Enjoy your reading________________________________
Matahari bersinar terik. Terasa begitu panas membakar kulit. Hal yang wajar, karena waktu sudah tengah hari. Di sebuah hutan, tampak seorang pria mengenakan kemeja navy blue yang dipadukan dengan setelan jas putih serta celana panjang berwarna biru kelabu dan juga dasi putih. Simple namun tampak elegan. Terlebih pemuda itu begitu tampan. Wajah tanpa ekspresi yang pucat, hidung mancung, surai hitam bak bulu gagak dan iris merah darah seindah batu ruby.
Ia menatap sekeliling dengan bingung. Berkali-kali manik merah itu mengerjap. Ia kembali mengingat-ingat kejadian yang sebelumnya terjadi sebelum ia terdampar disini. Sesaat kemudian ia mulai paham apa yang terjadi. Ia, Cadis Etrama di Raizel, tak sengaja terhisap portal dan berakhir disini. Di hutan yang tak tahu di bagian mana ia berada. Dan ia hanya sendiri, tanpa ada yang menemani.
Hentakan yang keras menimbulkan guncangan tanah terdengar. Raizel mencari sumber suara. Menoleh kanan-kiri. Berbalik ke belakang. Oh, ada manusia.
Ya, manusia. Dengan besar tubuh melebihinya. Tak berpakaian. Alias telanjang bulat. Raksasa itu sepertinya menyadari kehadiran Raizel. Dan itu terbukti ketika ia berjalan mendekati sang noblesse. Raizel dengan terpaksa mendongak. Terlihat jelas Raizel bagaikan kurcaci di mata raksasa itu. Atau semut?
Entahlah. Yang jelas perbedaan tinggi mereka begitu jauh. Tubuh boleh besar, soal kekuatan? Ya jelas Raizel yang menang. Ingat, dia masih seorang Noblesse.
Raksasa itu terus mendekat. Makin dekat. Hampir dekat. Hingga ia tiba-tiba tumbang di hadapan Raizel. Darah sempat muncrat dari balik leher raksasa yang tampaknya terkena sesuatu yang tajam.
Seorang pria mendarat setelah terbang dengan dua buah alat yang terlampir di kedua sisi pinggangnya. Kedua tangannya memegang dua bilah pedang dengan noda darah yang mengeluarkan uap. Tampaknya pria itu yang telah menebas tengkuk sang raksasa. Pria yang tak kalah tampannya dengan Raizel. Rambut ebony dengan perpotongan undercut dan manik hitam sekelam langit malam. Hanya saja ekhemtingginyaekhem dibawah rata-rata.
"Oi," pria itu menatap tajam Raizel."Kenapa kau bisa ada disini, huh?" tanyanya.
Raizel terdiam selama beberapa detik. Ia kemudian menjawab pertanyaan pria itu.
"Naneun gil-eul ilh-eossda. "
"..."
***
"Harus kukatakan berapa kali sampai kau paham, bocah?! Jangan buat masalah dan tetap disini!"
Gadis itu meringis ketakutan. Matanya membulat minta belas kasihan—sayangnya tidak mempan. Pasrah diomeli habis-habisan oleh seniornya yang terkenal tempramental. Semuanya bermula ketika ia diam-diam pergi berlatih di dunia manusia. Menguji mantra yang dipelajari dan sialnya ia salah pengucapan. Sempat mengira akan terjadi ledakan seperti yang sudah-sudah. Ia sama sekali tak menyangka akan berakhir dengan terciptanya gerbang dimensi yang energinya kacau total dan cukup kuat.
Ia sungguh kesulitan melenyapkan gerbang yang suka bermain kejar-kejaran. Dan sepertinya takdir suka mengusiknya. Ia mendapati dua orang manusia berpakaian formal ketika dalam pengejaran. Lalu semuanya berujung dengan pertempuran sengit. Membagi fokus pada dua hal itu sangat sulit. Ia harus mencari keberadaan portal itu sementara menghindari serangan mereka. Kerja sama kedua manusia itu sangat mengesankan. Kalau ia tak merasakan kehadiran portal, mungkin fokusnya terpusat pada mereka sepenuhnya.
Hingga ia merasakan aura gelap penuh dengan emosi negatif menghantamnya. Membuatnya menggigil ngeri dan tanpa sadar mendengarkan instingnya demi menyingkirkan perasaan tak nyaman itu. Perhatiannya sepenuhnya tertuju pada pendatang baru. Sedikit terkejut ketika tahu pemilik aura 'meresahkan' itu ternyata seorang manusia. Ia sebisa mungkin tak bertatapan dengan rekan yang datang bersamanya. Hawa intimidasi yang sangat tinggi, itu seperti berada di hadapan Dewa itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Dimention
Fanfiction[ slow update ] Noblesse x Attack on Titan Sebuah kesalahan fatal yang tidak disengaja menyebabkan portal dimensi tercipta dan kehilangan kendali. Seorang gadis belia berniat menghancurkan portal, namun ia terhalang oleh kehadiran orang-orang yang t...