Suasana pilu yang terkikis oleh senda gurau saat ini, gelak tawa pun menyeruak disela isakan tangisnya. Asal kalian tahu, hari ini aku secara resmi telah menjadi alumnus SMP Nusa. Disaat yang bersamaan, aku bingung harus melanjutkan ke sekolah mana?! Apalagi Salsa akan ikut pergi ke kota bersama keluarganya, otomatis aku dan Salsa tidak akan satu sekolahan lagi. Salsa dan keluarganya akan berangkat lusa sore, jadi untuk saat ini aku harus bisa memberi moment yang indah sebagai perpisahan meskipun aku tidak menghendakinya.
Kini acara sudah selesai dan para siswa serta orang tua atau walinya pulang ke rumahnya masing-masing. Sayangnya aku hanya didampingi ibu saja, tapi aku harus selalu bersyukur karena aku masih dikelilingi orang-orang baik. Sebagai moment yang tak akan terulang lagi, aku mengabadikannya dengan berswa photo bersama ibu. Wanita tangguh yang selalu menguatkan dan siaga untukku.
"Sini Dhan giliran kita photo." Ajaknya menarik lenganku.
"Bentar elah Sal, lagian benerin dulu tuh make up-nya. Yakali kamu di foto jelek kaya aslinya." Balasku dengan tawa menyeringai tersirat di sudut bibirku.
"Aww sakit Sal, lagian cuma bercanda elah." Ringisku saat lenganku dicubitnya.
"Ga lucu Dhan, garing tau ga!"
"Iya iya maaf Sal. Tapi ini sakit seriusan!" Rutukku kesakitan.
"Itu balasan kalo kamu ganggu seorang Princess!" Teriaknya berlari menjauh dariku.
"Mana ada princess kaya cowo Sal hahha."
"....." Dia menatapku tajam.
***
Huuuh, akhirnya dasi kupu-kupu yang setengah mencekikku ini bisa terlepas juga. Lega sudah, semua presure dalam bentuk ujian beberapa bulan kemarin sudah enyah dari hidupku. Entah itu ujian tulis maupun praktek, yang aku harapkan semoga mendapat hasil yang terbaik dari segala usaha yang aku kerjakan.
Seperti yang sudah aku janjikan sebelumnya, aku mau tidak mau merogoh uang sisaan dari menyewa jas untuk mentraktir Salsa. Walaupun tak seberapa harga es krim di mini market, tapi setidaknya setelah ini aku tidak punya hutang janji lagi padanya.
"Sal, ayo dong pilih mau rasa apa?" Kataku yang sudah dongkol sedari tadi.
"Sabar dong Dhan, ini lagi milih enak yang mana." Sahutnya yang tak berpaling sedikitpun.
Memang harus sabar sekali kalau menghadapi perempuan. Kalau tidak seperti itu, aku harus siap akan ocehan yang membuat gendang telingaku berkoplo ria didalam sana.
"Milih es krim kaya lagi dandan, lama amat sih Sal. Udah hampir sepuluh menit, malu sama yang jualan Sal."
"Damn! Iya ini gua udah ngambil kok." Sambil menenteng es krim pilihannya. "Tinggal bayar deh lu Dhan!" Katanya mempertegas.
"Lu bego apa gimana sih Sal. Lu udah makan aja tuh es krim kan belum dibayar, hadeuh kenapa punya temen kek gini amat." Kataku mengenyahkan rasa malu ku.
Sungguh aku malu dengan tingkahnya, tapi mau gimana lagi udah terlanjur juga. Mau tidak mau aku harus menanggung malu untuk saat ini. Mungkin kalo dia masih bocah balita aku pun akan menganggap wajar akan hal itu, lah ini anak mau ke SMA tingkah kaya gitu. Tolong kuatkanlah aku menanggung semua rasa malu ini.
"Permisi mba, semuanya jadi berapa?" Tanyaku sambil menyodorkan es krimku untuk dipindai barcodenya. "Oh iya mba, temen saya ambil satu tapi udah dimakan duluan. Maaf ya mba."
"Semuanya tertera dilayar ya mas yang harus dibayar." Jawabnya sambil tersenyum.
"Terima kasih mba."
***
Kini aku dan Salsa ada di meja depan mini market, aku dengan es krim cokelat kesukaanku. Menurutku ini adalah rasa terbaik untuk es krim, atau memang aku yang suka sekali dengan cokelat ya?
Kulihat Salsa sangat menikmatinya, aku senang melihatnya tersenyum bersanding dengan diriku saat ini.
"Bagaimana, enak kan?"
"Umm, makasih ya Dhan." Bisiknya mendekatkan wajahnya, dan cup Salsa mencium pipiku.
Aku terdiam sejenak, apa-apaan Salsa berbuat seperti itu. Sungguh menjengkelkan!
"A..Apaan kamu Sal?! Gausah kaya gitu juga kalo mau bilang makasih." Seketika aku terbata dihadapannya. "Lagi pula, pipiku yang masih suci ini ternodai sama es krimmu Sal!" Lanjutku.
"Akh tapi kamu suka kan, Dhan?" Tanyanya dengan seringaian senyumnya yang menggoda.
"Ma..mana ada aku kaya gitu, Sal!" Elakku menahan malu, ini pertama kalinya dicium oleh wanita lain setelah ibuku.
"Es krimnya, bego! Pikiran jomblo gini nih, ga bisa mikir jernih, huh!" Hujatnya sembari memaksaku mencoba es krimnya yang aku tak suka akan rasa strawberry miliknya itu.
Sumpah temen akhlakless, sudah tahu aku tak suka es krim rasa itu malah dipaksa. Jadi belepotan di bibir, kan!
"Sal lo tau gua ga suka, kenapa lo maksa sih! Mana gak ada tissue lagi, akh. Gimana bersihinnya coba." Decihku kesal.
Seketika dengan cepat tangannya mendekati pipiku, "Jangan manja, Dhan!" Lalu dia mencubit pipiku.
"Diam lo Salsa!" Tukasku.
Seperti yang kalian tahu, Salsa adalah wanita L-Men yang paling dekat denganku sedari kecil. Dia adalah anak organisasi dan aku hanyalah makhluk hidup yang penuh dengan kemageran, sampai-sampai jajan pun aku harus memesan kepada Salsa.
Terus terang, tidak sedikit orang yang menganggap aku dan Salsa adalah sepasang burung merpati. Saling terikat dalam sebuah hubungan asmara, tapi ini semua hanya anggapan saja bukan kenyataan. Jadi, tolong jang membuat dugaan yang tidak tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSIS RASA
Short StorySalsa nampak kegirangan ketika Ardhan mengajaknya pacaran. Akan tetapi, dilain sisi Ardhan hanya ingin dirinya terlepas dari kejaran cintanya Risa. Namun sebaliknya, Salsa yang sudah berteman sejak lama dengan Ardhan selalu memendam perasaannya dala...