part one-

92 1 0
                                    

Lena pov              

“lenaaa-chan!” teriak seseorang dari kejauhan. Suaranya yang khas dan melengking, membuatku mudah untuk mengetahui siapa orang dibalik suara itu. si kecil yang berisik.

“yak! Kau membuat kuping ku hampir pecah eoh, tak bisa lebih pelan sedikit? kau membuat kantin ini heboh” rolling eyes, itu yang bisa kulakukan saat ini, bahkan kini seluruh mata tertuju pada kami berdua.

Dengan wajahnya yang tak merasa bersalah, dia melihat keadaan sekitar. Dan dapat dipastikan semua mata tertuju pada kami. Memalukan.

“hehehe, maaf” hanya kalimat itu yang ia keluarkan, dengan mengeluarkan senyuman halusnya

“sudahlah, ada apa??” tanyaku mengalihkan perhatian

“sudah dengar berita baru??..” aku menggelengkan kepala ku, tak mengerti maksud dari pertanyaannya yang menggantung

“ haish, Kita kedatangan kakak pembimbing yang tampan, lena-chan. Sangat tampan, dan kurasa umurnya tak jauh berbeda dengan kita. kau harus melihatnya segera” lanjutnya dengan mata yang berbinar-binar seolah membayangkan, orang itu –kakak pembimbing- berada didepannya.

“bukannya kemarin kau mau menjodohkanku dengan juli. Lalu? Sekarang, bahkan belum genap seminggu kau sudah mengganti target” jawabku, lalu melahap sepotong roti yang sedari tadi hanya tersisa satu dimeja,

“lena-chan,,”

Dengan wajah cute yang dibuat olehnya yang seolah menjadi andalan, ketika ia membujukku untuk mengikutinya. Tidak, meng-iya-kan semua perkataannya, seraya menggenggam tanganku. Dan juga tatapan mata yang mengatakan bahwa ‘kau harus mempercayaiku kali ini’ membuatku menggeram frustasi.

“hm,, “ berdeham tanpa menghiraukan tatapannya, dan lebih menyibukkan diri dengan tumpukkan kertas yang berada didepanku.

“ yak! Leena “ ia mengambil seluruh kertasnya secara kasar, membuat beberapa lipatan dibeberapa kertas. Aku menatapnya geram, “baiklah, hanya seminggu kan?”

“lena,, kau harus berusaha untuk melupakannya. Ia tak pantas untukmu, kau berjanji akan.. ”

“...okey, ini yang terakhir” sesegera mungkin aku menyelang perkataanya, sebelum kalimat terakhirnya keluar. Ia tersenyum kemenangan. Dan jujur aku masih belum bisa melupakan semuanya. Dan.. terakhir kalinya? Mungkin kalian akan bertanya-tanya mengapa, namun disini akan kujelaskan.

Dalam sebulan ini aku berusaha untuk dijodohkan, oleh sahabatku sendiri. Entahlah, kurasa sedikit berlebihan untuk melakukan hal ini. Aku bukanlah putri kerajaan, anak dari keluarga terpandang, maupun siswi yang populer dikalangan murid lainnya.

namun satu keistimewaanku, memilliki otak yang pandai diatas rata rata membuatku merasa disegani. tapi aku juga memiliki kekurangan yaitu, kurang pandai dalam bersosialisasi. Aku lebih nyaman berada sendiri, dengan tumpukan buku atau laptop yang biasa menemani keseharianku.

Sebenarnya aku juga merasa risih berteman dengannya, jamie. Si kecil yang berisik, tidak terlalu  pandai, namun dia memiliki kecerian yang penuh, ia hangat, dan juga friendly. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mencoba mendekatiku, saat yang lain sibuk dengan dunianya. But, aku bukanlah seseorang dengan sifat antagonis, dan juga dengan wajah atau fisik yang cacat, sehingga aku lebih suka menyendiri, seperti dalam drama-drama lainnya. ‘aku sempurna’ fikirku.

“cha, ayo kita ke perpus. Kurasa ‘ia’ sedang disana” ia menarik tanganku dengan tiba-tiba. Membawaku kedalam suatu ruangan yang dipenuhi dengan rak yang menjulang dan tumpukan buku.

T. B. C

hehehe, mohon bantuannya ya.. ini masih perdana, mungkin agak sedikit gaje(?). jangan lupa voment nya, saran juga diperlukan loh. buat nambah alur wkwk, thanks udah mau baca

Love?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang