Sesampainya di rumah, aku begitu terkejut melihat pemandangan kamarku yang sangat berantakan. Seluruh pakaianku berserakan di lantai, padahal seingatku aku belum membongkar isi koper dengan perasaan gelisah aku memberanikan diri berjalan perlahan mendekati koperku yang sudah terbuka.
PRANGG....
Terdengar suara benda terjatuh dari arah dapur, aku yang tengah membereskan pakaianku sontak menolehkan kepala untuk mencari asal bunyi tadi. Namun, tak disangka sebilah pisau sudah tepat berada di depan wajahku, sontak aku menahan napas karena terkejut. Siapa lagi kalau bukan sosok itu yang menggangguku, aku berusaha untuk menenangkan detak jantungku yang berpacu sangat cepat.
"M-mau ap-apa lo?!"
Hantu itu menampakan wajah datar sambil mendekatkan pisaunya ke wajahku. "Gue mau nagih janji lo, cepet pergi dari sini sebelum wajah mulus lo ini gue bikin jadi gak berbentuk!"
"G-gue gak pe-pernah ja-janji sesuatu ke lo." Melangkahkan kakiku ke belakang untuk menghindarinya.
"Berani lo sekarang sama gue!" sosok itu terus mendekatkan pisaunya ke arahku sampai aku terpojok ke dinding.
Seketika badanku gemetar, pikiranku kalut aku tidak bisa memikirkan apapun lagi. Kurasakan pisau itu mulai menggores lembut pipiku dan darah segar mulai mengalir dari bekas sayatan itu. Perih, itu yang sekarang ku rasakan di pipiku. aku berusaha untuk menjaukan pisau itu dari pipiku, tapi tidak bisa dan sekarang pisau itu sudah berada tepat di leherku.
"Gak usah main-main sama gue! Cepet angkat kaki dari sini atau lo gue HABISIN!!!"
Aku bisa merasakan kalau perkataannya itu tidak main-main. Perasaan takut semakin menyeruak keluar dari dalam diriku, tak terasa air mata mulai mengalir membasahi pipiku. Aku tidak tau harus bagaimana, aku tidak mau mati di tangan sosokk ini. Tapi, aku juga tidak bisa pergi dari sini karena aku sudah tidak memiliki uang lagi untuk membayar sewa kos di tempat lain.
Apa yang harus gue lakukan, batinku.
"Gue gak butuh air mata lo! Yang gue mau sekarang lo pergi dari sini atau lo mati di tangan gue!!!" Ia menyayat leherku yang membuat darah segar mengalir.
"Ka-kasik g-gue waktu gue ja-janji ka-kalok uang gue u-udah cukup gue bakal pergi dari si-sini," pintaku dengan suara parau.
Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku memandangnya dengan penuh harap, berharap sosok itu mau mengubah pikirannya. Sosok itu lalu terdiam cukup lama mmembuat perasaanku semakin tidak karuan.
"Ok, gue kasik lo waktu 6 bulan, tapi kalok sampai dalam waktu 6 bulan lo gak pergi dari sini, gue gak segan-segan bakal bunuh lo!" ucapnya setelah sekian lama diam.
Aku hanya menganggukan kepala sebagai tanda setuju. Seketika pisau yang berada di leherku jatuh ke lantai bersamaan dengan itu sosok itu ikut menghilang entah kemana. Kakiku melemas tak mampu menopang berat badanku perlahan tubuhku merosot sampai akhirnya aku terduduk dengan kepala menyender di dinding, aku menatap nanar sebilah pisau yang tergeletak di lantai.
Cukup lama aku termenung di sana sampai akhirnya aku tersadar dan memutuskan untuk membereskan semua kekacauan tadi, setelah itu aku mandi. Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku lihat pantulan diriku di dalam cermin dan terlihat bekas sayatan terpampang jelas di pipi dan leherku dengan bekas memar yang hampir memudar. Karena tidak memiliki kotak P3K, aku memutuskan untuk keluar membelinya sekalian membeli bahan makanan. sebelum aku pergi aku melihat sosok itu tengah duduk di atas sofa sambil menatap ke arah luar.
"Gue pergi dulu," pamitku.
"Pergi, pergi aja gak usah laporan ke gue, sekalian aja gak usah balik lagi!" ucapnya ketus tanpa menoleh menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Ghost
FantasyLea Anasthasia adalah seorang gadis yang memiliki sebuah kemampuan spesial yaitu mampu melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa. Namun, hal itu membuat ibunya sangat membenci dirinya. Dua tahun yang lalu, sebuah insiden kecelakaan...