-O2

188 39 10
                                    

Haechan terdiam kaku.

Pikirannya kosong.

Kedua bola mata indahnya menatap nanar pemandangan yang tersaji apik di depannya. Tak berkedip sekalipun, membiarkan matanya terasa pedih karena kering, berharap dengan melakukan hal tersebut ia akan terbangun dari mimpi buruk.

Sebuah adegan bak film antara dua anak manusia yang sedang tertawa bahagia memenuhi pandangannya, dimana seorang Pemuda tampak mengelus-elus kepala Pemuda mungil yang sedang bersandar padanya. Lagu Versace on The Floor milik Bruno Mars mengalun dari bluetooth speaker di atas meja, menjadi backsound dalam kegiatan mereka. Puncaknya adalah ketika salah satu diantara mereka mendekatkan wajah, mencuri sebuah kecupan manis yang tentu tidak ditolak sama sekali, kemudian mereka kembali tertawa bahagia.

Biasanya Haechan amat menyukai adegan romantis. Pemuda manis itu akan berteriak gemas, bertingkah seperti orang gila dan ngap-ngap an layaknya ikan kekurangan air jika melihat adegan lovey dovey dalam drama yang sering ia tonton. Bahkan tak jarang ia akan memutar ulang scene yang sama setidaknya untuk 10 kali, atau bahkan lebih hanya untuk kembali memenuhi seisi kamar dengan jeritan melengkingnya serta menggigiti bantal yang tidak bersalah.

Haechan menyukai adegan romantis, sungguh.

Tapi tidak untuk kali ini.

Karena pemeran adegan romantis yang ia tonton secara live kali ini adalah Nakamoto Yuta, kekasihnya. Dan lawan main sang Pemuda Jepang itu adalah sesorang yang Haechan yakini telah menjadi mantan pacar dari tambatan hatinya, Dong Sicheng.

Haechan ingin berteriak, berlari menuju sofa dan memisahkan dua insan dimabuk cinta yang ada di hadapannya.

Namun apa daya jika tubuh telah berkhianat.

Suaranya tertahan di tenggorokan dengan kaki yang membeku ditempat. Yang keluar hanyalah tetesan demi tetesan air mata yang meluncur bebas, berlomba-lomba mengaliri pipi gembil miliknya. Menit demi menit ia habiskan untuk membasahi mata serta pipi sebelum ia mampu mengeluarkan sebuah lirihan dari mulutnya,

"Kak"

Kedua pemuda di atas sofa menoleh serempak, anehnya mereka sama-sama tidak terkejut akan kehadiran Haechan. Kelewat santai malah. Dong Sicheng nampak tersenyum manis, "Hi there, Haechan. Long time no see ya. Wow, you look great today. Those clothes and make up suits you well. Kamu manis banget, pantes banyak yang naksir kamu di sekolah Chan."

Ah.. senyumnya manis, ucapan yang keluar dari mulutnya pun manis.

Namun dalam situasi sekarang, pujian-pujian tersebut tak mampu membuat Haechan tersanjung ataupun sekedar menyunggingkan senyum. Kepalanya terasa akan meledak menampung berbagai spekulasi yang tak dapat dicerna maupun diterimanya. Air matanya semakin deras mengalir tatkala melihat reaksi dari Pemuda Jepang yang ber-status kekasihnya tersebut

"Apa sih Win, manis kamu juga kemana-mana," senyuman Yuta mengembang perlahan. Tangannya nampak terulur mencubit gemas pipi Dong Sicheng.

Haechan benar benar tak habis pikir. Bagaimana bisa kedua manusia itu begitu santai melakukan hal seperti itu didepan Haechan yang jelas berstatus sebagai kekasih Yuta? Apakah ini sebuah prank? Haechan berharap besar pada spekulasinya yang terakhir .

"Kak Yuta, bercandanya gak lucu," Seraknya.

Senyuman Yuta perlahan memudar. Ia bangkit menghampiri Haechan, berhenti dihadapan pemuda mungil itu dengan tatapan bingung.

"April mop sudah lewat, lo tau kan? Atau lo lupa tanggal? Lagian sejak kapan lo tau password apartemen gue?" ucapnya kelewat santai.

sun's note | haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang