15

6.6K 397 1
                                    

Grep!

Deg!

"Tenang, Qila! Gue cuman bercanda kok, jangan takut!" ucap Devan memeluk Aqila dari belakang.

Aqila bernafas lega, ia pikir suaminya ini benar-benar akan melakukan hal malam pertama disiang bolong seperti ini.

"Beneran 'kan? Nanti Kakak tiba-tiba apa-apain Aqila," lirih Aqila menatap Devan.

"Hehehe, kalau lo mau, kenapa enggak." Devan terkekeh geli, sementara Aqila hanya mencerucutkan bibirnya.

"Ih, Aqila gak mau lah!" tukasnya.

"Hahahaha, yaudah kita keluar, yuk!" ajak Devan dan diangguki oleh Aqila.

Devan kemudian sedikit berjinjit, dan mengambil kunci pintu di atas lemari tersebut.
Devan langsung saja membuka pintu, dan kedua pasutri itu pun keluar dari kamar.

"Kak Devan luan aja ke bawah, Aqila mau buang air kecil dulu." Devan hanya mengangguk dengan sedikit senyum tipis dibibir pinknya.

_________

Tap ... tap ... tap!

Langkah mungil Aqila sedang menuruni anak tangga yang lumayan panjangnya. Ia tersenyum kala melihat suaminya sedang bermain Handphone di sofa, dengan kaki yang dinaikkan ke atas meja karena Aqila melihat beberapa pelayan sedang mengepel lantai.

"Lagi ngepel, ya, Bik?" tanya Aqila pada pelayan yang setengah paruh baya.

"Iya, Nyonya, Nyonya mau lewat? Yasudah silahkan, Nya." Pelayan itu mempersilahkan Aqila untuk melewati lantai yang sedang diPel.

Aqila tersenyum manis, ia kemudian melangkah menuju Devan. Namun, tiba-tiba ...

Brugh!

"Ah, aduh." Aqila meringis kala ia terpeleset di atas lantai yang masih basah itu.

Devan yang mendengar jeritan Aqila pun melirik arahnya, ia langsung panik setelah melihat Aqila sedang tersungkur di atas lantai dengan wajah yang kesakitan.

"Aqila." gumam Devan berlari.

"Aqila?! Kenapa bisa jatuh?" tanya Devan berjongkok.

"Mana Aqila tau!" jawab Aqila acuh. "Kak sakit," lirihnya.

Aqila pun berdiri diikuti oleh Devan, Aqila sedikit kesusahan untuk berdiri, mungkin kakinya keseleo.

Brugh!

"Aduh, kak. Kak, kaki Aqila sakit." Aqila terjatuh di pelukan Devan dengan mata yang berkaca-kaca seperti ingin menangis.

"Ma - maaf, Nyonya." Pelayan itu tunduk ketakutan, lantaran ia takut dimarahi oleh Devan.

Wajah Devan merah marah, ia mengambil seember air yang digunakan pelayan itu untuk mengepel dan ...

Byur!

Devan menyiram pelayan itu tanpa bersalah, pelayan itu hanya pasrah saja, ia tau kalau ini pasti akan terjadi.
Sebagian pelayan di sana menunduk melihat pelayan yang disiram oleh Devan.

"Udah, kak! Ini jugak Aqila yang salah, Aqila gak hati-hati tadi," ucapnya menenangkan Devan.

Devan langsung mengendong Aqila ala bridal style menuju sofa. Samping di sofa, Devan mendudukkan Aqila dipangkuan nya.

"Yang mana sakit?" tanya Devan lembut.

Aqila hanya menunjuk kaki kanannya yang tepat di pergelangan kakinya.
Devan mengangguk, ia menyingkap ke atas bagian rok Aqila agar Devan leluasa mengurut kaki Aqila. Dan Devan pun memulai mengurut kaki Aqila.

Awalnya Aqila biasa-biasa saja, tapi ketika Devan memutar kaki Aqila, tiba-tiba Aqila meringis kesakitan.

"Ahk ... udah, Kak! Sakit," ringis Aqila sesekali menggigit pundak Devan.

"Sabar, Sayang! Nanti kalau dibiarin Kaki kamu bisa bahaya," ucap Devan memutar-mutar pergelangan kaki Aqila.

"Tapi, sakit, Kak!" cicit Aqila menenggelamkan kepalanya di curuk leher Devan.

"Bentar, lagi." Devan pun memutar  pergelangan kaki milik Aqila.

"Ahk, Kak Dev!" Sedikit Aqila hampir menangis.

"Udah mendingan?" tanya Devan.

"Emmm, udah Kak," jawab Aqila menurunkan kakinya.

"Ternyata suami Aqila pandai mengurut, ya. Hemm, kenapa Kakak gak jadi tukang urut aja," cibir Aqila terkekeh.

"Iya, gue bakal jadi tukang urut. Tapi, tukang urut pribadinya Aqila Azalia Mahendra." Devan tersenyum, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Aqila dan menggesekkan hidungnya ke hidung Aqila.

Keromantisan yang tak patut di tempat umum. Yah, kita harus mengatakan itu tempat umum, pasalnya banyak orang di sana, mungkin menyampai ratusan orang? Belum lagi para bodyguard dan pelayan yang di luar.

Dertt ... dertt.

Getaran handphone Devan berbunyi, Devan langsung menurunkan Aqila dari pangkuannya dan merogoh kantong untuk mengambil handphone.

'Apaan?' ketus Devan dari telfon sana.

"..."

'Gue gak bisa.'

"..."

'Lo sama dia aja. Gue lagi ada urusan.'

Tuttt, tuttt, tut.

Devan langsung mematikan telfonnya.

"Siapa, Kak?" tanya Aqila.

"Temen, dia ngajak nongkrong."

"Terus Kakak gak ikut nongkrong?"

"Enggak. 'Kan, gue masih mau ngehabisin waktu sama lo!"

"Ouhh. Kak, Aqila pinjem Handphone, Kak Devan." Devan tanpa segan memberikan Handphone miliknya ke sang istri.

"Gue juga pinjem hp lo." Aqila juga tanpa segan memberikan handphonenya.

Kini keduanya bertukar handphone, dan tujuan keduanya adalah melihat kontak.
Devan tersenyum ketika melihat nama nomornya pada kontak Aqila.
'ImamKu❤️' itulah nama kontaknya yang dibuat oleh Aqila, tak lupa dengan Love berwarna merah.

Sebaliknya Aqila juga tersenyum melihat nama kontaknya dihandhphone Devan. 'My Wife👸💍' tak lupa dengan emoticon seorang putri dan cincin. Katakanlah mereka alay atau bucin, tapi itu semua realita dalam penganggapan mereka satu sama lain.

*
*
*
*
*

Devan&Aqila [SUDAH END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang