Déjà Vu

1.4K 99 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.


"Renjun-ah! Masih belum pulang?"

"Ah Myungho sumbaenim... belum, lukisanku belum setengah jadi. Mungkin setengah jam lagi aku baru pulang."

"Begitu... kalau begitu aku duluan, semangat Renjun-ah!"

"Terima kasih sumbaenim! Hati-hati di jalan!"


Senior itu pun keluar dari studio lukis milik keluarga Huang. Ya, hanya tersisa Huang Renjun di sini. Hanya Renjun dan lukisannya yang baru berjalan setengah dilukis. Renjun melukis sesosok pria bersandar pada pembatas jembatan sambil menghadap ke sebuah sungai. Dengan latar belakang malam hari yang diterangi cahaya bulan dan bintang, orang-orang yang melihat mungkin akan berspekulasi jika pria di lukisan itu tengah memandangi langit malam yang begitu cerah.


Dan mengapa Renjun memilih untuk melukis sesosok pria itu? Entahlah, Renjun pun tidak tau alasannya. Seminggu kemarin dia bermimpi melihat pria yang tengah di gambarnya ini. Berada di jembatan sungai Han, berjalan bersamanya sambil menikmati indahnya langit malam hari. Hanya saja dirinya tidak bisa melihat dengan jelas rupa pria itu. Wajahnya buram.


Tapi ada satu hal yang dia rasakan tentang mimpinya seminggu yang lalu. Dia merasa deja vu. Seperti ada rasa tidak asing mengenai pria itu.


"Renjun-ah..."


Renjun yang tengah fokus menengok ke arah pintu yang mana terdapat sang kekasih yang bersender di sana.


"Oh, Jaemin-ah! Sejak kapan ada di situ?"

"Sejak kau fokus terhadap lukisanmu."


Jaemin melangkahkan kakinya menuju Renjun. Tangannya memeluk leher Renjun yang tengah duduk di depan lukisan setengah jadi.


"Apa yang kau lukis hari ini hm? Apa kau melukis tentang diriku?"

"Tidak... aku melukis tentang seorang pria yang tengah memandangi langit malam. Baru setengah jadi, tapi aku yakin kau bisa melihatnya."


Jaemin menatap lukisan Renjun. Ada sedikit rasa terkejut yang menghampirinya tatkala melihat lukisan setengah jadi itu. Seorang pria berbaju hijau tengah menghadap sungai Han sambil menikmati langit bertabur bintang dan bulan. Jaemin kenal postur tubuh dan baju itu. Dia kenal betul siapa yang tengah Renjun lukis.


"Apa bagus?"

Jaemin kembali dari lamunannya tentang sosok itu, "Y-ya? O-oh... lukisanmu tidak pernah tidak bagus, Renjun-ah. Ayo pulang, sudah terlalu malam untuk melukis."


Renjun menyetujuinya. Dirinya melepas apron yang dia pakai lalu membereskan peralatan lukis miliknya. Lukisannya yang setengah jadi dia biarkan semalaman di studio. Setelah selesai Jaemin sudah menunggunya di pintu.


LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang