#2

124 31 16
                                    



























Suara air sungai terdengar menyeruak diindera pendengaran. Seorang gadis yang kini tergeletak tak sadarkan diri ditepi sungai. Wajahnya pucat, tubuhnya basah kuyup, dengan pakaian yang sudah tak layak. Perlahan kesadarannya datang, ia berusaha membuka matanya dengan sedikit terbatuk-batuk. Cahaya matahari menyilaukannya.

Ehh?

Seseorang tengah duduk berjongkok didepannya, ia tak bisa melihat jelas siapa orang dihadapannya ini karena sinar matahari yang terlalu terang untuknya. "Gwenchana?".

Suara itu? Tiba-tiba pening menyerang kepala Jihyo.  Pria ini mengangkat Jihyo, membawanya menjauhi sungai, tubuh Jihyo terlalu lemah bahkan hanya untuk berkata-kata. Ia terlelap dipunggung lebar pria ini.

__________________

Suga berdiri di balkon kamarnya menikmati pemandangan sungai Han dari atas sana. Sudah tak terhitung berapa hari sejak kehilangan Jihyo. Hari-harinya semakin suram, ia selalu menghebiskan waktunya menikmati pemandangan sungai Han dari balkonnya.

"Seharusnya aku tak memaksanya untuk menerimaku".

Sudah berapa kali kalimat penyesalan yang terucap dari mulutnya. Pandangan Suga beralih kepada seorang anak kecil yang tengah bermain dengan kakak-kakaknya, ia terlihat tak berminat, dan tak bergairah dalam hidupnya.

Disisi lain.

"Ayo bermainlah Junghyo-ah!", teriak Jisaa sambil melempar sebuah bola, namun tak ada tanggapan dari anak itu. Youngsoon dan Jisaa termenung lalu memilih menghampiri sang adik. "Ada apa Jung?", tanya Youngsoon lembut, sambil mengusap punggung anak itu.

Junghyo hanya berekspresi datar, dengan sorot mata tajam, menatap kearah sungai Han. "Appa.. Aomma.. Pergi, bagaimana aku bisa melupakan mereka? Dan menjalani hidupku seperti biasanya?!", Nada bicaranya berubah tinggi, membuat Youngsoon maupun Jisaa terperanjat kaget.

Tatapan Junghyo berbalik menatap Suga penuh kebencian. Sedangkan yang ditatap terlihat biasa saja, dengan ekspresi dinginnya. 

"Jung!".

Panggil Youngsoon tak dihiraukan oleh Junghyo yang berlalu memasuki istana. "Tenang oppa, aku akan menyusulnya", Ujar Jisaa mengikuti kemana Junghyo pergi.

Youngsoon menatap sendu kepergian Junghyo,  tatapannya beralih kepada Suga di atas sana. Namun Suga malah melengos masuk kembali. Youngsoon menghela nafas panjang dan berlari memasuki istana.

_____________

"Jung?".

Jisaa menghampiri sang adik yang tengah berdiri dijembatan kayu. Menatap lurus kedalam kolam kecil dibawahnya. Jisaa tersenyum kecil, lalu menepuk pundak Junghyo, membuat anak itu menengok kearahnya, seakan mempertanyakan keberadaan Jisaa. "Bisakah kau bicara? Aku tak mengerti bahasa isyarat", Ucapan Jisaa merubah raut wajah Junghyo menjadi sebal.  Niatnya Jisaa tadi hanya bercanda. Junghyo berjalan meninggalkan Jisaa. "Yak.. Kau mau kemana?!".

Junghyo duduk di bawah pohon sambil melempar batu krikil disekitarnya kearah kolam. Jisaa ikut duduk disampingnya.  Memandanginya dalam diam.

"Aku seperti tidak hidup setelah kepergian kedua orangtua ku".

Jisaa tersenyum kecut, ia tak tahu bagaimana rasanya diposisi Junghyo saat ini. Namun seulas senyuman mengembang, sambil mengusap punggung tangan Junghyo, "Kau percaya Orang tuamu masih hidup?", Mata Junghyo berubah berbinar, "Jjinja-ya?!". Jisaa mengangguk, lalu jari telunjuknya menekan dada kiri Junghyo, anak itu mengikuti arah pandangan jari telunjuk Jisaa. "Mereka selalu ada disini", ujar Jisaa diikuti senyuman manis, yang membuat hati Junghyoa bergetar. Anak ini berkedip beberapa kali untuk menyadarkan dirinya.

"Apa yang kalian lakukan disini?", Suara Suga membuat tubuh Jisaa menegang, sontak tertunduk dalam. "Yang Mulia?".

Junghyo tak berniat membalikan tubuhnya untuk menghadap kepada Suga. Suga tampak tak suka melihat kedekatan Jisaa dan Junghyo. "Tak seharusnya seorang anak pelayan dekat dengan pangeran mahkota", ujar Suga sinis. Sontak Jisaa berdiri lalu menjaga jarak dengan Junghyo, membuat Junghyo sedikit terkejut dengan reaksi Jisaa. "Jeosonghan-midha Yang mulia!".

"Pergilah, tak sepatutnya kau ada disini!", tegas Suga. Jisaa menunduk hormat dan berlalu, namun tangan segera dicekal Junghyo, anak laki-laki itu menatap lurus Jisaa, dengan bahasa mata ,ia meminta Jisaa tetap bersamanya. Gadis ini bingung.

Junghyo berganti menatap Suga tajam,  "Kau tak ada hak,  atas kehidupanku!".

"Aku adalah appa-mu! Sadarlah, dia hanyalah anak pelayan rendahan", bentak Suga.

Junghyo berdecak remeh, "Hah.. Omong kosong apa ini? Sejak kapan kau mendapat gelar itu, kau bukan appa-ku, sampai kapanpun! Itu yang harusnya kau sadari!".

Suga menggeram tertahan, "Kau tak takut padaku?".

"Apa yang harus kutakutkan dari pengecut sepertimu", Junghyo memang tak pernah takut dengan apapun, kecuali pada sang ibu.

Suga tersenyum tipis, "Kau fikir aku tak berani untuk membunuhmu?! ".

"Bunuh saja! Untuk apa aku hidup didunia kejam seperti neraka ini?!  Lebih baik aku pergi menyusul appa dan aomma--".

"Younghyun!". Suga hendak melayangkan tamparan namun tertahan. Jisaa merasakan Junghyo menggenggam tangannya sangat erat. Terlihat Junghyo tak bergetar sedikitpun.

"Apa?! Kau ingin memukulku?!  Pukul! Pukul aku?! Dan aku akan enyah dari dunia ini, aku benar-benar sudah muak dengan kehidupan ini, aku seperti hidup tanpa tujuan hidup, ragaku hidup tapi jiwaku mati,  dan itu semua gara-gara kau?!  Kau adalah alasan besar aku ingin mengakhiri hidupku! Aku muak jika harus berhadapan dengan iblis sepertimu!". Sejak kelahiran Junghyo didunia ini, baru pertama kalinya  ia berbicara sebanyak ini kepada Suga. Suga terdiam tak berucap sedikitpun. "Lagi pula tak ada gunanya aku hidup lagi!", Berhasil membungkam Suga, Junghyo menarik Jisaa meninggalkan taman masuk keistana.

Suga mencerna semua kalimat yang diucapkan oleh Junghyo tadi, hatinya hancur, sehancur-hancurnya, mendapat kalimat penuh kebencian itu,  ya Suga tahu itu. Apa yang terjadi? Aku hanya ingin seperti Jungkook,  mendapatkan tahta dan kekuasaan, cinta Jihyo dan juga Junghyo, namun kenapa semuanya malah seperti ini?akhh..sial!.

Tiba-tiba seorang prajurit menghadapnya, "Jeosong-hanmidha yang mulia, saya hanya ingin mengabarkan bahwa Yang mulia ratu Jihyo telah ditemukan".

Deg!.















































Huwaaa..belum pada tidur niehh?

Sesuai janji, aku up cepet kan?
Ayo bantu vote dan komen?
Btw,  kira-kira siapa yang nolong Jihyo tadi?  Ayoo tebak-tebakan,  hahaa..

See you next!

The King's Woman [Sword&FlowerS2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang