhkan orang sakit di Desa Erish menjadi pembunuh. Kecuali ia malaikat pencabut nyawa.”

Kembali menatap langit, tanganku terjulur menyatukan titik-titik bintang dan membuat garis dalam imajinasi. Mengubah pembicaraan. "Canis major.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Amon-RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang