Bab 1

11 2 2
                                    

Barta menyugar rambutnya seraya menatap sosok yang tidur memenuhi kasur apartemennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Barta menyugar rambutnya seraya menatap sosok yang tidur memenuhi kasur apartemennya. Dia yang baru saja pulang sudah disuguhkan pemandangan yang membuatnya jengkel. Ia lelah, niat hati ingin langsung tepar di kasur empuknya langsung urung karena kedatangan makhluk super menyebalkan yang sayangnya menjelma sebagai adik tersayang.

"Bangun!"

Kaki Barta terangkat dan menendang tubuh Aziel yang terlelap nyaman. Wajah tampannya semakin muram karena adik bungsunya itu tak jua bangun. Bahkan untuk bergerak pun tidak.

"Bangun cuk!" Barta ngegas. Kepalanya yang pusing membuatnya tak bisa santai. Yang ada dia makin emosi karena adiknya sulit untuk dibangunkan. Kasur dan Aziel, memanglah kesatuan yang harus dipisahkan. Karena jika keduanya bertemu, siapapun yang berhadapan dengan mereka akan menjadi emosi sendiri.

Aziel merenggangkan tubuhnya setelah mendapat tendangan kesekian dari Barta dan paling kasar. Cowok itu bangun terduduk. Dengan kening sedikit mengerut dan mata masih terpejam. Bibirnya bergumam melayangkan protesan.

 Bibirnya bergumam melayangkan protesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa sih bang, gue ngantuk banget ini.."

Barta mendelik. Tanpa perasaan dia menoyor kepala adiknya sendiri. Aziel yang pasrah dengan senang hati kembali berbaring terlentang.

"Minggat lo cuk, ngapain ke apartemen gue?!" sekalem-kalemnya Barta, dia sangat sensi jika tengah kesal. Apalagi kalau dengan Aziel.

"Numpang tidur elah. Gue diusir sama abang Kaivan." jawab Aziel malas.

Barta speechless. Kelakuan apa lagi yang buat abang pertamanya memarahi adik bungsunya itu. Emang gak ada akhlak si Aziel.

"Emang lo ngapain lagi?"

Aziel membuka satu matanya untuk menatap Barta. Kemudian kembali menutupnya lagi, "Gue gak sengaja lihat abang mantap-mantap diruang tamu. Yaudah, kena bacotan lagi deh. Diusir gak boleh bawa apa-apa. Ngegelandang gue Bar."

"Gelandang dikolong jembatan sana, jangan disini!" Barta menarik paksa tangan Aziel. Menggeretnya kuat dan tanpa perasaan menjatuhkan sang adik dari kasur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Manja BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang