Namaku Nayanika Arumi Putri, lebih suka dipanggil Naya.
Apa kalian tahu arti kata Nayanika? Nayanika sendiri diambil dari bahasa Sansekerta, yang berarti mata yang indah dan memancarkan daya tarik.Kakekku lah yang memberi nama itu. Beliau adalah seorang sastrawan. Pernah, suatu ketika aku bertanya, saat itu aku berumur 5 tahun. Usia yang saat itu kepo-keponya dengan berbagai hal.
"Kakek, kenapa namaku Nayanika? Kenapa bukan yang lain?"
"Karena, seorang putri cantik, harus memiliki nama yang cantik juga," jawab kakekku dengan senyuman yang terukir di wajahnya.
Dari kecil aku tinggal di desa (sebelah kota tapi lumayan jauh dengan ibu kota). Aku tinggal dengan kakek dan nenekku. Orang-orang di sana selalu mengelu-elukan aku. Katanya aku anak yang baik hati dan ramah.
Memang, dari kecil aku diajari kakek untuk berbuat baik kepada siapapun. Karena itu aku selalu punya banyak teman. Tapi aku tahu kalau mereka tidak tulus berteman denganku.
Kini, setelah kakek dan nenekku meninggal. Aku kembali ke rumah utama, rumah keluargaku. Rumah yang menurutku bukan seperti rumah pada umumnya.
Kring....kring....kring....
Suara jam beker berdering di pagi hari. Rasanya males banget pisah sama kasur, pengen banget bolos sekolah.
Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah di kelas 11 sebagai murid pindahan di SMA baru. Mau nggak mau harus bangun, daripada diomeli Yang Mulia Ratu alias Mama.
Aku emang baru aja pindah. Dulu sekolah di SMA Taruna Bangsa, letaknya lumayan deket sama rumah kakek. Tapi sekarang pindah di SMA swasta, yang jaraknya sih lumayan jauh dari rumah. Jadi mau gak mau harus naik bus.
Selesai melakukan ritual pagi alias mandi, aku segera bersiap untuk ke sekolah baru. Di depan cermin ku poleskan sedikit baby powder dan sedikit liptin agar bibirku tidak pucat.
Lalu ku ambil jaket kesayanganku dan ku katupkan kedua tangan di depan dada, berdo'a kepada Tuhan.
Tuhan tolong lancarkan hari ini, aku nggak mau buat keributan di awal. Kakek, beri Naya kekuatan untuk menghadapi kenyataan ya?
Alay? Memang.
Aku turun untuk sarapan sendiri. Ya, sendiri, mereka -mama,papa,abang,adek- paling juga sudah sarapan sedari tadi, atau aku yang sarapannya kepagian?
"Kemana perginya semua orang?" tanya ku ke Bi Inah, pembantu di rumah.
"Tuan dan Nyonya sudah pergi sedari tadi Non. Den Aksa dan Den Kevin belum bangun, lalu Den Aga-"
"Ngapain cari gue? Kangen?" potong Aga, adek yang paling nyebelin. Karena males berdebat pagi-pagi, aku cuma ngasih wajah datar ke dia.
"Gue nggak mau ya mbak, berangkat bareng lo." Kata Aga dengan wajah di buat seserius mungkin tapi bagiku malah menggelikan, habisnya wajahnya itu sangat nggak cocok dengan hal yang berbau serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIE
Teen FictionNayanika dipertemukan dengan orang-orang yang dapat mendukungnya. Mereka yang selalu menghabiskan waktunya bersama-bersama, membagi rasa suka dan duka yang mereka rasakan. Menciptakan rasa persahabatan dan kehangatan layaknya keluarganya sendiri. • ...