Setidaknya bahagia untuk diriku sendiri

163 130 5
                                    

Kadang kata durhaka tidak mengacu hanya pada seorang anak. Orang tua pun juga dapat dikatakan durhaka kepada anaknya.
Ha, bagaimana sih maksudnya orang tua yang durhaka?
Orang tua yang durhaka ialah ia yang sama sekali tak pernah hadir dalam dunia anak-anaknya, ialah ia yang merusak  harapan anak-anaknya dan ialah ia yang membuat sang anak kecewa serta membencinya.

Dalam kasus broken home bukan pihak istri saja yang terkena dampaknya. Anak-anak juga merasakannya. Masa kecilnya hancur karna tak pernah mendapatkan kasih sayang yang cukup baik dari Ayah yang pergi ataupun Ibu yang pergi.

Sebagian dari mereka mencari kebahagiaan dari teman maupun guru yang ada disekolahkan. Namun ada dari mereka yang memilih menjadi anak-anak yang pendiam karna malu kepada teman sebayanya.

Banyak sekali anak-anak yang tak berdosa yang harus menanggung segala perbuatan kedua orang tuanya. Banyak anak-anak yang kehilangan masa kecil bahagianya hanya karna kasus broken home.

Fadilla septia gadis berusia lima belas tahun yang sudah lama berpisah dengan Ayahnya sejak ia berusia delapan bulan.

Tidak, bukan karena pekerjaan namun karena perceraian kedua orang tuanya. Ayahnya menceraikan sang ibu lantaran beliau tidak mau dimadu.

Hari-hari dilaluinya dengan sebuah angan akan pelukan hangat sang Ayah seperti yang didapat oleh teman-temannya. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Ketiga kakaknya sudah bekerja dan ada yang sudah menikah.

Ia bukan anak yang pendiam seperti kebanyakan korban kasus broken home. Dia anak yang ceria seperti teman sebayanya walau kadang harus menahan air mata saat melihat teman-temannya dibuai oleh Ayah mereka.

Dilla banyak menghabiskan waktu disekolah dengan teman-teman atau kakak-kakak pembina Pramuka maupun OSIS untuk mencari kebahagiaannya.

Dahulu ketika usianya yang menginjak ke sembilan tahun ia pernah secara diam-diam mengirimkan sepucuk surat kepada Ayahnya lewat kantor pos.

Isi surat itu ialah :

Dari Dilla untuk Ayah

" Ayah, Dilla sudah tidak rindu dengan Ayah. Dilla disini sudah senang dengan Ibu dan nenek. Ayah ... Tolong kirimkan foto Ayah dong. Agar Dilla bisa pamerkan ke teman-teman Dilla. Dilla malu tauk diejek karna gak punya Ayah. Oh iya, Ayah sehat kan? Dilla sebenarnya tidak perduli namun bagaimana lagi Ayah kan Ayah satu satunya Dilla, walau Dilla gak tahu bagaimana wajah Ayah setidaknya Dilla pernah punya Ayah. "

Salam cinta dari Dilla walau tidak cinta

Ia sempat berharap aka balasan surat itu namun segalanya sia-sia. Ayahnya tidak pernah membalasnya walau hanya sekedar menuruti permintaannya untuk mengirimkan sebuah foto.

***
Ibunya bekerja sebagai pedagang makanan yang menjual dagangannya dari satu rumah kerumah lain dari pagi sampai petang.

Yang dapat Dilla lakukan sehari-hari hanyalah belajar dan berdoa kepada Tuhan agar ia, ibu dan ketiga kakaknya dapat bahagia setidaknya untuk diri mereka sendiri.

Ditengah itu semua tepat waktu diusianya yang ke-enam belas tahun Ayahnya datang dengan perempuan hina yang merusak seluruh impian dan kebahagiaannya.

Kedua manusia kotor itu datang untuk mengambil hak asunya dari sang ibu. Jelas saja Dilla menolak. Namun hukum tetaplah hukum, Ayah Dilla berhasil memenangkan hak asuhnya dan ingin segera membawa Dilla untuk tinggal bersama keluarga barunya.

Ia tak ingin hidup satu rumah dengan perempuan hina itu beserta Ayahnya. Bukan karna ia tak rindu dengan Ayahnya, rasa bencilah yang membuatnya tak ingin mendekat dan memeluk.

Orang TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang