MPBG'1

36 18 65
                                    

Para kerumunan bersorak keras kala jawara mereka kembali memenangkan balapan yang selalu diselenggarakan seminggu dua kali ini. Mereka terus meneriakkan nama sang jawara beserta gengnya dan tentu hal tersebut membuat beberapa anggota inti sombong atas kemenangannya.

"Aww! Bu bos top bangett!" Ucap Bima seraya memberi tanda tangan kepada para penggemarnya yang juga menonton pertandingan.

"Anjay bos! Elu kenapa bisa tiap kali balapan juara terus sihhh?" Tanya Davin.

Nanta tertawa renyah. "Anjim, kasian banget intinya Rajawali. Tiap minggu keluar duit tapi ga menang-menang,"

"CAHAHAHA!!"

Mereka tertawa bersama, menertawakan kekalahan geng yang selalu menantang mereka untuk duel, dan selalu sombong akan kemenangan mereka sebelum hadirnya sang ratu balap, Renata.

Renata Arrayya Smith, ia kerap disapa Rere. Keluarganya yang kaya raya selalu memanjakan dirinya dan menghidupi dirinya layaknya seorang ratu dari sebuah kerajaan besar. Rere dengan wajah sempurna, kulit putih, tubuh tinggi tegap, dan rambut panjang sepinggang selalu saja menyita perhatian para kaum adam. Selain parasnya yang cantik otaknya juga luar biasa pintar, bahkan ia juga memimpin sebuah gangster yang kini sudah menjadi gangster terbesar se-Jakarta, Fire Wolf namanya.

Rere menyalami tangan para pembalap lain seraya berdehem menanggapi ucapan selamat yang terlontar dari mulut mereka. Ia sesekali menatap teman-temannya yang tengah menghitung uang hasil balapannya kali ini.

Setelah usai bercakap-cakap dan menghitung uang, para inti Fire Wolf itupun melajukan motor mereka menuju markas, yang letaknya didekat bar terlaris se-Indonesia.

"Minum bos?"

Rere menggeleng sebagai jawaban, membuat Rasya berkacak pinggang menanggapinya. "Sejak kapan bu bos kita kagak minum?"

"Sejak hadirnya pak bos eaaak!"

Para inti geng Fire Wolf tertawa renyah mendengar jawaban Davin. Sedangkan Rasya, sang ketua cabang itu hanya ikut meringis saja, terlalu lama diluar kota membuatnya benar-benar tak tau kondisi serta situasi disana.

"Udah berapa lama ituan?" Tanya Rasya ambigu membuat Davin kembali mengangkat suara.

"Ituan apaan woy! Otak gue traveling cuy!"

"CAHAHAha!!"

"Ituan, ck. Pacaran maksudnya,"

"Ngomong yang jelas babi, ntar otak gue keluyuran,"

"Emang otak lu punya kaki sampe bisa keluyuran?"

"Kan baru dipasangin bu bos kemaren, biar jalan katanya,"

"CAHAHAha! Bobrok parahh cuy!"

"Bobrok-bobrok! goblok itumah,"

"Cahaha!! Parah-parahh,"

Rere hanya geleng kepala menanggapi teman-temannya yang setiap hari selalu membuatnya emosi, dan darah tinggi itu. Ia tak mau ambil pusing dan lebih memilih rebahan disofa markas, bahkan dirinya berniat menerobos masuk ke alam mimpi.

"Bos?"

Rere kembali membuka matanya dan menatap datar Rasya, membuat sang empu meringis seraya garuk kepala.

"Mo nanya doang,"

"Satu pertanyaan doang bos, yakinlah sumpah bos." Ucap Rasya menirukan logat salah satu film jadul dengan jari telunjuk serta tengah yang terangkat.

"Paan?"

"Seriusan kita punya pak bos?"

"He'em,"

My Possessive BadgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang