Bagaimana yah cara membuka kisah ini supaya antimainstream?
Ah sudahlah. Tudepoin aja deh. Pertama kita intro dulu, supaya dicintai seperti pepatah; tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Benar tidak?
Oke, namaku Yoga. Yoga Helvizora. Umur delapan belas tahun. Penampilan sih maunya kece. Tapi yah... apalah dayaku. Aku hanya seorang laki-laki bertampang biasa-biasa aja. Jangan ngarep ketinggian kalau disini aku adalah anak populer dengan keahlian segudang dan selalu berhasil bikin cewek-cewek melting dan teriak-teriak 'makan aku' tiap aku lewat. Itu cuma mitos.
Hari masih pagi. Kutatap cermin di depanku buat memastikan apakah aku sudah menjadi cowok terganteng....eits bercanda. Maksudku apakah aku sudah rapi dan siap pergi ke sekolah. Oke, seragamku sudah pas membalut tubuhku yang tingginya gak tinggi-tinggi amat,standar lah. Aku tak butuh ekstra khusus untuk mengenakan seragamku karena beratku pun standar,gak kayak gentong.Kemudian kusisir rambut hitamku yang pada dasarnya susah diatur sembarangan.
Baiklah. Sudah waktunya berangkat ke sekolah.
Sekolah yang akan kutuju bisa dibilang gak jauh-jauh amat. Cukup jalan kaki 15 menit, aku sudah sampai disekolah. So, matahari gak bakal bikin kulit coklat sawo matangku gosong jika cuacanya terik.
Hidupku bisa dibilang nomaden dan terlantar. Pindah-pindah mulu gara-gara tugas orang tua. Mana dicuekin pula. Akhirnya setelah pindah sana pindah sini, akhirnya aku kembali ke rumah yang delapan tahun yang lalu kutinggali. Rumah paling bagus dari sekian rumah yang kutinggali sejak jadi makhluk nomaden.
Kubilang rumah paling bagus itu maksudnya bukan rumahku kayak istana dari emas. Tidak. Rumah ini malah bisa dibilang paling sederhana dibandingkan rumah-rumah yang pernah kuhuni. Alasan kubilang kenapa rumah ini yang paling bagus adalah karena saat aku tinggal disini lah aku menemukannya.
Sesuatu yang apa disebut orang cinta pertama.
Ah... lupain... lupain. Sekarang aku harus mengurus kepindahanku dulu di sebuah SMA negeri di kota ini. Inilah ribetnya jadi makhluk nomaden. Kebanyakan ngurus-ngurus. Padahal aku gak suka prosedur yang ribet.
"Oke. Nama saya Yoga Helvizora. Bisa dipanggil Yoga. Terima kasih." Haah...akhirnya selesai juga. Akhirnya aku bisa duduk dengan santai di kelas baruku.
Eh... nggak juga ding.
Mentang-mentang murid baru, jam istirahat udah dikerubungi buat diinterogasi. Bagus sih sebenarnya. Tanda aku dihargai disini. Tapi aku males banget dikerubungi kayak gini. Tapi yah... kulayani saja dengan senang hati. Lagian kan justru disaat seperti ini kita boleh nyicip dikit bagaimana rasanya dikerubungi macam anak populer yang sok artis. Dengan tampang standar dan status jomblo lumutan, kapan lagi kan kayak gini?
Semua mengerubungiku. Menanyaiku macam-macam. Dari alamat sampai nomor hape, dari pin BB sampai pacar. Issh...
Ya sudahlah.
Kalau kuamati, penghuni kelasku bisa dibilang kelewat rame untuk ukuran anak IPA, dan setelah menghuni kelas ini selama delapan jam, aku langsung bisa ngasih kesimpulan kalau kelas ini gak IPA banget. Heboh, berisik, kayak pasar. Bahkan kalah berisik anak IPS di sebelah.
Tapi anehnya, ada juga makhluk yang seolah dari dunia lain yang gak ikutan ngerusuh kayak yang lain. Seperti cewek berkacamata yang duduk disebelahku yang saat ini tengah asik dengan komik ditangannya dan headphone hitam di telinganya.
Ah... dia juga tadi gak ikut mengerumbungiku karena ditengah jam pelajaran cewek itu dengan santainya tidur menyembunyikan mukanya. Bener-bener gak cewek banget. Kuharap sih dia gak parah sampai sama sekali gak sadar kalau ada penghuni baru di sebelahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kokoro Antimainstream
RandomHidup boleh saja nomaden. Tapi sori, hati ini takkan nomaden semudah itu darimu. Tapi.... ~Y.H