T D O - 12

32.3K 2.7K 420
                                    

Happy reading!🖤

***

"Mencari ini, Vika?"

Shit!

Vika berbalik dengan cepat. Matanya langsung menangkap Dylan yang hanya menggunakan handuk di bagian bawahnya, namun bukan ini saatnya untuk mengagumi tubuh shirtless Dylan. Dia lebih memilih menatap ponselnya yang di pegang oleh Dylan.

Vika perlahan mundur saat Dylan mulai maju mendekatinya. Ia menahan nafas saat jarak terus mengikis. Vika memalingkan wajahnya, menatap ke segala arah asal tidak menatap Dylan.

"Gelagat kamu terlalu ketebak.." Dylan berkata sambil memainkan rambut Vika.

"Kenapa? Kamu butuh handphone ini? Percuma, semua kontak kamu udah hilang, nggak ada kontak cowok ataupun keluarga kamu, hanya aku!"

Dengan sigap Vika mengambil ponselnya. Ia mulai membuka ponselnya. Benar saja, semuanya seperti telah terestart. Sialan! Fotonya dengan Alanzo? Semua hilang. Mata Vika mulai berkaca-kaca, ia terduduk lesu di tepi kasur.

"Sialan lo, Dylan!" Vika berdiri dan melemparkan ponselnya.

Percuma, ponselnya pun tak ada apapun. Ia berdiri dan langsung menghampiri Dylan. Niatnya Ingin melayangkan tamparan, gagal. Karena Dylan dengan sigap menahannya.

Dylan menyeringai, "Hilang semua ya fotonya? Gimana dong? Aku udah terlanjur hapusin, bisa balik lagi nggak ya?"

"Brengsek!"

Dylan menghempas tangan Vika, satu tangannya menekan rahang Vika. "Jangan mancing aku buat kasarin kamu terus!"

Vika menepis tangan Dylan dan terkekeh, "Emang itu yang aku mau, mancing kemarahan kamu! Kamu tau kan aku lemah? Kalo kamu kasarin aku terus-menerus aku pasti bisa mati! Bagusnya aku mati di tangan kamu aja kali ya?"

Dylan menggeram. "Jangan gila! Sampai kapanpun aku nggak akan bunuh kamu!"

Vika tak menghiraukan ucapan Dylan. Ia melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi, bentakan Dylan tak ia hiraukan. Vika meluruh begitu di kamar mandi, tubuhnya bergetar hebat. Jujur, dirinya bukanlah Vika yang dulu, bukan Vika yang kuat. Ia berbeda semenjak adanya Alanzo, ia lebih lemah jika di dekat pria itu. Namun ia tetap berusaha kuat di depan Dylan, ia tak boleh menunjukkan kelemahannya. Ia pasti bisa. Ia yakin itu. Tunggu saatnya, Vika pasti akan membalaskan dendamnya pada Dylan.

***

Vika menatap kosong sebuah cincin yang tersemat di jarinya. 4 hari lagi adalah hari pernikahannya dengan Dylan. Ia bingung harus melakukan apa, apa ia harus menghentikan pernikahan ini tapi bagaimana caranya? Apa ia harus diam saja dan menurut pada Dylan lalu membiarkan Dylan menikahinya?

Ia harus memikirkan bagaimana cara agar pernikahan ini berhenti. Tapi ia tak tahu, otaknya seperti buntu. Ia bingung, sangat bingung. Bagaimana caranya?

Mendesah frustasi, Vika berdiri. Ia akan mencoba keluar dari ruangan ini dahulu lalu setelah itu ia akan memikirkan cara untuk menghentikan pernikahan konyol yang di lakukan Dylan. Dylan pikir, Vika mau menikah dengan dia? Jelas tidak! Ia bahkan merasa jijik harus tinggal satu atap dengan pembunuh tunangannya.

Saat sedang mencoba membuka pintu, Vika terkejut lantaran pintu tak terkunci.

"Eh!" Vika mengernyit, kamarnya tak terkunci?

Vika mengedikkan bahunya acuh dan berjalan keluar kamar. Dylan sudah menghilang sejak ia selesai membersihakan diri tadi. Entah, ia juga tak tahu kemana perginya pria itu.

The Devil ObsessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang