DH-02

159 35 3
                                    

SELAMAT TAHUN BARU TEMAN-TEMAN HEHE dan selamat membaca

***

Ada satu hal yang tidak Lana pikirkan saat secara tidak langsung menyanggupi ajakan menikah Gama, minggu lalu. Ia lupa perihal keluarga Gama, bagaimana tanggapan ibu dari lelaki yang akan ia nikahi itu, kakak serta adik Gama.

Lana sudah hampir lima belas menit berada didalam mboilnya, ia sudah ada di depan rumah Gama namun belum berani turun. Lelaki itu begitu penuh kejutan, ia bahkan memberitahu Lana perihal pertemuan ini tiga jam sebelum acara. Alhasil, Lana gugup setengah mati.

Semenjak 'lamaran' dadakan dan terkesan asal itu, Gama dan Lana menjalin komunikasi dengan cukup baik. Meski tidak ada pembahasan yang terlalu romantis, namun bisa dikatakan cukup baik dan rutin. Namun begitu, lelaki itu belum menemui ayah serta ibunya. Lana pernah bertanya, jawaban Gama adalah ia akan menemui orang tua Lana jika Lana sudah bertemu dengan orang tua Gama.

Tapi lelaki yang kurang ajarnya adalah pemilik hati Lana sejak empat tahun lalu itu, tidak mengatakan bahwa pertemuannya dengan sang calon mertua adalah malam ini. Setidaknya sampai tiga jam yang lalu, Gama menelponnya untuk pertamakali dan mengatakannya.

Ponsel Lana berdering. Gama.

"Ya mas?" jawab Lana, Gama yang berada diseberang telpon melirik ibunya juga kakak tertuanya yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri, mereka sedang duduk berdua saja, menanti sang calon menantu pertama keluarga Dewara.

Kakaknya itu diluar rencana, ia sama sekali tidak mengetahui bahwa sang kakak akan berada dirumah hari ini.

"Kamu masih lama?" tanya Gama, Soraya melirik adiknya itu dengan tatapan menyelidik namun sejurus kemudian ia menoleh pada sang ibu.

"Ibu senang banget" ucap Soraya memancing sang ibu untuk mengeluarkan suara. Bu Diah tersenyum semringah, ia menatap Gama yang sepertinya baru saja menyelesaikan panggilannya. Gama berjalan menuju tampat duduknya.

"Sebentar ya bu, Lana mungkin ke jebak macet" jelas Gama, bu Diah kembali tersenyum. Gama serta Soraya tidak pernah melihat senyum semringah ibunya ini sejak beberapa tahun lamanya. Tepatnya, sejak kepergian sang ayah, ibu berubah menjadi murung. Ditambah beban anaknya yang seperti enggan menikah, tapi kini, Gama sudah mempunyai calon yang akan ia nikahi.

Tak lama, Gama dapat mendengar bel yang berbunyi lalu pintu terbuka. Gama serta Soraya dan bu Diah kemudian menoleh kearah pintu masuk ruangan makan, mata Gama menangkap gadis itu berjalan kearah meja. Untuk beberapa saat, Gama terpesona dengan dress yang melekat pada tubuh Lana tampak Sopan dan elegan namun tidak berlebihan. Gama tidak berekspektasi tinggi ketika ia membelikan gaun itu untuk Lana tadi, namun lihat hasilnya, ia sangat puas.

Gama berdiri dari duduknya, tanpa sadar ia menarik kursi disampingnya dan mempersilahkan Lana untuk duduk disampingnya setelah menyalami tangan bu Diah serta Soraya dengan sopan. Dan itu semua tidak lepas dari pandangan Gama.

"Kamu yang namanya Lana?" tanya bu Diah, Lana tersenyum malu lalu mengangguk. Dalam fikirannya, sudah sejauh mana Gama menceritakan dirinya pada sang ibu. "Iya bu, saya Lana. Keylana Sagita"

"Cantik" ucap bu Diah memuji Lana, namun matanya menatap Gama yang tampak kikuk. "Makasih ibu" jawab Lana. Soraya sedaritadi hanya tersenyum, tidak terlalu menanggapi meski ia akui penampilan Lana sangat memukau meski sederhana.

"Langsung makan aja ya" ucap Gama sembari tersenyum jenaka, bukan apa-apa ia memang sangat lapar. Bu Diah terkekeh dan menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah Gama. Gama kemudian memanggil ART yang bekerja dirumahnya, menyuruh bi Dasumi untuk menghidangkan makanan.

Dear HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang