Muda mudi itu tak berkedip saat seorang wanita berparas cantik melewati jalan nya. Mereka saling berbisik dan membicarakan bagaimana wanita itu bisa memiliki kecantikan bak dewi. Mata kucing di balik kacamata nya mengedar berharap menemukan sesuatu yang menarik untuk dilihat, namun nihil semua yang ia lihat terlalu biasa dan membosankan. Bahkan interior bangunan nya tidak terlalu mewah dibanding dengan rumahnya.
Wanita itu melepas kacamata hitam nya, semakin membuat orang-orang terpesona melihatnya. Dimulai dari matanya yang nyaris sempurna, hidung lancip yang mengkilap lalu bibir merah muda yang indah dan juga kulitnya yang seputih susu. Ini seperti cara tuhan agar tidak ada orang yang dapat mencela gadis tersebut.
"Jennie!" Teriak seseorang dari belakang, sontak gadis itu menoleh dan tersenyum miring saat melihat sang primadona Universitas itu berlari ke arahnya.
"Ada apa?" Tanya Jennie.
Jongin, pria yang baru saja sampai dengan nafas terengah itu tersenyum lebar pada Jennie. Seperti romeo yang siap menyampaikan berita baik oada juliet.
"Aku memilih mu," ujarnya. "Tidak ada lagi hubungan antara aku dengan Krystal"
Jennie tertawa kecil, tak memberikan ekspresi lebih. "Kau memutuskan dia untukku?" Tanya nya.
Jongin mengangguk. "Jadi apakah sekarang aku bisa menjadi kekasih mu?" Tanya Jongin dengan penuh harapan.
"Baiklah, aku tidak keberatan." Putus Jennie dengan perasaan yang masih biasa saja, tak ada kupu-kupu terbang di perut nya atau pipi yang merah seperti kepiting rebus.
"E-em apa kau memiliki tempat impian untuk berkencan?" Tanya Jongin masih di tempatnya.
"Tidak," jawab Jennie.
"Bagaimana dengan taman? Aku akan senang jika setelah ini kita pergi berkencan kesana,"
Jennie menggerutu dalam hati, Jongin bukan selera nya. Ia terlalu mudah dan membosankan untuk didapatkan. Bagaimana bisa lelaki itu kesenangan dengan jawaban belas kasihan Jennie.
"Bagaimana jika kita tidak pergi sama sekali dan biarkan aku pergi dari sini?"
"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"
Jennie menghela nafas jengah, mengapa Jongin tidak pernah kehabisan pertanyaan?
"Aku akan pergi makan siang, Chahee sudah menunggu ku di Cafetaria."
"Aku temani ya?" Tawar Jongin meskipun Jennie tidak butuh di temani oleh lelaki itu.
"Fine. Kau boleh ikut denganku." Final Jennie sebelum pergi meninggalkan Jongin di belakang.
Sepanjang jalan, Jennie tak lepas dari pandangan orang-orang yang terus menatapnya dari atas sampai bawah. Pemandangan seperti ini sudah biasa bagi seorang Kim Jennie, kemana pun ia melangkah pasti ada sepasang mata yang menatapnya dengan kagum. Jennie adalah wujud nyata dari pepatah jatuh cinta pada pandangan pertama. Seperti Jongin yang rela mencampakan kekasihnya demi mendapatkan Jennie yang belum lama ia temui.
Setelah sampai di Cafetaria, Jennie tersenyum saat menemukan Chahee yang sedang duduk sendiri dengan raut yang kesal karena menunggu Jennie.
"Awan diatas kepala mu gelap sekali Chahee, sepertinya sebentar lagi turun hujan." Ujar Jennie mengejutkan Chahee.
"Ya! Aku sudah menunggu lama disini!" Omel Chahee sesaat sebelum ia menyadari sesuatu. Ia melihat pria tampan yang digemari seantero kampus baru saja duduk di samping Jennie, temannya.
"Kami baru saja berpacaran," ujar Jennie saat melihat wajah Chahee yang kebingungan melihat Jongin.
"B-benarkah? Bagaimana dengan Krystal?" Tanya Chahee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You?
Fanfiction"A-aku tidak tahu kau siapa, tapi mengapa kau membawa ku ke kamar ini?" "Karena mulai detik ini, kau menjadi tanggung jawab ku Kim Jennie."