Takdir dan maut

147 127 2
                                    


"Putt... Putri... Bangun nak" Ucap Ibuku

Mendengar suara ibu aku pun langsung bangun dari tidurku, entah kenapa alarm terbaik bagiku ialah ibuku.

Aku berkali-kali memasang alarm untuk bangun di pagi hari namun tak pernah kunjung bangun, entah karena aku kecapekan atau tidurku yang terlalu pulas.

Namun ketika mendengar suara ibu telingaku serta batinku langsung meresponnya dan aku yakin semua anak pun begitu.

Akupun langsung beranjak dari tempat tidurku dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Setelah itu aku turun ke lantai bawah dan kulihat ibu sedang menyiapkan sarapan pagi dengan telaten.

Akupun mendekat dengan mengenakan pakaian seragam biru putih yang ku kenakan pada hari senin ini.

Ku lihat juga Ayah berjalan turun dari atas dengan riang gembira karna hari ini naik jabatan di kantornya.

Setelah sarapan Ibu menatap Aku dan Ayah dengan lekat sampai-sampai Aku mengira Ibu marah atau bagaimana.

Ibu pun berkata "Ayah, carilah rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram. Kami sanggup untuk kelaparan tapi kami tak sanggup menanggung amarah sang Pencipta alam," Ucapnya dengan halus

"Iya-iya buk. Ayo berangkat sekolah put," ajak Ayah, dan Akupun berangkat.

**

Hari silih berganti kian berlalu. Tinggal Dua hari lagi tibalah hari ulang tahunku. Aku berfikir dalam hatiku apakah orang tuaku ingat bahwa beberapa hari lagi adalah hari ulang tahun ku.

Eh, Aku lupa bahwa Ayah dan Ibu ada diluar kota untuk tugas kantor Ayah, tentunya Ibu juga menemani beliau. Aku dirumah bersama Bi Iyem, pembantu rumah tangga di rumahku.

Ku lihat Bi Iyem sedang duduk di kursi ditemani snak kentang di sebelah kiri nya di atas meja, dengan cepat aku mendekatinya dan aku menanyakan apakah Ayah dan Ibu akan pulang pada hari ulang tahunku.

"Bi, Ayah Ibu pulang tidak nanti pas hari ulang tahunku? " Tanyaku.

Dengan santai Bi Iyem menjawab "Ya mudah-mudahan aja pulang Non," Ujarnya.

Akupun pergi kekamar seraya melihat foto-foto Aku dan orang tuaku, baru satu minggu aku berpisah dengan mereka namun sudah terasa seperti setahun saja, "ah rasa rindu memang menjengkelkan," Gumamku.

Kutatap foto-foto itu dan langsung mengingatkanku akan kenangan-kenangan indah yang kulalui bersama kedua orang tuaku, Aku tak ingin kehilangan keduanya walau maut sekalipun yang memisahkannya Aku tetap menganggap mereka selalu ada di hatiku.

Keesokan harinya Aku bangun dari tidurku. Seperti biasa Aku kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Akupun turun kebawah dan kulihat Bi Iyem sedang menyiapkan sarapan pagi untukku. Yang biasanya secara khusus Ibu siapkan setiap hari. Dikarenakan Ibu tidak ada Bi Iyem yang menyiapkannya.

Entah kenapa hari ini perasaanku tidak karuan, sarapan yang dihidanhkan pun Aku tak habiskan semua. Aku bertanya pada diriku sendiri, ada apa denganku? Mungkin hanya perasaanku saja.

"Assalamu'alaikum" Ucap seseorang
"Waalaikumsalam" Jawabku

Aku berfikir siapa yang pagi-pagi begini datang ke rumah? Aha, Ternyata Paman dan Bibiku (Adik Ibu) datang dari kampung untuk menemaniku selama Ibu dan Ayah di luar negeri atas perintahnya mereka kesini.

"Put, sekarang ada kami disini kamu tidak kesepian lagi" Ucap paman

Walaupun hadirnya Paman dan Bibiku tidak bisa meredakan rasa rindu kepada Ayah dan Ibuku, tapi aku akan coba terus bahagia walau tanpa bersamanya.

Keesokan harinya tibalah hari ulang tahunku, namun Ayah dan Ibu belum juga pulang dari luar negeri.

Aku bangun dari tidurku, membersihkan badan kemuadianturun ke lantai bawah, kulihat ada taburan bunga-bunga mawar di sepanjang tangga rumah ku, akupunengikuti kemana arah bunga itu dan ku temui diakhir taburan bunga itu ada sebuah kue yang bertulis Happy Birthday putri dan berlilin angka 15.

"pasti kerjaan Paman dan bibi," Kataku tersenyum.

"Aku bahagia dengan kejutan yang kalian berikan paman, Bibi,  Terima kasih aku sangat sayang kalian,"ucapku

Tiba-tiba ponsel paman berdering kencang seakan-akan ada kabar penting yang tak bisa terlewatkan.

" Halo ada apa Dika" paman sedang mengangkat telfon dari adiknya.
"M-mas coba buka televisi siaran langsung I news" Ucap Mas Dika dengan gugup.

Aku merasa ada yang tidak beres dengan semua ini, dari nada bicara Mas Dika terlihat jelas rasa khawatir yang mendalam.

Dibuka siaran langsung I news oleh paman.

Bus hilang kendali akibat supir mengantuk jatuh ke jurang. sebagian besar adalah penumpang nya orang Indonesia dari luar negeri yang ingin kembali ke kotanya. (I news)

Seketika badanku kaku tak bisa berkata apa-apa, yang hanya air mata dan tangis duka meliputi diriku, aku merasa seakan-akan pisau tajam menusuk-nusuk tubuhku karena kata paman itu ialah bus yang dinaiki kedua orang tuaku.

Paman menompang diriku di sisi kanan dan Bibi disisi kiri. Badanku tak ada kekuatan lagi hari yang harusnya bisa menjadi momen bahagia malah kini hanya menjadi derita.

🍁🍁

Kusaksikan pemakaman Ayah dan Ibuku yang dulu selalu bermain dan bergembira bersamaku. Mereka kini telah pulang menghadap sang Ilahi. Waktu begitu cepat merenggut kebahagiaanku.

Hari demi hari kujalani selepas kepergian kedua orang tuaku seakan-akan tiada hal yang menarik lagi didunia ini, tapi apalah daya kita Aku makhluk yang hanya bisa menerima keputusan pencipta.

Ku putuskan sekarang aku akan tetap kuat dalam menjalani kehidupan ini. Aku tidak ingin mereka sedih disana karna aku begini.

🍁🍁

Teruntuk diriku sendiri, hidup bukan hanya memikirkan bagaimana kau bisa hidup bahagia dengan orang yang kau cintai, tapi hidup untuk hal yang lebih luas dari itu.

Jangan bersedih ketika kedua orang tua kita dahulu pulang dibanding kita, karna mungkin amal mereka sudah melebihi kita.

Karna itu sang Ilahi masih memberi sehela nafas kepada kita, karna dia tau kita masih memiliki dosa.

🍂🍂🍂

Author Bisyrun sahlul khuluqi

Orang TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang