Pindah

8 1 0
                                    

Senja datang dengan rona jingganya memancarkan keindahan yang terlukis dilangit. Ku rebahkan diri seraya melepas penat yang seolah membebani raga ini. Ku tatap langit kamar, mengingat dia akan berangkat ke kota. Jauh dari rencana awal yang katanya lusa sore. Tapi pada kenyataannya dia harus berangkat besok sore, memang ini terlalu mendadak untukku dan dia.

Sungguh hal ini pasti akan terjadi pada setiap pertemuan akan berakhir pada kata perpisahan, namun perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Semua bisa saja kembali dipertemukan, besok, lusa atau bulan depan bahkan bisa bertahun-tahun yang akan datang tergantung waktu dan semesta yang menghendaki.

***

Secercah cahaya masuk menerobos celah jendela kamarku, mengusik semua hal indah yang singgah di mimpiku malam ini. Sungguh menjengkelkan memang! 

Dengan berat hati, aku harus menggantungkan mimpi indah itu dan bangun untuk mewujudkannya. Memang dunia ini bukan hanya untuk bermalas-malasan!

Pagi ini, aku terperanjat kaget melihat sosok berambut panjang yang berdiri tepat di pintu kamarku saat ini!

"Sudah bangun?" Tanyanya sambil menertawaiku dengan sukma yang belum sepenuhnya sadar.

"Astaga, masih pagi!" Rutukku sambil menutup mulutku yang menguap.

Sejak kapan dia sudah berada di kamarku?! Bisa-bisanya dia bawa sarapan pagi lagi ke kamar, ini pasti ulah mamahku. Dasar!

"Ayo Dhan bangun ih, sarapan dulu." Sodornya memberikan nasi goreng.

"Astaga Sal, aku ini baru bangun. Masih belum sadar sepenuhnya udah di suruh makan."

Dengan malas aku bangun dan mengambil sarapan dari Salsa lalu menaruhnya diatas meja.

"Mau kemana, kok ditaro sih sarapannya?" Tanyanya sambil duduk ditepi ranjangku.

"Mau mandi dulu, gak baik mandi setelah makan. Mengganggu kesehatan!" Tukasku.

Lantas aku keluar kamar menuju kamar mandi seraya mengalungkan handuk, sempat kulihat Salsa berbaring di kasurku yang disibukkan dengan smartphone-nya.

***

Terasa segar sudah tubuhku ini, sebelumnya yang harus berkecamuk dengan air yang dingin di pagi ini.

Lantas aku keluar menuju kamarku dengan handuk yang dililitkan di pinggang.

Aku pun masuk ke kamar untuk berpakaian. Tapi, aku mendapati Salsa yang dengan santainya bermain smartphone di kasurku.

"Sudah selesai, Dhan?" Tanyanya setelah mengendus wangi kehadiranku.

Sungguh menjengkelkan sekali anda Salsa! "Belum! Ya udahlah, ngapain masih disini? Aku mau ganti baju!" Tanyaku sambil mendekapkan kedua tanganku didepan dada.

"Oh ini lagi main hp hehe"

"Terus?"

"Gada terus-terusan hehe!"

"Yaudah kalo gitu nunggu diluar aja Salsa cantik, akunya mau di baju dulu sayang!" Suruhku selembut mungkin agar dia paham.

"Gapapa tinggal di baju aja! Aku sembunyi di balik selimut." Jawabnya yang masih dengan ketawa ketiwi gak jelas yang membuatku naik pitam.

"Huft."

Lantas aku beranjak dan ku tarik selimut, dimana ada Salsa yang bersembunyi didalamnya. Akan ku paksa dia keluar, sudah dengan lemah lembut tapi tak mempan. Jadi, ini satu-satunya cara.

Ku tarik lengannya paksa agar dia keluar dari kamarku, dia masih cengengesan tak jelas. Ampun sudah, siapa pun yang mau Salsa ambil saja makhluk satu ini! Aku sudah jengkel akan dia. Tapi aku akan merindukannya.

"Eh Dhan, sakit!" Rutuknya

"Iya kamu diluar dulu ya, akunya mau di baju dulu. Oke?" Paksaku meminta persetujuan.

Sesaat ku lepas lengannya saat dia sudah berada diluar pintu kamarku, ku belai rambutnya "Jangan nakal ya, jangan ngintip!" Tukasku seraya menutup dan mengunci pintu.

"Gak lah, ngapain ngintipin orang, kaya gada kerjaan lain aja!" Jawabnya dibalik pintu. "Jangan lama-lama, Dhan. Papa udah nunggu dirumah!" Sambungnya.

"Iya, bawel amat sih. Lagian kepagian juga kamu kesininya Sal!" Rutukku kesal sambil membuka pintu.

"Takut keduluan ayam ngebangunin kamu nantinya kalo aku gak kesini, hehe." Jawabnya dengan tawanya yang terbahak-bahak termakan leluconnya sendiri.

"Aku udah bangun dari pas Shubuh tadi, tapi ketiduran selepas shalat!" Tukasku.

"Yaudah kita langsung ke rumah aku aja." Ajaknya seraya menarik lenganku melenggang keluar rumah.

Aku hanya menurut bagai kerbau yang dicucuk hidungnya.

Pagi ini aku harus membantu Salsa berbenah. Seperti yang dikatakan sebelumnya, ia akan pindah lebih cepat dari jadwal yang sudah dicanangkan. Lebih tepatnya sore nanti, aku akan mengantar dan menyaksikan mereka pergi. Entah sampai kapan, aku tak tahu!

***

Sekarang kami sedang diperjalan menuju stasiun, kereta Salsa akan berangkat pada pukul 15.45. Aku ada di jok belakang bersama Salsa dan juga barang bawaan. Sedangkan om Hendra- Ayah Salsa- mengemudi di depan dan ditemani sama pak Budi-kakek Salsa-. Sedangkan di bangku tengah ada bu Yanti- Ibu Salsa- dan ma Eri- Nenek Salsa-.

Tak terasa kami kini sudah sampai di stasiun, terasa amat cepat perjalanan tadi, atau aku yang terlelap dalam tidur di perjalanan sehingga tak tahu lamanya perjalanan?

Kami pun segera bangkit dan langsung masuk stasiun, alih-alih agar tidak ketinggalan. Kulihat jam yang melingkar di tangan kiriku masih ada waktu 12 menit lagi keberangkatan mereka.

Mereka menunggu keberangkatan kereta yang akan membawanya keluar menuju ibu kota.

"Dhan, tolong jagain mamah dan papah ya selama kami di kota. Mungkin ini cukup lama untuk sekedar singgah untuk hidup disana." Pinta om Hendra sambil memegang erat bahuku.

"Iya om, nanti Ardhan jaga mereka." Timpalku untuk menghilangkan kekhawatiran om Hendra.

"Ah, jangan terlalu berlebihan kamu Dra!" Celetuk pak Budi.

Di tengah pak Budi menguatkan hati om Hendra, disana Salsa dengan muka masamnya. Entah apa yang dia rasakan aku tak tahu. Ia hanya tertunduk sebelum kereta yang mereka tumpangi datang.

Tenang Sal, aku akan pakai jam yang kamu berikan padaku. Aku akan ingat filosofi dibalik itu semua!

***

TBC

See you di Next Chapter⏳

Jangan lupa vote and comment juga koreksinya. Terima kasih🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

METAMORFOSIS RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang