First シート: Prologue (Kurungan)

44 5 0
                                    

"Terimalah hukumanmu sialan, hahaha!" Aku berjalan meninggalkan seorang gadis culun yang menangis ketakutan di kamar mandi itu.

"Ayo kita pergi." Ujarku pada teman-temanku yang berdiri tepat di belakangku dan mengekor kemanapun aku pergi.

Kehidupan ini begitu sederhana dan sangat menyenangkan. Senyumku ini terlalu mahal untuk dipandang mereka, tapi tidak ketika senyumku ini berubah menjadi ketakutan terbesar bagi mereka semua. Aku tidak tahu kenapa, tapi kenapa mereka begitu takut? Cih.

Bahkan primadona sekolah ini pun telah terlepas dari jabatannya, maksudku bukan lagi menjadi matahari sekolah. Aku tidak tahu kenapa, dan mereka malah menganggapku sebagai orang yang sekarang mengambil alih nama itu. Aku tidak keberatan ataupun sangat bahagia akan julukan yang didambakan oleh seluruh murid disini.

Julukan seperti itu terlalu kecil untuk derajatku bukan? Tidak bermaksud menyombongkan diri, nyatanya aku tidak terlalu menganggap hal itu penting. Terserah apa kata mereka, hidupku adalah hidupku. Aku hanya ingin menikmati hidupku dengan tenang.

"Sudahlah ibu jangan menceramahiku!" Seperti biasa, makan malam yang membosankan. Ibuku selalu saja membuka mulutnya dengan perkataan yang begitu panjang padaku. Aku tidak seberapa mendengarkannya karna itu terlalu membuang-buang waktuku.

"Thersa! Kembali! Habiskan nasimu!" Seperti itulah, namun aku tidak peduli dan tetap melanjutkan jalanku menuju kembali ke kamar.
Lihat, bahkan notifikasiku penuh dengan email yang mengirimiku pesan-pesan tidak berguna. Mereka menawarkan dan terus menawarkan. Menjadi model ini, itu, yang membuatku sama sekali tidak tertarik, sungguh. Aku pernah sekali memperlihatkannya pada salah satu temanku. Dan mereka terkejut bukan main, mata mereka seakan-akan berbinar-binar melihat seisi emailku yang penuh.

"Kau harus menerimanya! Itu sangat fantastis!" Aku menghela nafasku dengan ucapan temanku itu. Walaupun dia berkata seperti itu, itu sama sekali tidak membuatku berminat. 0% yang ada. Email itu penuh, sudah berkali-kali aku harus menghapus semuanya, tapi percuma mereka terus berdatangan dengan tawaran-tawaran yang membuatku muak, jadi kubiarkan saja sampai penuh, atau mungkin meledak.

"Jadi siapa yang menjadi target selanjutnya?" Aku menyilangkan kakiku sembari meminum coklat panasku. Mataku memandang malas seluruh murid perempuan yang sedang duduk di hadapanku dengan raut wajah yang sedang berpikir. Siapakah mereka? Teman. Bukan teman seperti yang kalian pikirkan, kawan. Mereka hanyalah sekedar pembantuku. Terlihat kasar bukan perkataanku? Tapi aku hanya bisa mengartikannya seperti itu. Karna..memang faktanya begitu, mereka membantuku dalam misi ini. Kami berbicara hanya untuk mencari target selanjutnya. Dan.. Lainnya hanya pembicaraan ringan saja.

Mengapa begitu? Karna aku tidak terlalu mementingkan apa itu pertemanan. Aku merasa seperti tidak membutuhkan hal itu. Tanpa aku cari, mereka datang dengan sendirinya dan bersedia menjadi temanku. Aku tidak keberatan dan mengangguk, lumayan kan? Setidaknya aku tidak terlalu repot mengurus hal itu sendirian.

Namun, semuanya telah berakhir.
Semuanya telah lenyap. Dihadapanku, di mataku. Sebuah kejadian telah merenggut semua kebahagiaanku. Merenggut mereka yang kusayangi. Sebuah kejadian yang mengubah segalanya bagiku, seakan...mengubah takdirku.

Pertama kali aku mengeluarkan air mataku. Merasakan kesakitan yang luar biasa di dalam hatiku. Hingga aku tidak bisa melakukan apapun lagi selain pergi.

Tidak ada lagi kebahagiaan yang tertulis dalam takdirku. Seakan semuanya telah menjadi duniaku yang terbalik. Termenung dan tidak memahami rasa sakit, namun kemudian memahaminya di setiap hari yang berlalu.

Tidak ada yang kupandang selain hujan yang begitu deras. Awan-awan hitam bergandengan tangan di atas langit. Langit kelam tanpa setitik pun cahaya. Matahari tak menampakkan cahayanya, hingga seisi duniaku hanya ada kegelapan.

Kegelapan di sebuah jurang. Kesendirian dan kepiluan menyergapku hidup-hidup. Tiada lagi yang kusesali selain berniat untuk menebus dosaku. Aku ketakutan pun tiada orang yang akan memelukku dalam ketenangan.

Aku hanya sendiri dengan segala tekad yang kupunya. Aku berdiri atas pondasiku yang selalu kupegang. Kusimpan rapat seluruh air mataku pada toples yang kuat. Aku ingin segera pergi dari kurungan ini dan terbang bebas pada dunia yang luas.

Tapi, akankah aku bisa melewati semua ini?
Jurang mematikan ini sangat membuatku terkejut.
Aku tidak tahu hidupku akan menjadi apa setelah ini.
Impianku telah hancur, kertas harapanku seakan telah terbakar habis.
Apa aku akan mati disini?

Vannesrain シート :  Rain Of Black CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang