Family

10.3K 835 84
                                    

.
.
.
.
🌷🌷🌷

London, 1899

Astoria, Pansy, Hermione, dan Harry.

Empat bersaudara dari keluarga Potter, Lily Potter sang ibunda adalah perempuan paling sabar dan baik didunia, senyumnya selalu menghiasi hari-hari keempat bersaudara itu. James Potter sang ayah yang penuh perhatian pada anak-anaknya walaupun dirinya harus disibukkan dengan pekerjaan di kementerian namun dirinya selalu menyempatkan waktu bagi keempat anaknya.

"Ah! Sepertinya kita tidak punya persediaan makanan lagi untuk lusa". Astoria sang kakak tertua menutup kembali sebuah lemari yang menjadi tempat persediaan makanan.

"Haruskah kita pergi ke kota esok hari? Tapi aku harus menemanimu ke pesta dansa kan?" Pansy si putri kedua berbicara pada kakaknya sambil membaringkan kepalanya dipangkuan Hermione.

"Sepertinya Hermione bisa menemani ibu". Lily tersenyum pada putrinya yang paling muda.

"Tentu saja!" Jawab Hermione bersemangat mendengar penuturan ibunya.

"Tapi sepertinya kita juga kehabisan madu dan air anggur untuk malam ini". Lanjut Astoria memandang sendu pada keluarganya yang saat ini sedang berkumpul di satu ruangan tapi tentunya tanpa Ayah mereka.

"Biar aku saja".

Semua pandangan tertuju pada si bungsu yang sejak tadi diam menekan-nekan tuts piano yang sebenarnya sudah rusak dan tidak mengeluarkan suara lagi.

"Tapi sebentar lagi matahari akan segera tenggelam Harry". Pansy mengubah posisinya menjadi duduk setelah mendengar perkataan yang keluar dari pita suara adik bungsunya itu.

Harry tersenyum saat keempat wanita kesayangannya itu menatap khawatir padanya. "Tidak apa, aku juga ingin sekalian membeli kuas lukisku yang sudah tidak bagus lagi".

Harry berjalan menaiki tangga menuju kamarnya lalu mengambil sebuah mantel hangat dan syal, angin musim gugur yang berhembus sering kali menimbulkan rasa dingin yang menusuk kulit.

"Hati-hatilah dijalan, kami menunggumu". Kata Hermione saat melihat Harry menuruni tangga.

"Ini uangnya nak". Lily menyerahkan beberapa lembar uang dan juga koin namun ditolak oleh Harry.

"Tidak usah bu, pakai uangku saja. Aku akan segera kembali". Kata Harry melambaikan tangan pada Ibu dan ketiga kakaknya lalu menghilang dibalik pintu.

Selama perjalanan keluar dari daerah tempat tinggalnya di Godric's Hollow, Harry memperhatikan setiap rumah yang dia lewati.

Dari rumah-rumah tersebut, Harry dapat melihat perbedaan kelas sosial yang terlihat jelas. Terdapat rumah sederhana layaknya rumahnya sendiri dan keluarganya, terdapat beberapa mansion megah yang bersebrangan, dan terdapat juga rumah kecil yang mungkin hanya memiliki satu ruangan didalamnya.

Matahari sudah sepenuhnya tenggelam ketika Harry sampai di toko tujuannya, jalanan yang gelap hanya diterangi oleh beberapa lilin yang digantung di setiap rumah.

"Hanya ini?" tanya si penjaga toko pada Harry.

Harry menggenggam sebungkus obat yang dia ambil dari lemari di toko itu, "apa aku mempunyai sisa kembalian?.

"Tidak nak, uangmu sudah pas".

"Baiklah Hanya itu". Harry tersenyum lalu mengembalikan obat itu ke dalam lemari dengan sedikit ragu.

Harry mengeratkan mantel dan syal nya, setelah itu mengambil semua barangnya lalu keluar dari toko.

"Harusnya aku sudah tau untuk membawa uang lebih tadi, dan pastinya harga obat itu semakin hari semakin mahal". Gumam Harry pada dirinya sendiri yang masih dapat didengar oleh seseorang yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik nya.

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang