1. Hantu Misterius

97 23 33
                                        

Aku lirik arloji hitam yang melingkar manis di pergelangan tangan kiriku, terlihat jam sudah menunjukkan pukul 06.45 pagi. Aku pun langsung menambahkan kecepatan lariku. Beberapa saat kemudian akhirnya terlihat gerbang SMA Mentari.

"LEA CEPETAN!!" teriak seorang gadis dari depan gerbang yang kuyakini adalah Anisa, sahabatku.

Aku pun bergegas berlari ke arahnya. Saat tengah berlari aku tidak sengaja berkontak mata dengan seorang wanita yang tengah berdiri di seberang jalan. Wanita itu tersenyum ke arahku, aku pun reflek membalas senyumanya, tapi perlahan cairan merah kental mulai mengalir dari kepalanya  membasahi wajah putih pucatnya.

Ck, kenapa harus sekarang, sih?!

Tanpa berpikir panjang aku bergegas berlari menuju sekolah, tapi tiba-tiba wanita itu sudah berada tepat di depanku dengan wajahnya yang hancur berada tepat di depan mataku, sontak aku berteriak sambil menutup wajahku dengan kedua tangan. Seketika kakiku terasa sangat lemas dan jantungku berdetak tidak karuan. Wanita itu tertawa sangat keras dan mengerikan seolah mengejekku.

Aku terus memejamkan kedua mata, sedangkan wanita itu terus saja tertawa dan berteriak tanpa henti di telingaku. Tubuhku bergetar sangat hebat karena ketakutan, sayup-sayup aku dapat mendengar teriakan Anisa yang memintaku untuk bergegas.

Gue harus berani! gue gak boleh terus takut kayak gini, batinku mencoba menyemangati diri sendiri.

Setelah mengumpulkan seluruh keberanian tanpa pikir panjang, aku pun berlari menembus wanita itu dan pergi menuju sekolah.

"Lo kenapa tiba - tiba berhenti dan teriak kayak gitu, sih? seluruh siswa liatin lo tadi," omel Anisa.

"G-gak kenapa kok. Yuk, cepet kita ke kelas," ucapku.

Kami berdua pun berjalan beririgan menuju kelas. Sesampainya di dalam kelas, kami pun duduk di kursi kami. Aku dan Anisa adalah teman sebangku.

"Lea jujur sama gue sebenernya tadi itu lo kenapa?!" tanya Anisa setelah duduk.

"G-gak kenapa kok," jawabku sembari memalingkan wajah ke arah lain.

"Tuh kan, lo bohong sama gue. Ada apa, sih?! Lea kita tu udah temenan dari kecil, ya, dan gue udah hapal semua gerak gerik lo kalau lo lagi bohong," ucap Anisa sambil menangkup wajahku agar mau melihatnya.

"Ck, iya gue cerita." membenarkan posisi dudukku. "Jadi, tadi tu gu-"

Belum selesai aku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Anisa, aku tiba-tiba melihat sebuah bayangan yang berada di belakang Anisa. "Nis, Nis i-tu i-t–"

"Itu apa sih?! kalok ngomong yang bener dong!" ujar Anisa dengan kesal.

"S-sini deh kuping lo gue bisikin," Aku menarik tangan Anisa agar mau mendekat.

Dengan kesal Anisa mendekatkan tubuhnya ke arahku. Aku pun menberi tahu bahwa sekarang ada sebuah penampakan di belakangnya, penampakan itu adalah penampakan perempuan yang tadi aku lihat. Seketika wajah Anisa memucat dan badannya bergetar.

"Lo s-serius?" tanyanya masih tidak percaya.

"Kapan, sih, gue bohong soal beginian?" balasku.

Keringat dingin mulai membasahi tengkuk dan wajahku. Perlahan hantu itu mulai mendekatiku dengan suara tawanya yang mengerikan, aku langsung menundukan kepala agar tak berkontak mata dengannya.

Duh ... pergi dong! gak usah ganggu gue lagi, batinku.

Beberapa saat kemudian aku tidak lagi mendengar suara tawanya. Aku memberanikan diriku untuk mengangkat kepala dan melihat kearah Anisa dan ternyata hantu itu sudah pergi, akhirnya aku bisa bernafas lega.

Oh My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang