Bagian 30 (End)

377 12 1
                                    

Happy Reading

***

Dari detik ke menit lalu ke jam, dari hari ke minggu lalu ke bulan dan akthirnya ke tahun, rasanya begitu sangat cepat berlalu. Terkadang kita sering berkata, perasaan baru kemarin setiap waktu hidup kita berjalan begitu cepat.

Sama halnya dengan yang Ester rasakan hari ini, rasanya baru kemarin Ester memasuki universitas dan menyandang status sebagai mahasiswi, rasanya baru kemarin Ester lulus sidang skripsi dan uji kompetensi, dan rasanya baru kemarin Ester mengadakan wisuda lalu mendapat pekerjaan sesuai dengan profesi yang diinginkannya.

Ester menatap pantulan dirinya lewat cermin, ia tersenyum kecil saat sadar bahwa pantulan dirinya terlihat sangat cantik dengan gaun putih yang membalut tubuh langsingnya.

Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Alcan, rasanya memang secepat itu.

Alcan menepati janjinya untuk melamar Ester setelah kelulusan, mereka bertunangan hingga dua tahun berikutnya barulah Alcan melamar Ester untuk menjadi istrinya.

Ester juga tidak ingkar janji saat ia tidak ingin melangkahi kakaknya untuk menikah duluan, setahun lalu Evan melamar Vero dan langsung menikah. Selang setahun barulah Ester juga menyusul menikah dengan Alcan.

"Sudah siap, Sayang?" Mama tiba-tiba masuk ke kamar Ester membuat gadis itu melirik mamanya yang berjalan menghampirinya. Disusul Papa yang masuk ke kamarnya juga.

"Siap, Ma," jawab Ester tanpa melunturkan senyumannya.

"Anak Papa sudah besar, sudah dewasa," gumam Papa sambil mengusap kepala Ester dengan hati-hati takut riasan rambut Ester rusak olehnya.

Ester mendongak menatap Papa dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Baru kemarin Papa gendong-gendong kamu, gantiin popok kamu, eh sekarang udah mau jadi milik orang aja," ucap Papa lagi sama dengab Ester, kedua matanya ikut berkaca-kaca begitu juga dengan Mama.

"Papa sama Mama jangan nangis, nanti Ester ikutan nangis," ujar Ester,  tenggorokannya terasa sakit karena menahan tangis.

Papa tersenyum lalu berjongkok di hadapan Ester yang masih duduk di kursi meja rias. Papa menatap kedua mata Ester dan menggenggam kedua tangan puterinya.

"Dengerin Papa ya, Sayang," ucap Papa yang dibalas anggukan oleh Ester.

"Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang istri, jadilah istri yang baik dan selalu menuruti perkataan suami. Jangan jadi istri yang durhaka, Papa gak mau anak Papa seperti itu, paham?"

Ester mengangguk, tangisnya pecah sudah tidak bisa ditahanya apalagi saat Papa berdiri dan memeluknya dengan sangat erat tak lupa ciuman juga Ester rasakan di pucuk kepalanya.

Selanjutnya Mama yang memeluk Ester tak lupa Mama juga memberikan wejangan-wejangan penting agar Ester menjadi seorang istri dan ibu yang baik kelak.

Setelah acara memberikan wejangan kepada Ester, kedua orang tua Ester kembali keluar dan mempersiapkan diri sementara Ester harus menambah waktu untuk sedikit memperbaiki make up-nya yang sedikit rusak akibat tangisnya tadi.

***

Janji suci sudah diucapkan oleh Alcan beberapa menit yang lalu, sekarang Alcan dan Ester berdiri di pelaminan untuk menyambut tamu-tamu yang memberikan ucapan selamat untuk mereka berdua. Alcan yang tidak pernah tersenyum pun hari ini menampilkan senyuman terbaiknya membuat beberapa tamu kaum hawa yang masih jomlo memekik tertahan melihat senyum manis Alcan. Ingin rasanya mereka mendekati Alcan untuk melihat lebih jelas senyum manis cowok itu, tetapi mereka sadar bahwa cowok dengan senyum manis yang mereka idolakan itu sudah memiliki pawang resmi.

Chance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang