PESAN CINTA DARI BUNDA

476 211 20
                                    


Bayangan Bunda sudah tak terlihat Ia berlalu begitu saja meninggalkanku seorang diri di ruang tamu, Aku duduk di salah satu sofa, Aku merenungi setiap kata yang mengalir di bibir Bunda yang sedari tadi Ia ucapkan, rasa pahit dan sakit mulai menjalari kerongkonganku ibarat influenza datang menyerangku secara tiba-tiba, Aku tidak bisa menjelaskan rasa sakit yang kualami ini, tiba-tiba buliran air mengalir membasahi pipiku, kuangkat tanganku dan kuraba pipiku Ahhh, ternyata Aku menangis bisikku dalam hati. Kutatap lantai yang ada di hadapanku, kutatap ia sedalam-dalamnya namun tatapanku kosong.

***

Pada tahun 80an di sekolah pada suatu desa yang bisa dibilang cukup terpencil, tawa dan canda anak-anak terdengar, matahari pagi mulai menyapa dengan hangat disertai angin sepoi-sepoi yang mulai menyambar pipi Bunda, namun sayang seribu sayang, cuaca yang cerah tidak bisa mewakili perasaan Bunda saat itu, cuaca tak secerah hati Bunda, bagaimana tidak jika Ia mendengar teman-temannya mulai mengeluarkan kata-kata yang tak pantas didengar. Ahhhngapain kamu sekolah sih, kalau kamu tidak punya uang? Ucap salah satu teman Bunda,
kamu berhenti saja sekolah kalau tidak punya uang ucap teman Bunda yang lain. Kata-kata yang mengalir begitu saja dari mulut teman-teman Bunda telah mengisahkan luka di hati Bunda dan pada akhirnya membuat Bunda memutuskan untuk berhenti sekolah akibat rasa malu yang Ia terima.

Bunda terlahir dari keluarga yang bisa dibilang cukup sederhana, diusia dini dimana usia remaja pada umumnya menghabiskan waktu untuk menimbah ilmu ataupun menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya, tapi tidak dengan Bunda, Ia lebih memilih menghabiskan usia remajanya dengan melangkahkan kaki ke Negeri orang demi mencari sesuap nasi demi mengubah takdirnya, Takdir yang membawa Bunda ke Negeri orang dan takdir pulalah yang mempertemukan Ia dengan jodohnya.

Bunda melepas masa lajangnya dan menghabiskan masa remajanya di Negeri orang, jauh dari keluarga, dari pernikahannya dengan pria yang Ia cintai, Bunda memiliki empat buah hati yang terdiri dari dua putra dan dua putri. Siang dan malam silih berganti hingga tiba suatu masa dimana Bunda harus pulang ke kampung halamannya demi menyekolahkan anak-anaknya.
Ahhini demi anak-anakku, lirih Bunda dalam hati. Bundapun harus menahan malu demi menumpang dirumah salah satu saudaranya, karena pada saat itu Bunda belum memiliki cukup uang untuk membangun sebuah rumah. Selang beberapa hari Bunda berada di kampungnya, Bundapun memutuskan pergi ke kampung halaman suaminya demi menjalin silahturahmi dengan mertuanya.
Alhasil disanapun suasana tidak bisa bersahabat dengan Bunda dan pada akhirnya Bunda harus menahan setiap api amarah yang bergejolak. Mengapa tidak jika seseorang diangap sebagai keluarga bahkan sedarah malah Ia yang mengisahkan luka di hati Bunda. Ada orang bertahun-tahun merantau ke Negeri orang tapi tak memiliki apa-apa, hina salah satu keluarga Ayah, sedangkan keluarga yang lain ikut menimpali kamu betul seharusnya kalau sudah bertahun-tahun pasti sudah bisa punya rumah, jangankan rumah menyekolahkan anaknya pun mungkin tidak sanggup. Bunda hanya bisa tersenyum sabarsabar, bisik bunda dalam hati sambil mengelus dadanya, Akan ada masa dimana Aku bisa memiliki rumah, Aku tahu Sang Pencipta punya rencana yang baik Ucap Bunda dalam hati.

Pengalaman hidup yang Bunda alami semasa kecil di sekolah membuatnya mengambil keputusan untuk kembali merantau di Negeri orang, demi memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya dan dengan berat hati Bunda menitipkan buah hatinya pada keluarga Ayah agar anak Bunda dirawat oleh mereka, tapi tak luput dari jiwa seorang Ibu, Bunda sangat berat hati untuk melepaskan anak-anaknya karena disaat itulah anak-anak membutuhkan perhatian orang tua, mereka butuh kasih sayang seorang Ibu dan di saat itu juga seorang Ibu ingin melihat perkembangan buah hati mereka. Namun apalah daya Bunda hanya mampu mengelus dada dan mengehela nafas.

***

Beberapa tahun kemudian Bunda kembali ke Kampung halamannya demi melihat sang buah hati yang tak lama Ia lihat perkembangngannya dan tak hanya itu saja Bunda kembali dengan maksud ingin mendaftarkan diri untuk naik tanah suci. Orang-orang di sekitar Bunda melihat Bunda dengan berbeda, mereka tak melihat Bunda dengan sebelah mata, mereka mulai menghargai dan mendengarkan Bunda.

Apa yang membuat mereka berubah? Apakah karena mereka sudah melihat Bunda memiliki uang atau apa? Atau karena mereka mendengar Bunda akan naik tanah suci? Pertanyaan-pertanyaan itu terpatri di kepalaku. Di kampung halaman Bunda Bunda sebagian orang menganggap jika kamu naik tanah suci atau dapat gelar (Haji) mereka beranggapan bahwa kalian termasuk golongan yang berada.

***

Beberapa bulan setibanya Bunda dari tanah suci, keluarga Bunda maupun Ayah mereka semua menyambut Bunda dengan hangat, semua kehidupan Bunda berubah seratus delapan puluh derajat. Bunda berhasil membangun sebuah rumah, Bunda berhasil menyekolahkan keempat buah hatinya hingga lanjut ke Universitas, tapi tak hanya itu kehidupan Bunda berubah total setelah salah satu Putra Bunda lulus di akademi kemiliteran. Bunda saat ini menjadi orang yang bisa dibilang cukup dipandang, Orang-orang tak lagi memandang Bunda sebelah mata bahkan meremehkan Bunda.
Apa yang membuat Bunda bisa setegar dan setabah ini? tanyaku dalam hati.

Apa yang bisa membuat Bunda sesukses ini? tanyaku lagi.
Hmmmintinya kamu harus sabar Nak, jawab Bunda seolah-olah Bunda bisa membaca semua pikiranku.
Aku percaya Naksemua yang terjadi sudah diatur oleh Sang Pencipta, yang perlu kita lakukan adalah melakukan yang terbaik dan kunci utamanyan adalah sabar, tukas Bunda.

Apakah hanya sabar saja yang dibutuhkan? gumamku dalam hati.
Hinaan Orang-orang terhadap Bunda,Bunda jadikan itu sebagai kekuatan dan motivasi bagi Bunda, dikala Bunda lelah saat Bekerja Imbuh Bunda, seolah-olah Bunda tau Aku masih bergelut dengan batinku yang di terpa beberapa pertanyaan.
Ambisius, hard work dan sabar adalah kombinasi karakter yang dimiliki Bunda tapi tak luput dari jiwa seorang Ibu, Bunda sangat sayang dengan anak-anaknya. Bunda memiliki pengalaman hidup yang cukup keras terutama masalah pendidikan dan ekonomi, sehingga mengharuskan Bunda melangkahkan kaki di Negeri orang, hal ini tidak mengahalangi Bunda menitipkan pesan cinta pada buah hatinya termasuk Aku.

Janganlah menghargai dan memandang seseorang karena ia berada, tapi hargailah mereka karena kebaikan akhlaknya. Bekerja keraslah demi mencapai impian yang kamu impikan serta sabarlah dalam menghadapi cobaan apapun, anggaplah hinaan Orang-orang sebagai motivasi terbesarmu demi mencapai cita-citamu.

***

"Naknaknakapa kamu tidak mau makan?" Teriak Bunda dari dapur. Suara Bunda membuatku terbangun dari lamunanku.
"Iya Bunda," jawabku sambil beranjak dari sofa yang sedari tadi Aku duduki dan menikmati perjalanan masa lalu Bunda.

💙💙💙

Author by @Rohaeni

Orang TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang