Chapter 1

51 5 1
                                    

"Keluar lagi Shien?" suara seorang gadis tertangkap oleh indra pendengarku. Aku menoleh dan mendapati Olivia berdiri di belakangku dengan tangan terlipat di depan dada. Aku hanya mengangguk untuk menanggapi pertanyaannya. Gadis itu menghela napasnya pelan, tidak berniat mengomentari urusanku.

"Hati-hati." Hanya itu yang ia katakan padaku sebelum beranjak menuju kamarnya. Aku hanya memperhatikan sosoknya yang perlahan menghilang dibalik pintu kamar. Tanpa berpikir panjang aku segera meraih jaket hitam dari lemariku, earphone, dan ponsel di atas meja kemudian beranjak keluar rumah. Diriku berpapasan dengan sosok Midam yang masih berkutat dengan lembaran-lembaran kertas yang entah apa isinya di ruang tengah.

"Aku keluar dulu," pamitku.

"Hm, jangan pulang," pemuda di ruang tengah berujar singkat sebelum aku menutup pintu. Ucapan sarkas yang memang khas dirinya.

Malam itu terasa seperti biasanya, gelap, dingin, dan sunyi. Setiap malam memang selalu begitu kan, tidak ada yang istimewa darinya. Yah setidaknya itu menurutku. Jika ada orang lain yang mendengarku berkata seperti ini mereka mungkin akan menertawakanku. Bagaimana tidak, bayangkan saja ada sosok yang mengatakan bahwa tidak ada yang spesial dari malam sedangkan dirinya sendiri hampir selalu berada di tengah malam. Baiklah aku sedang membicarakan diriku sendiri, jadi mari kita beralih.

Jembatan sungai Huangpu di tengah malam merupakan hal yang paling ku suka. Berdiri di tempat ini membuatku merasa seperti semua isi pikiranku disedot habis, tidak menyisakan apapun kecuali ruang hampa. Kakiku memilih diam seolah terpaku ke bumi jika sudah berada di titik itu, membiarkan semua isi pikiran disedot keluar sejenak untuk melepaskan diri dari beban. Kenyatannya bukan hanya aku yang melakukan ini. Jika sudah tiba pada waktunya, siapapun juga perlu hal semacam ini. Hanya saja tergantung pada individu masing masing, dengan cara apa mereka ingin mengosongkan isi pikiran mereka. Untukku, hal ini sudah lebih dari cukup. Berdiri diam memandangi gelapnya air sungai dengan telinga tersumpal earphone yang memutar musik bervolume rendah.

Tap.

Sebuah tepukan di bahu berhasil menarik atensiku. Di sebelah kiriku ada seorang pria asing, usianya mungkin telah menginjak angka tiga puluhan. Dari pakaiannya mungkin seorang pekerja kantoran. Pria itu memintaku untuk berpindah tempat, aku menaikkan sebelah alis penasaran, mengapa pula pria itu memintaku pindah sementara tempat ini begitu luas. Tanpa mempermasalahkanya aku memilih berpindah tempat ke kiri, menyisakan ruang cukup besar antara aku dan orang asing itu.

Tidak sampai sepuluh menit orang itu kembali menepuk bahuku dan kembali memintaku untuk pindah tempat. Sepertinya aku paham ada masalah apa dengan orang itu. Terkadang orang dewasa memiliki beban tersendiri yang mereka pikul di atas bahu, entah itu beban pekerjaan, beban masalah, atau mungkin beban lain, siapa yang tahu kan. Pria itu mungkin hanya butuh suatu ruang untuk bernapas, dan aku tidak memberinya cukup ruang. Karena itu aku memilih kembali pindah tanpa mempermasalahkannya. Akan tetapi tepukan itu kembali hanya dalam waktu singkat. Kali ini aku sungguh mempertanyakan maksud orang ini. Aku sunguh tidak paham, dan siapapun tahu jika tidak adil untuk mengganggu orang lain hanya karena harimu buruk.

"Apa ada masalah tuan?" Aku bertanya sopan walau menahan kesal dalam hati. Serius, itu menggangguku, aku sama sekali tidak menyukai orang asing yang menggangu kegiatanku. Yah walau secara pengelihatan, aku tidak sedang melakukan apa-apa sih. Pertanyaanku memancing raut wajah tak suka dari lawan bicaraku.

"Pindah saja sana! Tidak usah membantah." Orang itu setengah membentak. Nada bicaranya meninggi.

"Terus terang saja, anda mengganggu saya." Aku tidak bisa diam saja dengan ini, lebih tepatnya karena kali ini aku juga sama kesalnya dengan orang ini.

"Berani sekali kamu bicara begitu pada orang yang lebih tua," ucapnya geram. Nampaknya orang itu tidak menyukai kata yang terlontar dari belah bibirku, terbukti dari air mukanya yang semakin mengeras.

Impossible Story : Trail Of NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang