Win menatap cemas matahari yang semakin condong ke barat, matanya tak henti menjelajah sekitar taman, menantikan sosok malaikat itu datang kembali, sesuai janjinya, untuk mengambil lukisan yang sudah dibungkus Win dengan kertas coklat berpita merah.
Pemuda itu menghela nafas kecewa saat garis cakrawala mulai menelan sang surya. Mulai membereskan peralatan lukisnya dengan setengah hati.
Tiba-tiba seseorang menepuk punggung Win lembut, Win menoleh dan tersenyum cerah.
Di tengah temaramnya senja Juli berdiri mengatur nafasnya yang sedikit memburu, sehabis berlari. "Maaf.." serunya disela deru nafasnya yang perlahan normal.
Juli mengenakan mantel coklat panjang, hingga menutupi pergelangan kakinya. Seperti biasa rambut hitamnya tergerai mempesona.
Win meraih bungkusan coklat dengan pita merah tadi, dan menyerahkannya kepada Juli.
Juli mendelik, memiringkan kepalanya sedikit, menatap bingkisan itu tertarik, lalu memandang bingung kearah Win.
"Selamat ulang tahun..." Seru Win sambil menggosok belakang kepalanya canggung.
Tepi bibir Juli tertarik keatas, memberikan senyum terbaiknya. "Terima kasih..."
Bola matanya melebar penuh suka.Win sedikit menunduk, mengetuk ujung sepatu sneaker kusamnya, "Kalau kau mau, aku ingin mentraktir mu makan malam..." Suar Win bergetar saat menanyakannya.
"Oh..."
Win mendongakkan saat mendengar nada menyesal, dan menangkap ekspresi menyesal pula diwajah gadis itu.
"Eh.. T-tidak apa.. mungkin kau sudah punya rencana..." Win gelagapan. Tak terpikir olehnya, gadis secantik Juli pasti merayakan ulang tahun dengan kekasihnya.
"Keluarga ku sudah menyiapkan pesta kecil untuk ku..." Juli tersenyum menyesal, "Emm.. bagaimana kalau besok" lanjutnya malu-malu.
Iris coklat Win membesar, rekah senyum menghiasi wajahnya lagi. Win mengangguk cepat.
Juli terkikik, "Baiklah aku pergi dulu.. " pamitnya sambil melangkah mundur, melambai kecil dengan tangannya.
Win mengangkat kedua tangannya, melambai dengan seluruh tubuhnya, "Happy birthday Juli" teriaknya.
Juli melotot menatapnya, tersipu, kemudian berbalik pergi.
~~~~
Rasanya aneh bagi Win melihat keberadaan Juli di apartemen kumuhnya, diantara perabot tua dan cat yang sudah mengelupas dan menghitam diberbagai tempat.
Gadis itu berjalan gemulai untuk melakukan tur singkat dirumah Win. Andrea dan Tom, adik-adik Win, mengekor kemana langkah Juli, dan berebut menjawab apapun yang ditanyakan Juli.
Mata Win tak pernah lepas dari pergerakannya, mengamati setiap ekspresi yang diberikan gadis itu saat melihat sesuatu yang baru baginya. Seperti foto-foto masa kecil Win.
Rossy memukul kepala Win, membuatnya mengaduh dan melotot bingung ke ibunya.
Juli berpaling, menatap Win dan ibunya tertarik. Rossy dan Win hanya tersenyum gugup. Lalu Juli kembali asik mengamati jajaran foto keluarga Win yang tertempel ditembok secara acak.
"Dimana kau mendapatkan gadis secantik ini..." Bisik Rossy yang sedang memasak spaghetti untuk makan malam mereka.
Win menunjukkan deretan gigi rampinya, "Aku sangat beruntung mom..." Bisiknya balik.
Rossy terkikik pelan, mengangguk setuju dengan perkataan Win. Menepuk pundak putranya itu dengan sayang.
Betapa terkejutnya Rossy saat tiba-tiba Win pulang menggandeng seorang wanita yang sangat cantik, terlebih lagi saat Win memperkenalkannya sebagai pacarnya, Win mempunyai seorang pacar adalah suatu kejutan, dan betapa cantiknya gadis itu adalah kejutan lainnya.
"Win, bagaimana nama mu Winter, sementara lahir di bulan Agustus?" Tanya Juli saat mereka mengintari meja makan, menyantap nikmat spaghetti andalan Rossy.
Win hanya mendelik kearahnya Rossy, yang sudah membuka mulutnya untuk bercerita, sepertinya sudah banyak orang yang menanyakan hal yang sama.
"Saat pertama kali tahu bahwa aku hamil, saat itu tengah badai salju, dan berkah yang sudah lama kami tunggu akhirnya menghampiri kami, dan aku telah berjanji sejak hari itu untuk menamai calon bayi kami Winter." Sebuah cerita yang sering diulang-ulang mengalir dengan lancar.
Juli tersenyum indah, matanya antusias mendengarkan setiap cerita tentang Win.
Win merasakan kehangatan menjalar di seluruh tubuhnya, saat menatap Juli bercengkrama dengan keluarganya, seakan Juli telah lama menjadi bagian dari mereka.
Dan saat itulah, Win tahu,dia akan menghabiskan seluruh waktunya bersama gadis itu, dia harus memiliki Juli seutuhnya.
*************~~~~************
P/s : Kalau berkenan, tekan 🌟, dan tinggalkan 👣
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Patah Hati
RandomKau harus cukup patah hati untuk bisa memasuki ruangan ini. Karena bukan kamu yang menemukannya, tapi dia yang memilihmu. Dan, keajaiban apa yang kau harapkan dari ruang ini. Cukup beranikah kau untuk memasukinya.