•03•

85 34 17
                                    

Secercah cahaya perlahan-lahan masuk ke dalam mata seorang gadis. Ya, mata Fanya. Fanya terus memfokuskan penglihatannya. Samar-samar menjadi nyata, gadis itu melihat ada seorang siswa yang membelakangi dirinya. Fanya memperhatikan sekitar...

Ini dibelakang gedung, lebih tepatnya di belakang kelas 10 IPS. Asumsi Fanya sangat tepat.

Fanya segera bangun dari kursi yang didudukinya, tetapi tak bisa.

"Ck! huh! Pake diiket segala lagi tangan sama kaki gue!" geram Fanya. Suara Fanya yang lumayan keras itu membuat siswa itu membalikan badannya dan mengahadap ke Fanya. Siswa itu mengenakan jaket hitam kulit dan menggunakan topeng badut. Sepatunya!

Gue kayak pernah lihat sepatu itu, di mana, ya?

"Siapa lo?" tanya Fanya. "Gue gak kenal, ya, sama lo dan gue rasa gue gak pernah punya masalah sama lo! Jadi ngapain lo bawa gue ke sini?!" Fanya merasa sangat marah dengan orang yang ia tidak ketahui identitasnya ini.

"Hai, Cantik!" sapa pria itu canggung.

Fanya memicingkan matanya. "Lo siapa?" tanya Fanya sedikit gugup

"Aku salah satu penggemarmu!" katanya yang membuat Fanya sedikit merinding.

Alis gadis itu menaut. "Maksud lo?" tanya Fanya tak mengerti.

"Aku mencintaimu, Fanya."

Jijik! Itu yang ada di pikiran Fanya sekarang.

"Apa lo yang ngasih gue kotak misterius itu?" todong Fanya.

Dia hanya mengangguk.

"Artinya?" tanya gadis itu kembali.

"Itu pasti akan terjadi karna kamu pasti akan menentangku."

Kring.....

"Eh, eh, apa yang mau lo lakuin?" tanya Fanya saat bangkunya di dorong ke depan. Tamatlah.

"Kamu diam di sini, ya. Aku mau ke kelas," ucap cowok itu dengan ramah. Benar-benar gila, ya Tuhan!

Ditinggal? Keberadaan Fanya sekarang di ujung gedung. Sekali Fanya bergerak pasti akan jatuh ke bawah.

"Eh, jangan ninggalin dong, kalau gue jatuh gimana?" Fanya memohon. Rasanya ingin menangis.

"Kamu gak akan jatuh kok, selagi kamu diam dan tak bergerak sedikit pun." Cowok itu menepuk-nepuk kepala Fanya. Lalu menutup pintu jaring dan menguncinya.

Fanya menggeleng lemah. Ia tidak mau di sini! Keringat langsung menetes. Mata Fanya hanya bisa menyipit karena sinar matahari yang begitu terik.

Fanya mengutuki sekolahnya yang mempunyai belakang gedung datar, pake ada acara pintu masuk lagi, satu pula.

Fanya gak mau mati di sini! Fanya mulai terisak.

🥀🥀🥀

"Afad! Afad! Liat Fanya, gak?" tanya Anggi, saat Afad dan teman-temanya memasuki kelas. Bel masuk baru saja berbunyi dan Fanya belum juga kembalim

"Gak! Lagi pula kalau gue liat dia gue gak peduli." Afad berlalu begitu saja.

"Arghhh!" geram Anggi seperti harimau.

"Assalamualaikum, murid-murid!" salam Pak Hasan tegas. Semuanya langsung duduk di tempat masing-masing.

"Waalaikumussallam, Pak!!" jawab mereka serempak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FANATIK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang