MCMM 7

4 1 0
                                    

Happy Reading♥️

Gladys dan para sahabatnya berkumpul di butik sesuai permintaan Gladys. Di hadapan mereka tersaji minuman dan kue brownies yang tadi diberikan oleh Hasna. Mereka tampak menikmati kue tersebut.

"Gimana menurut kalian? Enak nggak?" tanya Gladys

"Enak banget Dys. Nggak kalah sama kue-kue buatan toko kue terkenal." sahut Ayu yang sudah menghabiskan potongan kue keduanya. "Elo yang bikin, Dys?"

"Gladys bikin kue? Wah itu artinya dunia sudah mau kiamat, Yu." Khansa tergelak mendengar perkataan Ayu. "Lo kayak nggak tau si Gladys aja. Masak air aja bisa gosong."

"Sialan lo, Sa." Gladys melempar bantal ke arah Kirana.

"Ini siapa yang bikin, Dys? Mau dong aku pesan. Mas Jihad senang banget kue ini."

"Ini buatan tantenya Hasna. Tadi gue dibawain sekotak. Anak itu rajin banget bawa kue buat kita. Enak-enak kuenya." jawab Gladys. "Gue ngumpulin kalian karena gue punya ide bagus nih, tapi gue mau tanya dulu pendapat kalian. Kira-kira kue ini layak jual nggak?"

"Layak banget, Dys." sahut Ayu. "Nagih banget rasanya. Rasa coklatnya pas, fudgynya juga dapat banget"

"Gue setuju sama Ayu."

"Menurut elo gimana Win?" tanya Gladys.

"Dari rasa mantap banget. Apalagi kalau bahan-bahannya halal semua."

"Gue punya rencana mau bikin cafe di butik ini. Kalian lihat kan butik ini spacenya gede banget. Sayang kalau nggak dimanfaatkan. Gue pengen lantai dua itu nantinya jadi butik baju muslim dan kain batik. Lantai 3 full kantor majemen. Nah, lantai pertama yang nantinya mau gue jadiin cafe dan sedikit space catwalk stage. Gimana menurut kalian?"

"I think it's a good idea. Tapi siapa yang nanti memanage cafenya? Elo kan pasti sudah sibuk dengan berbagai kegiatan yang seabreg." tanya Kirana.

"Kalau seandainya ide ini disetujui papi, gue bakal minta Ayu atau Wina yang pegang cafe. Gimana menurut kalian?"

"Kayaknya mas Jihad nggak bakal ngijinin aku sering-sering keluar rumah deh."

"Tapi kan sayang ilmu lo kalau nggak kepake, Win."

"Iya sih, tapi aku nggak berani ngebantah omongan mas Jihad. Dia kan suamiku dan aku wajib patuh sama dia."

"Yaelah win, segitu nurutnya sama suami," ledek Gladys.

"Yang namanya istri emang harus nurut sama suami, Dys. Surga kita kan sekarang tergantung suami." Jelas Wina.

"Sudah ah Win, nggak usah bahas hal kayak gitu sama Gladys. Nanti tambah takut kawin dia." celetuk Khansa

"Bukan takut kawin, tapi belum mau kawin." Elak Gladys.

"Kenapa? Takut nggak bebas?"

"Iyalah... umur gue aja baru 24. Masih muda bangetlah buat hidup terikat. Gue masih pengen bebas jalan-jalan, kejar karir, hang out sama kalian tanpa khawatir ada yang nungguin di rumah."

"Umur sekita nggak muda-muda amat kali. Lihat tuh Wina, waktu usia 23 tahun sudah nikah. Qori usia 24 juga sudah nikah. Lagipula menurut gue umur nggak mempengaruhi kesiapan lo untuk nikah. Yang penting mental lo siap atau nggak. Kalau mindset lo kayak gitu sampai umur lebih dari 30 juga nggak bakal siap, Dys," kritik Khansa. Hanya dia yang berani mengkritik dengan cara pedas seperti ini.

"Nggak gitu juga, Na. Aku yakin nggak sampai umur 30 Gladys pasti akan menikah. Asal bertemu dengan orang yang tepat yang bisa membimbing dia," bela Wina. "Nggak ada yang tahu rahasia Allah, dan jodoh adalah salah satu rahasia Allah."

MENGEJAR CINTA MAS-MASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang