Author POV
Seorang wanita masih setia dengan senyum yang selalu melengkung dibibirnya. Seolah termenung menerawang sesuatu. 5 menit berlalu, ia masih bersedia terpaku ditepian kasurnya. Sepertinya ia sudah terlalu nyaman dengan posisi seperti itu. hingga akhirnya, sebuah suara deritan pintu terbuka membuyarkan semua lamunannya. ’Mengganggu’ pikirnya
“belum tidur? Ini sudah larut, cepatlah berganti ‘pakaianmu’ atau kau terlalu betah dengan pakaian itu? leena“ yang berbicara dengan sengaja menekankan pada kalimat ‘pakaian’, dan segera mungkin seseorang yang dipanggil leena itu berlari ke kamar mandi, saat mengetahui dirinya masih mengenakan seragam sekolahnya. Dan diikuti dengan kekehan kecil orang yang menegurnya tadi.
“kau masih memikirkannya, eoh? Kan kubilang apa, kau pasti menyukainya” sambungnya, lagi
“tidak, tidak mungkin aku menyukainya, jam. Itu mustahil, “
“jangan mengelak len, aku tahu dirimu. Seperti saat kau menyukainya, tiga tahun yang lalu..” sebuah kalimat yang sederhana namun, berakibatkan kecanggungan. Fatal, hingga keduanya sibuk dalam fikiran masing masing
Leena, dia terpaku mendengar pernyataan teman satu kamarnya. Mungkin dia terlalu sibuk memperhatikan seseorang, sehingga ia lupa jika ia juga harus memperhatikan diri sendiri. Dan kini? Rahasianya terbongkarlah sudah. Padahal ia berfikir, jika ia sudah menutupi semuanya.
Sedangkan jamie, dia termenung ‘mencerna’ perkataan yang baru saja terlontar dari bibirnya. Kenapa ia bisa lost control seperti ini?, apakah leena akan marah? Begitu banyak pertanyaan bersarang dikepalanya, ia akui ia sangatlah ceroboh. Dan ia benci itu.
Leena pov
‘apakah aku sudah bisa menggantikannya? Baguslah kalau seperti itu’ gumamku, saat setelah keluar dari kamar mandi. Dan tentu saja berganti pakaianku. Ku ambil ponsel berwarna putih yang terletak di nakas, dan terlihat berkelip kelip. Tentu saja ada sebuah pesan masuk.
08678XXXX
Hei, apa kau mengingatku?
“Apa ini? Mengingat? Aish,” gerutuku kecil, saat kubuka isinya. Pesan macam apa yang isinya hanya menanyakan ‘apa kau mengingatku’. tapi dia memakai nomor yang tidak kuketahui, tidak bermutu. Aku menaruh ponsel ku secara kasar dimeja, sehingga menimbulkan bunyi yang berisik.
‘sepertinya aku tahu siapa pelakunya’ kulirik jamie yang sedang berkutat dengan ponselnya, pasti dia. Ya, dia.
“hei bebek, kau yang memberikan nomor ponselku pada kakak tadi?” tanyaku,
“aish, aku bukan bebek. Putri sok misterius yang menyedihkan” ia masih sibuk dengan ponsel berwarna pink –nya, mencoba mengalihkan pertanyaanku.
“kau kan mirip seperti bebek, berisik dan kecil” ia malah semakin sibuk dengan ponselnya, dia berhasil membuatku marah kali ini. ku lemparkan bantal pororo kesayanganku kewajahnya. Jamie melirikku dengan tatapan seperti ingin membunuhku saat ini juga. Haha, tak ada sedikitpun rasa takut, aku malah menghampirinya. Kini aku berada tepat didepan wajahnya. Wajah kami hanya berjarak tiga centi.
“kau,, memberikan nomor ponsel ku padanya, hm?”
“aku tidak pernah melakukannya, putri leena" jamie menatapku makin sengit
‘jadi bukan dia? Lalu siapa pengirimnya?’ aku berjalan menjauhi jamie, namun sebelumnya kuambil bantal kesayanganku –bantal pororo- yang melayang sempurna diwajah jam tadi. Dan kembali kekasurku, menatap ke layar benda persegi yang ada ditanganku ini. Mencerna semuanya, kau kah itu?
Kurebahkan tubuhku dikasur yang tidak begitu empuk, “hari ini begitu melelahkan” gumamku, semenit sebelum benar benar masuk kealam mimpi.
T.B.C
huaaa, thanks yang udah mau baca~
jangan lupa voment nya ahh *emot lope lope* sekian dari thaya, telimakacii
KAMU SEDANG MEMBACA
Love?!
Teen FictionApakah cinta itu ada? dapatkah ini disebut cinta? sebegini menyakitkankah cinta? disaat kita menyukainya, namun kita tak dapat memilikinya. karena ia lebih memilih yang lain, itukah arti cinta? atau ini hanya disebut sebagai rasa kagum yang berlebih...