#4

182 32 11
                                    































"Para ratu, dan juga pelayan di Istana puri diharap untuk berkumpul diaula  utama  Istana puri!".

Jihyo mengalihkan perhatiannya kepada Jennie. Ia letakan kembali benang anyamannya, Tzuyu dengan sigap langsung membereskannya. Jihyo berdiri ditempatnya, dahinya mengerut. Tanpa mengucapkan sepatah katapun,  Jihyo berjalan meninggalkan kamarnya,  diikuti Jennie, Sana, dan pelayan lainnya. Tzuyu menyusul setelah merapikankamar Jihyo.

Diaula Istana sudah sangat ramai, ada Rose aomma, Ratu Nayeon, dan seluruh pelayan wanita di Istana. Semua berbisik tentang apa yang akan diumumkan kepala Pelayan Jung Eunha.

Setelah dirasa semua telah berkumpul, Eunha mulai berbicara, "Berdirinya saya disini untuk, mengumumkan, bahwa pemimpin Istana Puri kini dipegang oleh Ratu Nayeon!".

Semua yang ada disana terkejut dengan pengumuman mendadak itu. Rose Aomma tertunduk sedih. Jihyo memicingkan matanya curiga, sepertinya aku harus menanyakannya kepada Suga.

"Hanya ini yang ingin saya sampaikan, semoga kalian semua bisa menerimanya, karena ini sudah keputusan dari pihak Yang Mulia Raja sendiri", lanjut Eunha.

"Aku tak yakin aku bisa hidup tenang disini", bisik salah satu pelayan. "Yaa, aku khawatir dengan keputusan ini kedepannya, Ratu Nayeon itu sangat kejam dan licik", bisik pelayan Lain, percakapan itu tak sengaja didengar oleh Jihyo. Jihyo terlihat biasa saja, hanya menampakan wajah datarnya. Nayeon menegakkan tubuhnya, dan mengangkat angkuh dagunya, lalu ia melirik sinis Jihyo. Ck! Kita lihat apa kau mampu bertahan di Istana ini Ratu Jihyo?.

~~~

Jihyo berjalan cepat menuju pavillium raja. "Ji.. Perlahan", bisik Jennie terlihat kualahan. Sana dan Tzuyu juga kesulitan mengikuti langkah Jihyo. Apa yang membuat Jihyo sekesal ini? Walau demikian ia tetap berekspresi tenang.

"Ratu Jihyo memasuki ruangan!", ujar pelayan dikamar itu.

Jihyo membungkuk sopan begitu pula dengan para pelayannya. Suga menglihkan perhatian dari gulungan kertas didepannya kepada Jihyo.

Wanita ini terus membungkuk, Suga tahu,  dengan instruksi tangannya, semua yang ada didalam kamarnya keluar. Kini hanya ada Suga dan Jihyo. Jihyo mengangkat tubuhnya kembali, tatapan merrka bertemu, namun Suga tak bisa mencari sesuatu dari pandangan Jihyo, sulit ditebak.

"Ada apa Kau kemari, Ratu Jihyo?", Tanya Suga kembali menulis dilembaran kertas itu. Jihyo terdiam untuk beberapa saat memerhatikan Suga.

Merasa diperhatikan Suga mengangkat wajahnya dengan malas, "Ada apa kau kemari?".

"Apa kau mencintaiku? ".

Deg!

Suga mematung. "Mana bukti kau mencintaiku?", Tambah Jihyo lagi, membuat Suga merasa terpojok. Namun ia kembali trnang dan melanjutkan kegiatannya. "Cinta tak perlu dibuktikan".

Jihyo mengangkat sebelah ujung  bibirnya, "Begitukah? Lalu bagaimana aku bisa memercayai bahwa perasaan itu benar adanya padamu?".

Suga menghentikan kegiatannya, ia meletakan penanya kembali ketempatnya. Kini atensinya berpusat kepada Jihyo, "Kenapa kau tiba-tiba bertanya perihal perasaanku? Bukankah kau tak peduli?".

Jihyo tersenyum senang,"Yah.. Kau benar aku tak akan peduli atau membalas perasaan itu,  kita tidak ada hubungan apapun, jika perlu keperjelaskan".

"Kau ingin kita ada ikatan?".

"Tidak!".

"Lalu kenapa kalimatmu sebelumnya menjurus kehal itu?".

Jihyo bungkam, sial pria es ini lebih menyebalkan dari yang ia kira. Suga menghela nafas kecil, "Baiklah, sebenarnya apa yang ingin kau katakan?".

Jihyo melipat kedua tangannya kedepan. "Kenapa kau menunjuk Ratu Nayeon sebagai kepala puri?".

"Karena dia ratuku".

"Lalu aku apa?".

"Kau permaisuriku".

"Tidak!".

"Itu terserah padamu", Suga selalu menjawab Pertanyaan Jihyo dengan mudahnya dan tenang. Membuat Jihyo yang malah terseulut emosi berbicara dengan es hidup ini. Jihyo menahan emosinya, "Kau tahu apa yang akam dilakukan ratu Nayeon dengan pangkat itu?".

"Apa?".

"Dia akan menindas orang dibawahnya!".

"Kenapa kau peduli?".

"Karena aku masih memiliki hati!".

"Apa kau takut?".

"Tidak! Apa yang harus kutakutkan  darinya?!".

"KmLalu kenapa kau mengkhawatirkan hal ini?".

"Karena aku punya hati, dan aku peduli kepada orang-orang".

"Kapan kau akan peduli padaku?".

"Mwo?", Jihyo melongok, apa-apaan ini, kenapa lagi-lagi Suga membelokan pembahasan kearah itu?. Suga menarik nafas dalam-dalam, tak kusangka Wanita ini lebih cerewet dari dia yang kukenal  dulu, ckck.

"Kenapa kau harus mengkhawatirkannya? Kau bisa melindungi orang-orang dengan kekuasaanmu sebagai permaisuriku", tutur Suga dengan lembut. Jihyo mengepalkan tangannya, " Sudah kubilang aku bukan permaisurimu!".

"Lalu apa maumu?!", kesabaran suga sudah habis sekarang hingga tanpa sadar ia menaikan nada bicaranya membuat Jihyo terdiam. Suga mengusap wajahnya kasar, lalu menatap Jihyo tajam. "Ini adalah bukti aku mencintaimu,  dengan menjadikan kau permaisuriku, penobatan akan dilakukan minggu depan jadi persiapankan dirimu, kita sudahi saja pembicaraan ini sampai disini saja, dan kau kembalilah kekamarmu", Ujar Suga panjang lebar.

"Kau mengusirku?!", sungut Jihyo merasa tersinggung."Apa kau ingin tidir disini?", sontak Jihyo menggeleng cepat, "Tidak akan!".

"Maka dari itu, lebih baik kau kembali sebelum aku benar-benar kehabisan kesabaran dan memaksamu!".

Jihyo menggeram tertahan, ia berbalik meninggalkan kamar Suga, namun sebelum ia keluar, tanpa berbalik berkata, "Sampai kapanpun aku tak akan menjadi permaisurimu!  Karena aku hanya akan menjadi permaisuri Raja Jeon Jungkook, camkan itu baik-baik!", ucap Jihyo tegas, kemudian  pergi tanpa sepatah katapun.

Suga mengepalkan tangannya dengan wajah dingin dan sorot mata tajam, "Akan kubuat kau bertekuk lutut padaku Ratu Jihyo!".
















Tbc.

Maaf guyss baru bisa update, terkendala sekolah, ehe:)

Jangan lupa suportnya dengan vote dan komennya!

Fighting today!
See you again!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The King's Woman [Sword&FlowerS2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang