Aaaaa ... akhirnya aku diterima oleh Mowirhit Group! Yes! Aku tak sabar, ingin cepat-cepat memberitahukan kabar baik ini kepada empat ponakan ayamku. Uhh, aku pun sudah tak sabar mendapatkan gaji yang berlimpah, terlebih jabatanku di sana sebagai sekretaris manager keuangan. Lumayan gajinya bisa dibagi lima. Aku segera melangkah ke tempat kamarku berada, berjalan sambil memainkan ponselku. Pertama-tama kubuka aplikasi room chat yang akan terhubung dengan keempat ponakan ayamku. Aku langsung menghempaskan tubuh ke atas kasur, sambil memulai percakapan di grup chat kami.
Keluarga Seblack
Af_Ghe
Anak-anak!
Tante ada kabar menggembirakan!Hana
Woah ....
Apa, Than?Aodi
Kabar apa, Than? Dapat om baru, ya?Af_Ghe
Bukan, his! ༎ຶ‿༎ຶTata
Apa, tuch?
Kabar apa, Than?Af_Ghe
Nanti, kita tunggu Lysandra ....Tata
Si Bontot lagi sibuk sama PR, Than!Hana
Ayo, kalau gitu langsung, cus!Aodi
Than, ayo!Hana
Than! Kok ngilang?
Thanthe!
His!Tata
Rese, ish!Af_Ghe
Sudah?Hana
What?Tata
Ha?Aodi
Hah? Apaan, Than?Af_Ghe
Skip!
Aku mau kasih tahu kalian, kalau Thanthe kalian yang imutnya bukan main ini diterima di perusahaan Mowirhit Group!Lysandra
DEMI?
AHHH ... CONGRATS, THAN!Aodi
@Lysandra gerak cepet, ya, Bund!Hana
Aaaakhirnya! Jangan lupa cari om, Than!Tata
Bener banget! Om jangan sampai tertinggal, ya ....Astaga, apa-apaan mereka? Selalu saja membahas mengenai om, memangnya mereka tidak bosan apa? Ahh, sudahlah, lebih baik aku tidur sembari merenggangkan otot-otot tubuh, agar aku besok dapat bekerja dengan konsisten. Jangan sampai besok aku memberikan kesan yang buruk, jangan sampai! Huft, saatnya istirahat! Masa bodoh dengan badanku yang lengket karena belum mandi. Aku segera membenamkan kepala di atas bantal, seketika rasa kantung menyerangku secara bertubi-tubi. Hingga akhirnya, aku merasakan duniaku mulai menggelap.
***
Pagi ini aku sudah siap dengan setelan kerjaku, lalu melangkah ke dapur untuk mengambil makanan. Namun, sepertinya aku harus menunda sarapan, karena hari ini aku harus berangkat pagi. Tidak boleh sampai terlambat ke kantor. Tidak elite sekali kalau sampai telat di hari pertama, mau dicap karyawan seperti apa nantinya? Uhh, membayangkannya saja aku tak mampu, apalagi jika sampai itu benar terjadi. Maka, matilah aku! Lebih baik aku segera berangkat, untuk sarapan bisa menyusul belakangan. Saat ini, masa depan paling utama!
Aku segera menyambar kunci yang tadi sempat kuletakkan di meja makan, berlari kecil ke luar agar segera sampai di depan kendaraan. Di luar nampaklah mobil butut berwarna merah yang baru aku kredit, karena ingin beli cash, aku 'tak mampu. Aku tidak boleh egois, bukan? Lebih baik aku mengutamakan biaya pendidikan keempat ponakanku, ketimbang membeli mobil baru. Kurasa itu jauh lebih penting, terlebih aku tulang punggung keponakan.
Aku melirik jam kulit yang melingkar di tanganku, ternyata sudah jam 06.41 WIB. Ada baiknya kalau aku segera berangkat. Aku berlari ke arah pintu rumahku untuk menguncinya, lalu berlari ke arah gerbang dan menggesernya ke arah samping. Pertama-tama aku masuk dengan memposisikan tubuh senyaman mungkin, lalu mulai memanaskan mesinnya. aku melakukan hal ini agar mobilnya tidak cepat rusak. Sudah cukup 15 menit untuk memanaskan mobil, setelahnya langsung mengeluarkan mobil. Kemudian aku turun dan menutup gerbang rumah, aku kembali ke dalam mobil setelah merasa semua telah selesai. Mowirhit Group, i'm coming!
Di sepanjang perjalanan aku menyetel musik untuk menemani pagi ini, aku ikut bersenandung mengikuti alunan lagu yang tengah berputar. Aku tak sadar bahwa telah melewati kantorku sendiri, astaga Ghe! Aku segera putar arah, bisa-bisa salah di pagi hari. Ceroboh sekali! Kini aku telah sampai di Mowirhit Group, sebuah keajaiban aku lolos di perusahaan ternama ini. Namun, aku kan, memang pintar, jadi wajar saja kalau lolos.
Aku mulai berjalan mendekati sang resepsionis. "Mbak, saya Afdera Ghe Seblack yang kemarin lolos," ucapku, tak lama resepsionis itu tersenyum sinis, seolah meremehkan. "Bisa antar saya ke ruang kerja?" tanyaku masih berusaha sopan.
"Anda bisa duduk dan tunggu di sana!" titahnya sembari menunjuk ke arah kursi berderet yang ada di lobi.
Aghhh! Sial! Sombong sekali dia! Baru juga menjadi resepsionis, belum menjadi sekretaris tapi sudah sombong! Aku memutar tubuh, melangkah ke arah kursi tanpa mengucapkan terima kasih kepada resepsionis ini. Aku sumpahin, kalau dia belum menikah semoga saja mendapat jodoh yang lebay dan suka menggangunya, kalau sudah menikah, aku harap anaknya nanti rewelnya minta ampun! Kuhempaskan bokongku ke atas kursi, mendelik ke siapapun yang melihat atau hanya sekadar melirik. Pegal juga ya, berdiri terlalu lama, lebih baik aku selonjorkan kakiku. Aku mulai mencari telepon di dalam ranselku, lalu membuka aplikasi instagram untuk stalk mantan, ahahhahha ....
Bruk!
Aduh, kakiku sakit sekali .... Eh, astaga orang ini terjatuh karena aku, kah? Duh, bagaimana ini?
"Astaga, maaf, Pak!" Aku terkejut ketika melihat orang itu terjatuh, karena kakiku yang diselonjorkan ke depan. Aduh, dia masih dalam posisi merangkak, dan sekitar kami cukup ramai oleh beberapa staf yang juga tengah mengenakan pakaian formal sepertiku. Pria itu segera bangkit, sambil membersihkan jasnya yang aku lihat tidak kotor, dasar lebay!
"Kau gila, ya!" Itu bukan sebuah pertanyaan, melainkan pernyataan yang sedikit menyakinkan. Cih, ciri-ciri manusia sombong, tetapi aku 'tak boleh melawan. Akan tetapi, aku kan tadi sudah meminta maaf, lalu kenapa harus dibentak-bentak? Ghe, ingat, hari ini kau harus bersikap sebagai sekretaris yang elegan.
Oke, Ghe, saatnya berpura-pura bodoh, agar dia berhenti membentak. "Saya waras, kok," sangkalku sembari bangkit, sejujurnya aku kesal karena ucapannya, tapi biarlah. Di sini aku juga yang salah, karena kakiku yang menghadang jalan.
"Jalanan ini bukan milik nenek moyangmu, jadi jangan duduk seenaknya!" desisnya sinis, membuatku membalas dengan tatapan yang sama sinisnya. Aku melirik ke sekitar, melihat pada orang-orang yang melihat kami sambil berbisik-bisik.
"Saya tadi sudah meminta maaf, lho, Pak!" Aku 'tak ingin mengalah lagi, secara tadi aku sudah meminta maaf.
"Terlihat sekali kalau tidak ikhlas!" ujarnya sambil berlalu seperti angin, sedangkan aku kembali duduk. Aku mengamati tubuh itu dari belakang, tubuhnya sangat familier di mataku.
"Apa sebelumnya kami pernah bertemu? Jika pernah, tetapi di mana?"
To be continue ....
Ya ampun, aku ngetik lagi gak enak badan, hiks ....
Ketiduran dan ide hampir aja lupa, ngutang update jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Amor Secretaria - Annisa Riskak
RomantikBekerja paruh waktu, tanpa mengenal letih, lelah selalu singgah tanpa bisa disanggah. Namaku Afdera Ghe Seblack, wanita berumur 27 tahun yang bekerja di Mowirhit Group untuk menghidupi empat keponakannya. Seumur hidup tak pernah mengenal cinta, terl...