01

170 25 1
                                    

Jadilah pembaca yang bijak dengan memberikan dukungan berupa vote dan komen agar penulis dapat melanjutkan cerita ini, terimakasih.

Happy reading!

Kaki Jennie melangkah di atas marmer hitam mengkilap, melewati pilar - pilar besar di sekeliling nya. Bangunan yang menjadi saksi bisu kesuksesan ayah nya saat ini, pertama kali Jennie menginjakan kaki nya pada saat ia berumur 10 tahun, tepatnya Jennie dan ibu nya menjadi orang pertama setelah Minhyuk. Dan hingga saat ini, gedung pusat The Kim's masih berdiri tegak dengan kemajuan yang sangat pesat.

Jennie mendumal dalam hati saat semua pekerja menduduk memberi hormat padanya, namun ia tidak ingin terlalu peduli dan terus berjalan hingga di depan lift, menempelkan kartu akses warna hitam agar lift itu terbuka, ia menggunakan lift yang berbeda dengan biasanya, ini akan membantu nya untuk menyambungkan langsung dengan ruangan ayahnya tanpa ada satu orang pun di dalam.

Gadis glamour itu telah sampai, Minhyuk yang sedang bekerja dengan komputer nya menjadi pemandangan yang Jennie lihat.

"Kau datang?" Tanya Minhyuk dengan senyum nya. Putri nya bergegas menghampiri dan duduk di kursi depan meja kerja yang berhadapan dengan Minhyuk. "Ayah yang meminta,"

Jennie bersantai di kursi nya, mengetukan jari dan melihat ke sekeliling ruangan, tidak ada yang berubah, masih ada boneka beruang Jennie yang ia taruh di lemari kaca. Lalu ia tersenyum karena teringat sesuatu.

"Mengapa hati ini selalu merasa senang saat semua orang mengenali ku. Terutama mereka yang harus hormat pada gadis seumuran nya. " Ujar Jennie mengagumi dirinya sendiri. "Jennie-ya, lihatlah dirimu, selalu tampak mengagumkan dan terhormat, kau layak hidup dengan julukan young and rich."

Minhyuk terkekeh, "Kau menyukai nya? "

"Sepertinya," kekeh Jennie. "Meskipun mereka selalu menduduk, tapi itu tidak terlalu buruk, mengganggu sedikit bukan berarti harus berhenti menunduk." lanjutnya.

Jennie menegakan tubuhnya, "Apa aku terlalu banyak bicara? Kurasa tidak. Omong - omong mengapa ayah menyuruh ku datang?"

"Ayah kira itu hal yang wajar,"

"Kita selalu bertemu di rumah pak tua"

Minhyuk menghentikan pekerjaan nya, ia beralih pada Jennie.

"Masalah apa yang kau buat hari ini?" Tanya Minhyuk.

"Apa? Masalah apa?"

"Ayah tahu Jane,"
"Dengan Krystal Jung?"

"Ayah," rengek Jennie, ia tahu jika sudah begini pasti seorang penguntit mengadu pada ayah. "Apakah Kiwoon? Atau Mochul? Siapa yang beritahu ayah?" Tebak Jennie.

"Sekarang bukan itu yang terpenting Jane."

"Aish! Sudah kuduga pasti mereka, berani sekali si bodoh itu menambah beban fikiran ayah ku! Memangnya mereka tidak tahu pekerjaan ayah? Setidaknya lihat ada berapa gedung yang menjadi milik ayah."

"Ruby.."

Ia menyerah, tidak ada gunanya mengelak di depan Minhyuk, ia hanya akan terlihat seperti kucing yang mengomel di depan tuan nya.

"Baiklah, aku menggoda pacar nya lalu ia merasa tersaingi dan tiba - tiba dia melempar ku dengan tas nya. Lalu aku melawan- ah tidak, aku membela diri dan bicara baik - baik padanya namun sepertinya dia tidak ingin bicara baik padaku jadi ku tampar saja pipi nya. Lagipula dia bukan masalah besar, tas nya saja terlihat murah, aku bisa tahu bahan nya karena tidak pernah terlihat di brand internasional. Jika ayah tanya mengapa aku membela diri, sudah jelas bahwa aku tidak suka caranya berbicara seolah dia tidak tahu aku siapa, bukankah harusnya dia meminta-  "

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang