Gita membenci salah satu cowok di dunia. Ya, seorang Galang Rahmat yang selalu menempel bersamanya setiap ke sekolah. Tak lupa, ia selalu meremehkan Gita. Gita menatap deathglare sedangkan sang empu tidak merasakan perasaan yang tidak mengenakan dari Gita. Gita mendecih kesal.
Kedua tangannya dilipat sembari mengetuk sepatu tidak sabaran. Tempat halte bus selalu menjadi tempat bertemu antara Gita dan Galang. Galang tidak mengetahui betapa risih berdekatannya.
Galang mengulum senyum tanpa dosa. Gita membuang muka ke arah lain. Biarlah ia tersenyum-senyum kayak orang sinting. Suasana halte bus sudah membaik akibat beberapa orang juga duduk untuk menunggu kedatangan bus.
Gita melirik jam tangan berwarna cokelat mahoni nya. Jam menunjukkan jam 6.30 WIB. Gita melihat gerak-gerik Galang yang bermata sipit tersebut. Rambut hitamnya yang disisir ke belakang,senyum merekah kepada semua orang sambil menyapa,menolong kakek dan nenek duduk di tempatnya.
Ia berdiri sebagai gantinya dan tak lupa kalau ada orang selevel dengannya langsung berbicara topik yang membuat Gita pusing kepala.
“Kamu tahu tidak kalau kasus di sekolah MAN Sinar Bintang lagi hot loh!”“Oh ya kasus apa tuh?” Tanya cewek cupu yang berkacamata pelan.
“Itu loh kasus tentang guru melecehkan siswinya. Ngeri deh bayangin tuh guru orangnya baik dan ramah.” Ucapnya menjelaskan secara detail. Cewek kacamata itu mangut-mangut mengerti lalu antusias membahas kelanjutannya.Ok, Fix. Gita tidak mengenalnya plus seorang Galang yang tidak tahu malu dilihat-lihat oleh orang lain saat membuka obrolan pagi hari.
Suar rem bus jurusan ke MAN Sinar Bintang pun datang. Gita sedang berbaik hati untuk menyadarkan Galang bahwa tujuannya bukan disini aja. Gita menyeret tubuhnya kasar. Ia memberikan secarik kertas kepada cewek kacamata itu lalu memberi kode ‘telpon aku kalau kamu suka’.
Mata Gita melirik ke belakang. Perasaan Gita tidak menyukai sosok cewek tersebut yang hatinya berbunga-bunga. Segera saja, Gita mencampakkan tubuh ringan nya ke tempat duduk bus bagian tengah dan Gita duduk di sampingnya. Sang pemilik tubuh meringis kesakitan. Ia meminta maaf kepada Gita kalau hari ini ia membuat bad mood.
“Baguslah kamu mengerti.” Ia mengangguk mengerti lalu memiringkan tubuhnya ke arah jendela. Kedua tangannya meraih earphone manualnya dan menghidupkan lagu klasik. Gita sudah hapal lagu kesukaan teman lengket ini.
Gita mengucapkan dalam hati semoga untuk kehidupan berikutnya tidak bertemu dengan cowok yang mirip orang cina kayak gini. Ia mengetuk bahu Gita ingin memberitahu sesuatu.
“Ada apa? Kan saya sudah bilang kalau sudah sampai bangunkan saya, Galang.”
“Bukan, aku sebenarnya MAN yang sama denganmu.”
“What? Are you kidding me?”
***
“Anak-anak, kita kedatangan anak pindahan di kelas ini. Semoga kalian akrab dengannya sampai tamat ya? Silahkan perkenalan kamu nak!” Ia melihat sekeliling yang mengernyit bingung. Pasalnya mereka anggap ia adalah anak spesies baru. Yup, MAN Sinar Bintang ini mayoritasnya islam tapi beda halnya dengannya yang mirip banget dengan keluarga mata sipit.
“Halo Guys! My name is Galang Rahmat. Aku anak pindahan dari SMA Harapan Pelita. Karena aku tidak betah disana, aku pindah kesini. Hobi ku tidak terlalu aneh dan masih normal saja yaitu membaca,menulis,menganalisa masalah dan suka berbau misteri. Terima kasih. Kalau kalian ingin bertanya silahkan saja!” ia memperkenalkan diri dengan satu tarikan napas tanpa jeda. Beberapa teman sekelas Gita merasa tuli seketika.
“Hah? Apa maksudmu?”
“Ulangi dong! Gak jelas.”
“Nih anak utusan guru mengetes pendengaran kita nih.”
“Baiklah ada pertanyaan?” Tanyanya merasakan kelu lidah melihat tanggapan satu kelas. Beberapa orang mengacungkan jari telunjuknya ke atas. Ia mempersilahkannya.
“Kenapa kamu pengen masuk kesini? Ada masalah ya saat di sekolahmu yang dulu?” Sorakan satu kelas membahana suka pertanyaan tersebut. Gita sebagai ketua kelas merasa malu sama yang lain. Ini semua masih bocah kali ya?
“Oh itu? Ya, aku mempunyai masalah disana. Masalahnya sepele tapi berlebihan.”
“Apaan coba?” Gita menandai cowok kacamata yang latar belakangnya luar biasa menantangnya apalagi dengan status anak pindahan. Namanya Kara yang selalu membuat anak pindahan K.O semua.
“Ya, aku menyukai kasus berbau misteri tapi disepelekan orang. lagipula, sekolah ini mempunyai hal yang sama kan? Kasus aku dulu disebut pembunuh bunga. Inisialnya N.A. Seorang siswa/I yang masuk ke grupnya, masalah yang melanda selalu mempunyai ending masing-masing. Korban-korbannya kategori orang pembuat masalah dalam hidup. Sebentar lagi aku menangkapnya, eh pihak hukum membebaskannya. Sekian. Ada yang lain?” Semua menatapnya horor. Ada yang beberapa tidak percaya,ada yang meminta izin ke toilet mau muntah dan muka pucat pasi.
“S-Saya punya pertanyaan kalau begitu.” Ia menatap Gita lekat-lekat. Senyumannya tidak pernah luntur sekalipun. Banyak bisikan bahwa perkataan ini membuat Kara kalah.
“Kenapa kamu selalu menjadi permen karet dengan saya?”
“Harus aku menjawabnya?” Gita mengangguk pelan. Ia menghela nafas sembari melihat kedua mata hazel Gita yang berbinar-binar. Rasa antusias yang familiar ini membuat degupan jantungnya bertalu cepat.
“Kamu kan setengah wanita, Ta. Tadi pagi aja kamu seret diriku sampai ke dalam bus. Jadi aku memutuskan untuk berlindung dari orang jahat di belakangmu.” Semua tertawa puas. Wajah Gita semakin menunduk dalam. Rasa malu yang dimiliki Gita semakin meluap.
Ok, kelebihan seorang Galang selalu meremehkan plus memberikan pujian sekaligus. Tangan kanan Gita menepuk meja keras. Semua pandangan ke arah Gita yang menahan marah. Ia mendekati bangku Gita dan berbisik.
“Jangan lupakan jasaku. Semua kelemahan kamu, aku tahu.” Pengen banget Gita mengumpat nama penghuni kebun binatang, tapi Allah tidak menyukai sifat tersebut yang melakukannya. Gita menggeser bangkunya menghadapnya. Ia terdiam sesaat. Meja miliknya digeser ke kanan,kedua bahu dipegang erat sama Gita dan dua pasang mata itu beradu.
“Awas kalau kamu beberkan fitnahmu kepada saya, Galang.” Ancam Gita lalu membetulkan anak jilbab yang miring. Ia membantu membetulkan anak jilbab Gita dan merapikannya.
“Hm. Iya.” Senyumannya kembali mengembang. Mampus sudah, Gita merasakan hari-harinya penuh kesulitan saat bertemu seorang Galang.
***
Byur! Suara air bekas pel dari ember kamar mandi berbunyi nyaring. Ia diam sesaat. Mata hitamnya meredup. Satu grup Kara bergemuruh hebat menertawakannya. Kara melihat adegan itu memiliki senyum smirk tanpa ikut campur. Biarkan bidaknya yang bermain dan raja akan bermain paling akhir.
“Bwuahaha, lihat nih anak pindahan nya. Bagus banget kan airnya? Eh bantu aku lepaskan semua bajunya.” Ia berusaha untuk membela diri. Pasalnya ini juga kelemahannya. Takut-takut orang lain tahu juga kecuali ‘seseorang’.
“Kara, gimana nih? Anak sipit ini tidak mau dibuka pakaiannya!” Kara berdiri dan mengambil gunting di balik saku celana. Tak lupa, Kara menyuruh dua anak untuk mengapit tubuhnya yang lumayan kurus.
“Oh jadi anak baik ya? Kalau ini meleset, kena vital bisa juga loh?”Kara berbisik nyaring. Wajah masokis Kara muncul. Ia tidak mengubris lalu menutup kedua matanya. Waktu berjalan semakin lambat. Gerakan Kara menggunting seragam sekolah mendadak mode slow. Bunyi gebrakan pintu menggelegar.
Wajah Gita merah padam. Seakan-akan meledak kapan saja bak gunung merapi. Tangan kananya digulung ke atas. Tak peduli orang luar melihatnya, Gita menjabat ketua kelas dan ketua OSIS MAN Sinar Bintang.
“Kalian cari mati dengan aku?”
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Menyebalkan
RomanceGita tidak mengerti pertama kali bertemu dengan Galang super menyebalkan satu sekolahnya. Bukan itu saja, takdir berkata lain bahwa mereka dijodohkan oleh orang tuanya. Bagaimana keseruannya? #kelaskompetisinulis #kampusawan