Enjoy your reading________________________________
"Pergi kau, dasar monster!"
Teriakan dan cacian dilontarkan oleh sekelompok anak demi mengusir gadis cilik yang berdiri tak jauh dari mereka. Sekelompok anak itu tak henti-hentinya menghina sang gadis dengan perkataan yang menyakitkan. Namun tak sedikitpun dari hinaan itu mampu menarik emosi sang gadis. Masih tanpa ekspresi, ia memaku pandangannya pada setiap anak yang berteriak padanya. Bahkan ketika beberapa dari mereka mulai melempari batu dan mengenai dahinya hingga berdarah. Gadis itu masih memandang mereka dengan mata biru bulatnya.
"Pergi monster!"
"Monster menjijikan! Enyahlah!"
"Monster jahat sepertimu pantas mati!"
Sang gadis yang hanya diam sendari tadi, akhirnya bergumam lirih."Tak berguna dan lemah."
"Bukankah makhluk seperti kalian yang pantas dilenyapkan?"
.
.
.
"Lydia!"
Tepukan keras di bahu membuyarkan lamunan wanita bersurai jingga. Ia berkedip berkali-kali, kemudian menatap si penepuk di sebelahnya. Helena dengan wajah berkerut memicingkan matanya tajam. "Kau tidak mendengarkan apa yang ku bicarakan?"
"Tentu saja aku mendengarnya," akunya lalu tertawa kecil.
Sebelah alis terangkat, Helena skeptis."Benarkah?"
Tawa terhenti, Lydia menundukkan kepalanya."Tidak. Aku tidak mendengarnya sama sekali."
Menghela napas pelan, Helena memutuskan untuk memaklumi tingkah Lydia kali ini."Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?"
Memejamkan netra birunya, Lydia bersenandung."Hanya sesuatu yang tak penting."
***
"Ugh..."
Aquila mengerang. Berusaha membuka kelopak matanya yang berat. Berkedip demi memfokuskan pandangannya agar lebih jelas. Hanya cukup dengan sekali lihat, Aquila mengetahui ia sendirian di sebuah tempat asing yang serba putih. Kesunyian menenggelamkan dirinya pada rasa sepi yang anehnya terasa familiar. Ia hanya memikirkan satu hal. Apakah dirinya telah mati?
"Yang benar saja." Aquila dengan cemberut bergumam. Tak rela dirinya mati konyol akibat syok melihat raksasa tanpa kulit. Seandainya semua makhluk besar itu diganti dengan wujud tampan nan mempesona, Aquila mungkin akan menerima kematiannya yang dikarenakan kehabisan darah.
"Apakah ini alam baka? Kenapa sepi sekali?"
Aquila baru saja melangkah, sebelum dihentikan oleh benda yang mirip pecahan kaca jatuh perlahan. Lalu menghilang ke dalam tanah. Satu persatu dari mereka mulai berjatuhan mengelilingi Aquila yang berada di pusatnya. Gadis itu terperangah, heran saat melihat tampilan yang muncul di setiap kaca.
Aquila membatin,'Nostalgia sebelum mati seutuhnya?'
Apa yang ditampilkan setiap pecahan adalah kenangan semasa hidup Aquila. Dari ketika ia kecil hingga sekarang. Aquila bahkan melihat ketiga manusia yang seharusnya ia dampingi saat ini diantara kenangan yang membanjiri pandangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/203254146-288-k969030.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Dimention
Fanfic[ slow update ] Noblesse x Attack on Titan Sebuah kesalahan fatal yang tidak disengaja menyebabkan portal dimensi tercipta dan kehilangan kendali. Seorang gadis belia berniat menghancurkan portal, namun ia terhalang oleh kehadiran orang-orang yang t...