1. Liburan Dipulau

1 4 16
                                    

Papan seluncur dengan lihai melintasi air yang berwarna biru muda sangat indah dimata mereka yang berlibur di pantai terpencil di tengah laut. Pohon kelapa mengelilingi perkemahan yang bisa memuat beberapa orang karena tenda itu sangatlah luas dan besar.

Salah satu laki-laki diantara mereka berusaha keras memanjat pohon untuk mengambil kelapa supaya bisa lebih bersantai dengan menikmati air yang ada dingin-dinginnya dengan begitu tenggorokan jadi segar bugar.

"Tangkap!" ujarnya mengoper sebuah kelapa kepada temannya yang dibawah yang siap sedia menangkap.

Tangan Alena dan Soma menengadah ke atas, siap melakukan aksi penangkapan beberapa kelapa. Bukannya mengejar buah itu setelah dilempar oleh Aland, mereka malah menghindar sembari berteriak takut. "Kyaaaaa!" pekik Alena diikuti Soma yang ikut-ikutan.

Fix, otomatis buah itu malah menggelinding menuju ujung pasir yang akan membawahnya jatuh ke air dan siap berenang menjauh. "OI! Orang sudah capek-capek buat ngambil tuh buah eh malah dibiarin begitu saja, yang becus dong!" maki Aland dari atas puncak pohon dengan duduk di tengah-tengah daun kelapa itu.

"Ngapain juga kamu ikutan teriak sih?" Alena tertawa bersama Soma karena kejadian tadi, menurut mereka itu lucu sekali.

Aland mengusap dada bersabar, orang waras mah ngalah aja kali ya.

Disisi lain

Emily sedang belajar berenang dengan diajari oleh Ethan yang selalu mengomelinya setiap ia gagal melakukan gerakan ini dan itu. "Bukan begitu, Mil. Sini aku contohin!" Ethan yang duduk di pasir langsung menyeburkan diri kemudian mempraktekkannya. "Coba lagi."

"Cukup, aku udah gak tahan lagi. Capek tau selama sejam terus latihan non stop. Nih, liatin kulitku dah mulai keriput!"

Ethan mengintip dari dalam air melirik jari-jari gadis itu yang memang mulai mengerut. "Baiklah! Aku juga capek,"

"Lah, cuma satu kali aja sok kelelahan, bilang aja kalau gak mau renang sendirian, ya kan? Ngaku!"

Tangan Ethan terangkat menunjukkan ada sesuatu diatas telapak tangan kepada Emile. "Mau minum air kelapa." sejak kapan ia mengambilnya?

"O-oh bilang daritadi kek, bikin orang salah paham aja,"

Keributan dibelakang malah makin menjadi akibat lengan Alena yang memar karena salah fokus dan buah itu malah meleset ke lengan kanannya. Ini gegara siput yang hampir menyentuh kulit kakinya. Kenapa pula disini ada siput?

Kotak P3K yang selalu dibawah ke mana-mana jika ingin mengelilingi ataupun mengunjungi ke tempat yang disukai, telah dibawah Soma untuk mengobati memar Alena. "Udah trauma aku! Udah gak mau deket-deket dibawah pohon Kelapa lagi!"

"Jadi, gak mau makan buahnya juga?"

"Hehe, tentu saja kalau buah aku makan,"

Sore menjelang malam dengan api unggun di depan tenda sembari mengabadikan moment matahari tenggelam atau bisa disebut sunset. Tak lupa juga mereka berselfie ria sebagai kenang-kenagan kalaupun suatu saat nanti mereka akan berpisah karena mengejar impian masing-masing, dengan begitu foto ini bisa membayar rasa rindu meski hanya sedikit.

"Guys, sebutkan 10 kata bahasa Inggris yang gak ada huruf 'a' nya dalam 10 detik," tiba-tiba Aland memberi teka-teki kepada temannya yang sibuk bermain handphone. Jangan khawatir, masing-masing dari mereka menyediakan powerbank agar batrei mereka bisa terisi full tanpa khawatir jika habis.

"Eh? Kamu bilang sesuatu?" tanya Agatha kembali.

"Astaga, kamu berdosa banget, mbak!" seru Aland dramatis. Tak hayal, ia merampas handphone milik Alena karena saking kesalnya telah dicuekin.

"Ih, apaan sih?"

"Jawab dulu baru aku balikin," sambung Aland. "Inget cuman 10 detik ya waktunya, jadi harus berpikir cepet,"

"Itu mah gampang!" Soma menunjuk dirinya menandakan dia yang akan menjawab pertanyaan itu.

Sembari berpikir Soma berusaha menjawabnya dengan tepat, mengingat ia tidak terlalu fasih dengan bahasa Inggris. "Fish, red, dog, black, pink, shoes,..." otak Soma mendadak buntu.

"Stop! Waktu habis, sayang sekali!" Aland kelihatan senang karena Soma gagal.

"Ternyata ribet juga ya!" Soma malah ngegas.

"Haha, padahal jawabannya gampang banget."

"Mau tau gak?" tanya Aland hingga Alena dan lainnya menjadi penasaran. "Apa?"

"Jawabannya adalah... One, two, three, four, five, six, seven, eight, nine, ten!" dengan cepat Aland menyebutnya hanya dalam 5 detik.

Hening

Semua heran akan jawaban itu. Katanya tak ada huruf A nya, kok ini?

Seakan tau bahwa mereka dilanda kebingungan, Aland berniat menjelaskannya dengan detail. "Jadi gini, kan yang aku bilang gak boleh ada huruf A nya, bukan berarti penyebutannya juga demikian!" lanjut Aland, "Yaelah, hurufnya aja yang gak boleh ada A nya tapi penyebutannya boleh lah!"

Sontak Alena, Soma, Emily, dan Ethan saling menatap satu sama yang lain, kemudian detik berikutnya sebuah air mancur menghampiri tubuh Aland karena para sahabatnya menyirami nya air lewat sedotan yang berada di botol itu.

Bayangkan malam-malam gini ditambah dingin lagi malah di hadiahi air dan menambah suhu beku dari tubuh Aland. "Kalian teman durhaka! Awas ya minta tolong sama aku, langsung aja aku kasih bokong nih!"

Tanpa rasa bersalah sedikit pun, mereka beranjak pergi untuk mencari kesibukan masing-masing, Pura-pura tidak mendengar omongan dari Aland.

"Gapapa, udah biasa aku diginiin. Orang sabar disayang Tuhan."

Dengan perasaan kesal Aland pergi menganti pakaian nya yang basah kuyup. Sementara itu, Alena tengah berjalan sendiri menuju arah hutan. Entah kenapa kakinya menuntun nya agar pergi ke tempat yang menarik perhatiannya sejak datang ke sini beberapa jam yang lalu.

Nampak sebuah pintu besi yang tergeletak diatas pasir sepertinya itu pintu untuk menuju ruangan bawah tanah. Sebenarnya pintu itu ditutupi oleh beberapa helai daun, tapi Alena membersihkannya setelah sinar putih menyilaukan manik matanya.

Belum sempat tangan gadis itu menyentuh ganggang pintu, Tiba-tiba sebuah lengan kasar menyeretnya menjauh dari benda itu.

"Apa-apaan nih?!"

Lengan Alena dari semula bersih kini menjadi kotor, kemudian ia mendongak melihat siapa pelakunya. "Si-siapa?"

"E-eh? Maaf, itu tempat pribadi ku." ucap pria itu gugup. "Jangan masuk."

Pria itu menggaruki lehernya, ia tidak terbiasa berkomunikasi dengan perempuan, jadi dimaklumi ya.

"Kau tinggal di pulau ini?" tanya Alena.

"Bisa dibilang begitu," jawabnya masih menundukkan kepalanya itu.

"Ngomong-ngomong... Pulau ini bahaya untuk kalian. Secepatnya kalian harus pergi dari sini, ini peringatan ku."

Peringatan itu malah membuat gadis itu terheran-heran. Sebelum datang kesini, ia telah memastikan terlebih dahulu kalau pulau ini aman.

Sebelum ia berbalik, Agatha mencegahnya pergi. "Oiya, namaku Agatha, salam kenal," Alena tersenyum. Harus dong, kesan pertama saat bertemu itu harus bagus!

"Varlen Vanderer."



_______________________________________

Saking banyaknya cerita yang belum dipublikasikan hingga bingung....
Sekarang rasanya ingin publish semua ceritaku tapi belum ada yang tamat muehehe
Nanti kalau beberapa udah end
Aku bakal publish semua cerita ku eheheh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dreams of YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang