Nafizia Aurora Felicia adalah seorang gadis cantik asal Jakarta yang pindah ke Bandung karena mengikuti pindah tugas orang tuanya. Sedikit rasa ragu untuk mencari teman baru mulai Zia rasakan, dia takut jika temannya tak dapat menerima sifatnya yang suka buat onar juga heboh itu. Apalagi sifat marah nya ketika PMS sangat beda dengan sifat sehari-harinya.
Walaupun Zia cukup takut memulai semuanya, tapi Zia akan berusaha hanya karena pesan dari sahabat nya yang di Jakarta. 'Mau segelap apapun jalan di depan lo, mau seterang apapun jalan di belakang elo, tetaplah melangkah. Gue akan selalu dukung lo walau jarak memisahkan.' _calistaputri
Mungkin itu alasan yang membuat Zia akhirnya tetap mengikuti kedua orang tuanya, padahal awalnya dia ingin tetap tinggal di Jakarta karena takut untuk memulai sesuatu yang baru, apalagi cinta.
Angin bertiup kencang di suatu malam. Setelah melakukan kewajibannya sebagai umat Islam di masjid dekat rumahnya, Zia berjalan pulang menuju rumah nya. Jika di bilang dekat memang dekat, di bilang jauh juga jauh. Untuk mencapai rumahnya saja, Zia harus melewati kuburan, bukan main bulu kuduk nya merinding ketika mengingat ini malam Jum'at Kliwon.
"Bodoh banget gue, kenapa tadi gak ajak Laskar ya? Astaghfirullah..." lirih Zia merutuki kebodohannya yang hakiki.
Fyuh~
Angin melintasi sekeliling Zia yang membuat Zia semakin ketakutan, apalagi sekarang tak ada orang yang melintas di jalanan.
"Jir! Gak bisa gini!" Zia meremas mukenanya erat. 1, 2, 3! Zia melangkah kan kaki dengan cepat, berlari sekencang yang dia bisa sampai akhirnya...
Bruk!
Zia terpental saat tubuhnya menabrak punggung seseorang. Sedangkan seseorang yang di tabrak pun menghadap belakang, melihat orang pinter mana yang tak punya mata di bawah terang nya lampu jalan, walau tepat di sampingnya ada kuburan.
"Lo gak punya..." kata pria itu terpotong dengan pekikan Zia yang tak seberapa.
"Huaaa, sakit hiks!" Zia memegangi bokong nya yang mendarat mulus di tanah.
"Ck! Sini," pria itu menjulurkan tangannya. Bukannya berdiri, Zia malah sibuk mengomeli pria itu.
"Lo tuh ngapain berhenti di tengah jalan sih?! Liat nih! Gara-gara elo gue harus jatoh!" kesal Zia menyalahkan pria itu, padahal dirinya yang salah karena lari tak melihat kedepan, malah melihat kuburan yang gelap itu.
"Enak aja, lo tuh gak punya mata," balas pria itu yang berusaha sabar.
"Udah tau salah, bukan mau bantuin gue!" Zia kembali menyalahkan pria itu.
"Lo buta? Kayaknya iya deh," kata pria itu lagi-lagi di salip, seperti lumayan banyak tikungan saja menghadapi gadis bawel di depannya ini.
"Masih ngomongin gue buta lagi?!" Zia semakin menjadi kesal nya. Bukannya mendapat bantuan, malah di katain. Memang tidak ada sesuatu yang mulus, termasuk pelariannya dari ocong maupun neng kunt. Jika dapat di lihat, mungkin kedua mahluk gaib itu akan menertawakan nya dengan kencang.
"Heh! Lo yang nabrak! Lo yang salah! Lo yang nyerocos?! Mau gue cium tu mulut biar diem?!" kesal pria itu yang mulai tak terbendung. "Cepet berdiri atau gue tinggal?"
"Tinggal aja elah, gue gak butuh bantuan lo," Zia mulai berdiri lalu membersihkan mukenanya.
"Oke, biar aja di temenin pocong yang ak seganteng gue," pria itu mulai melangkah menjauh dari Zia. Zia yang sadar bahwa di sampingnya masih ada kuburan pun langsung menyusul pria itu. Tanpa sadar tangan Zia sudah bertautan dengan pria itu.
"Ngapain? Katanya gak butuh bantuan sana-sana," pria itu mau melepaskan tangan Zia yang memegangi tangannya. Namun Zia semakin memperkuat pegangan nya.
"Jangan dong, serem jir," kata Zia pelan.
"Yaudah gosah gini elah, gak enak di pandang," lagi-lagi pria itu mau melepaskan tangan Zia namun masih di tahan.
"Gue takut woi, gosah di lepas," kata Zia semakin lirih karena di otaknya mulai muncul gambaran ketika dirinya di tinggal oleh pria ini dan malah di cegat ocong. Gak banget!
Pria itu memutar bola matanya malas. Sekitar 3 menit, akhirnya mereka sampai di depan rumah Zia.
"Makasih ya," Zia melepaskan tautan mereka.
"Hm," sahut pria itu.
"Rumah lo masih jauh?" tanya Zia, pria itu hanya membalas dengan gelengan. "Terus kenapa masih disini?"
"Nungguin lo masuk elah, udah sana masuk," pria itu memutar bola matanya malas.
"Oh, oke, gue masuk," Zia langsung pergi memasuki rumah. Setelah pintu tertutup, pria itu berjalan menuju rumahnya yang tak lain adalah di depan rumah Zia.
"Ternyata didepan rumah to," Zia manggut-manggut setelah melihat, bukan-bukan, dia mengintip pria itu melalui jendela. "Mana nggak nanya namanya lagi,"
"Ngapain kak?" tanya Laskar, adek sepupu Zia yang hanya berbeda 1 tahun dengan nya.
"Kepo!" Zia langsung pergi setelah mengibaskan korden dengan kasar.
"Aneh," Laskar menggeleng heran.
01 Jan 2021
Jum'atDibuat oleh :
Kel-1_Literatur_VyLy07
JoyaAmanda
Ameliakntsa
Zzi
Ppt
Lla
Vra
Mnd
KAMU SEDANG MEMBACA
Cogan Depan Rumah
Teen FictionPindah daerah demi keluarga, itu yang Zia lakukan. Meninggalkan sahabat terbaik yang pernah diunya bagaikan mimpi buruk di siang hari. Namun Zia harus melewati semuanya, pesan Calista. Dipertemuan pertamanya dengan Cogan Depan Rumah adalah suatu anu...