4

10.3K 697 16
                                    

Sebelum baca, vote dulu, biar enak gitu><

____


Aqila sedang berjalan menyusuri anak tangga, jujur Aqila sangat heran, mengapa di rumah Devan banyak sekali pelayan dan pengawal serta bodyguard? Bahkan jika dihitung bisa mencapai ribuan pengawal dan pelayan di area rumah itu.

Aqila kini sudah sampai di depan pintu kamar Devan, ia melangkah masuk dan tiba-tiba terkagum dengan isi kamar Devan.

Kamar Devan sangat sederhana, kamar itu bernuansa biru laut, dengan sedikit hiasan dinding dari foto, lukisan, dan bunga rangkai.

Aqila kemudian mencapai koper yang berisi barang-barangnya itu, ia kemudian merapikan baju-bajunya kedalam lemari milik Devan. Bukan milik Devan, tapi milik Devan dan Aqila berdua.

"Qila, Sayang!" panggil Devan masuk ke dalam kamar.

"Kak Devan." Aqila berdiri dan tersenyum.

"Gue pergi keluar sebentar, ya!" pamit Devan.

"Kemana, Kak? Ngurusin bisnis?" Devan hanya mengangguk, dan tentu Aqila mengerti.

"Yaudah gue pergi, ya." Devan hendak melangkah. Namun, dijegah oleh Aqila.

"Salim." Aqila meraih tangan kanan suaminya itu, lalu menciumnya dengan lembut. Devan tersenyum, ia tau, ini adalah kebiasaan suami istri jika salah satunya hendak pergi. Setelah Aqila selesai mencium punggung tangan Devan, Devan langsung meraih kening Aqila dan menciumnya.

"Assalamualaikum," pamit Devan.

"Waalaaikumsalam warahmatullahi wab ... ."

Punggung Devan mulai tak terlihat dari sekitar kamar, setelah kepergiannya, Aqila kembali mengambil posisi untuk berberes-beres.

Cukup lama Aqila berberes-beres, beberapa menit kemudian Rendy tiba-tiba mendatangi Aqila ke dalam kamar. Rendy tak masalah masuk ke dalam kamar, karena Rendy sendiri sedang diikuti seorang pelayan untuk berjaga, tentunya tak masalah Rendy memasuki kamar itu.

"Hawoo!" sapa Rendy cengengesan.

"Ngapain, Ren?" tanya Aqila melirik sekilas Rendy.

"Gak ngapa-ngapain kok, Kak, eh, Qil, eh, Teh, eh manggil apa sih?" kesal Rendy.

"Panggil Aqila, Mbak aja!" tutur Aqila tersenyum damai.

"Oh, oke. Mbak, udah siap beres-beresnya?"

"Udah kok, Ren, emang kenapa?"

"Rendy mau ngajak Mbak keliling rumah. Mau gak?" Rendy menaikkan kedua alisnya.

"Emm, boleh deh, Aqila juga mau liat-liat rumah, Kak Devan."

Kedua sejoli itu pun meninggalkan kamar, dan berlalu pergi. Para pelayan tak masalah dengan kedekatan keduanya, karena mereka 'kan punya hubungan, adik dan Kakak ipar, tak masalah dong? Biar begitu, beberapa pelayan dan pengawal mengawasi Aqila dan Rendy.

---------------

Devan sekarang sampai di sebuah tempat, di mana itu adalah markasnya dan para anggota-anggota mafianya. Di dalam markas sana banyak para bodyguard dan pengawal, di dalamnya juga banyak tertata senjata api, salah satunya senapan.

"Selamat siang, Tuan." Bodyguard itu menunduk hormat.

"Hemmm. Di mana Azil?" tanya Devan mencari sahabatnya yang bernama Azil.

"Di dalam ruangan senjata, Tuan!" jawabnya.

Devan segera melangkah dan memasuki ruangan itu, ruangan ia dan teman-temannya menyimpan banyak senjata.

Devan&Aqila [SUDAH END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang