Mengawali Hari

21 3 0
                                    

Pagi indah nan cerah ini sayangnya harus diawali dengan teriakan dari si nyonya rumah.

" YUNA! FELIX! BANGUN KALIAN! SEKARANG UDAH JAM BERAPA HAH!?"

" IYA MAH AKU UDAH BANGUN!" Sahut mereka bersamaan.

Iya teriakan yang mengawali pagi indah ini milik Joy Kristian William Limantara. Joy menghela nafas kasar. Sudah biasa dia menghadapi tingkah anak anaknya yang luar biasa dan tetap saja kepalanya mau pecah.

Jika itu keadaan di kediaman keluarga Limantara lalu bagaimana dengan kediaman Aldebaran?

"BARA! BANGUN KAMU DEK! KATANYA HARI INI ADA ULANGAN! CEPAT BANGUN!" Teriakan itu berasal dari Yifa yang menggedor pintu kamar Bara sang adik.

"BARA! CE–"

"Kenapa sih Yi? Pagi pagi udah teriak teriak aja?" Tanya Theo yang sudah berpakaian rapi dengan baju formalnya.

"Iya Yifa, kenapa teriak teriak?" Sahutan itu berasal dari belakang punggung Theo terlihat Jane, sang ibu yang sudah berpakaian rapi.

" Ini dad, mom si Bara susah di bangunin padahal katanya hari ini ada ulangan." Sahut Yifa cemberut.

Mata Jane membulat lalu menggedor pintu kamar Bara, " BARA RIVALDO ALDEBARAN! BANGUN ATAU MAMA SITA PS KAMU!" Nampaknya ancaman itu manjur karena terdengar suara grasak grusuk di dalam kamar Bara.

CKLEKK

Terlihat Bara yang sudah bangun dengan memegang handuk ditangannya sambil tersenyum polos, " siap! Laksanakan bos! Bara bakal langsung mandi kok!" Ucapnya sebelum menutup pintu.

Ketiga orang itu hanya menggelengkan kepalanya lalu pergi turun ke ruang makan.

Beda lagi dengan keluarga Aldebaran, keluarga William tampaknya sudah duduk rapi di tempat masing masing menunggu hidangan dari sang ibu.

Wendy yang melihat anak anak dan suaminya yang sudah duduk rapi di kursi meja makan cuma tersenyum kecil lalu menghidangkan beberapa lauk pauk.

Disela-sela kegiatan makan mereka, Wendy bertanya pada anak bungsunya, " Rendi kalian kapan ada turnamen basket?"

Rendi yang pas pasan sudah selesai makan pun menatap ibunya lalu menjawab, " belum ada kabar dari bang Jean ma."

" Biasanya di bulan bulan ini banyak turnamen Ren, sering sering latihan tuh biar ga kalah." Sang kepala keluarga pun menyahut yang dibalas anggukan sang anak pertama.

" Kak Rendi ayo berangkat, Woni udah selesai makan." Sahut si bungsu William. Setelah menyalimi kedua orang tuanya, mereka berdua berangkat ke sekolah.

Tampaknya di keluarga Pratama dan Bagaskara tidak ada bedanya dengan keluarga Limantara. Beda lagi dengan keluarga Jovanka yang anggota keluarganya sudah pergi semua sedari tadi.

Mari kita beralih ke keluarga Giovano. Terlihat maid rumah sedang mempersiapkan makanan bersama sang nyonya besar. Sang kepala keluarga duduk di sofa sambil membaca koran.

Tap Tap Tap

"Mom!" Teriakan itu menggelegar ke seluruh rumah. Irene yang mendengar teriakan itu pun pergi untuk melihatnya. Dilihatnya anak bungsunya yang sedang menatapnya dengan ekspresi kalut.

"Kenapa Leo? Pagi pagi udah teriak." Irene mendekati anaknya lalu bertanya.

" Dasi Lele mana mom? Udah lele cari tapi ga ada." Rengeknya seperti bayi. "Loh seingat mommy ada kok, kamu udah cari lagi belum."

" Ud–"

" Udah apaan? Di leher lu itu apaan?" Terdengar sahutan dari atas tangga. Sontak keduanya menatap ke arah orang itu.

" Hah? Apaan sih kak Je?" Lele terlihat bingung. " Di leher kamu itu apaan le kalau bukan dasi?" Terdengar sahutan di belakangnya yang ternyata adalah Abby.

" Astaga Leonard! Kamu ini bikin panik pagi pagi aja. Auhh ahh mommy mau bikin sarapan kalian dulu." Irene terlihat cemberut lalu kembali ke dapur sementara Lele tersenyum lebar seakan ga ada apa apa. Sang kepala keluarga yang sedari tadi menyimak cuma menahan tawa tidak mau kalau sang istri tau dan berakhir dia tidak dapat jatah hari ini.

Well itu dari keluarga Giovano lalu bagaimana dengan keluarga Abimanyu? Sepi. Itu mungkin satu kata yang dapat menggambarkan keadaan rumah keluarga Abimanyu.

Terlihat dua orang berbeda jenis duduk di meja makan. Mereka menatap makanan yang terhidang di depannya tanpa selera. Sang kakak cuma menghela nafas lalu berbicara, " Ji ayo dimakan sarapannya, nanti kita terlambat loh."

" Gue capek Je sama keadaan rumah kita yang gini gini terus. Papa sama Mama ga pernah ada di rumah, apa kita ga sepenting pekerjaan mereka?!"  Sahut Yeji, air mata menggenang di pelupuk matanya.

Sang kakak kembar pun beranjak dari kursinya untuk memeluk sang adik, mengecup kepalanya berkali kali.

"Sshh, jangan bilang gitu papa sama Mama kerja keras kan buat kita juga. Gw juga cape dengan keadaan rumah yang kayak gini tapi apa lu mau tetap kayak gini? Ga maju maju? Ayo kita buktikan sama papa mama kalau kita bisa tanpa mereka okey?" Sang adik pun mengangguk lalu mereka mulai menyantap makanan mereka.

Mari kita beralih ke keluarga Alexander yang sudah dipenuhi tawa pagi hari ini dikarenakan lelucon dari sang kepala keluarga.

" Aduh udah deh pinggang papa mau encok nih gara gara ketawa terus, udah deh ayo makan." Ucap Jin sambil cemberut. Sang istri Jisa cuma tersenyum melihat anak anaknya yang meledek sang ayah.

" Udah udah bercandanya, cepat dihabisin tuh makanannya nanti kalian telat lagi. Kamu juga Jin jangan kebanyakan bercanda, masa nanti ada berita CEO perusahaan JinHit dikabarkan meninggal gara gara pinggang ecok oleh leluconnya sendiri. Kan ga lucu." Sontak anak anak langsung ketawa dan Jin mengeluarkan ekspresi pengen ditampol.

" Sontak anak anak langsung ketawa dan Jin mengeluarkan ekspresi pengen ditampol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Chapter 1 udah selesai nih, jangan lupa vote ya. Vote kalian itu memberi semangat loh ☺️🙏❤️

I Love You (Je t'aime )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang