10# Nobert

1.8K 203 19
                                    

Kakek telah meyakinkan Harry agar tidak mencari-cari Cermin Tarsah lagi dan selama sisa liburan Natal, Jubah gaib tetap terlipat di dasar koper Harry. Harry ingin sekali segera melupakan apa yang pernah di lihatnya di cermin. tetapi tidak bisa. Dia mulai mendapat mimpi buruk. Berkali-kali dia bercerita padaku dahulu kalau bermimpi tentang orang tuanya yang menghilang dalam kilatan cahaya hijau sementara terdengar tawa tinggi melengking, kuhanya mengusap punggungnya.

"Lihat, kan, Dumbledore benar. Cermin itu bisa membuatmu gila," kata Ron, ketika Harry bercerita tentang mimpi buruknya pada Ron dan Hermione.

Hermione, yang kembali sehari sebelum semester baru dimulai, punya pandangan lain tentang kejadian itu. Dia setengahnya merasa ngeri membayangkan Harry meninggalkan kamar, berkeliaran di sekolah selama tiga malam berturut-turut ("Bagaimana kalau Filch menangkapmu!") dan setengahnya merasa kecewa karena dia tidak berhasil menemukan siapa Nicolas Flamel.

Ah rasanya aku ingin memberitahu mereka siapa itu Nicholas Flamel

Mereka sudah nyaris kehilangan harapan menemukan Flamel dalam buku perpustakaan, meskipun Harry masih yakin dia pernah membaca nama itu entah di mana

kau lupa kalau kau pernah membaca nama Nicholas Flamel di kartu cokelat kodok Har

Begitu semester baru mulai, mereka kembali membuka-buka buku selama sepuluh menit dalam waktu istirahat mereka. Waktuku dan Harry bahkan lebih sedikit dari Hermione dan Ron, karena masa latihan Quidditch sudah mulai lagi aku harus melatihnya.

Wood melatih timnya lebih keras dari sebelumnya. Bahkan hujan yang turun terus menggantikan salju tidak mematahkan semangatnya. Si kembar Weasley mengeluh Wood telah menjadi fanatik, tetapi Harry memihak Wood aku berada ditengah-tengah. Jika mereka memenangkan pertandingan berikutnya, melawan Hufflepuff, mereka akan menyusul Slytherin dalam Kejuaraan Antar-Asrama untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun.

Lepas dari keinginan untuk menang, Harry menyadari bahwa mimpi buruknya berkurang jika dia kelelahan sehabis berlatih.

Kemudian, dalam satu sesi latihan di bawah hujan deras dan berlumpur, Wood menyampaikan kabar buruk kepada timnya walau ku tidak menganggap berita itu buruk sekali.

Dia baru saja marah besar kepada si kembar Weasley yang tak henti-hentinya saling serang dan berpura-pura terpeleset dari sapu mereka.

"Kalian bisa tidak sih berhenti main-main!" teriaknya.

"Tindakan seperti itulah yang akan membuat kita kalah dalam pertandingan! Snape akan jadi wasit kali ini dan dia akan mencari-cari segala alasan untuk mengurangi angka Gryffindor!"

Uncle jadi wasit? dia bahkan membenci Quidditch tidak bisa dipercaya

George Weasley benar-benar jatuh dari sapunya mendengar ini.

"Snape jadi wasit?" katanya dengan mulut penuh lumpur.

"Kapan dia pernah jadi wasit pertandingan Quidditch? Dia pasti tidak akan bersikap adil jika ada kemungkinan kita menyusul Slytherin." Anggota tim lain mendarat di sisi George untuk ikut mengeluh.

"Bukan salahku," kata Wood. "Yang jelas kita harus menjamin bahwa kita bermain bersih, sehingga Snape tak akan punya alasan untuk menyalahkan kita." kau keren Oliv walau sedikit menuduh uncle....

kuakui Uncle membenci apapun tentang Gryffindor kecuali Lily Evans tentunya.

Anggota tim yang lain masih tinggal mengobrol seperti biasanya seusai latihan, tetapi Harry langsung memegang tanganku kembali ke ruang rekreasi Gryffindor. Ron dan Hermione sedang bermain catur di situ. Catur adalah satu-satunya kegiatan yang Hermione bisa kalah, sesuatu yang menurut Harry dan Ron sangat baik untuknya.

EXPECTO PATRONUM | HARRY POTTER X OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang