2. Gangguan

60 19 23
                                        

"Le-lepasin ... m-mau apa lo?!" Aku berusaha untuk melepaskan diri dari cengkramannya.

Sosok itu menyeringai. "Tentu saja akan membunuh lo karena lo udah berani mengganggu gue!"

Seketika bulu kudukku berdiri perasaan takut mulai menyelimuti pikiranku. Semakin lama cengkraman di leherku semakin kuat membuatku semakin sulit bernafas. Dengan sekuat tenaga aku berusaha melepaskan jeratan tanggannya di leherku sambil berusaha untuk merapalkan beberapa doa-doa yang aku tau. Namun, apa daya hantu itu sangat kuat, seberapa keras pun aku mencoba tetap saja hantu itu tidak melepaskan cengkramannya.

Sosok itu lalu menyeringai. "Percuma! Jangan samakan gue dengan makhluk lemah seperti mereka! Lo gak bakal bisa lepas dari gue dengan mudah!"

"Akh, ka-kalok itu mau l-lo, bu-bunuh aja g-ue sek-sekarang!"

Setelah kupikir untuk apa juga aku hidup bahkan ibuku sendiri sudah tidak perduli lagi denganku. Memikirkan fakta itu membuat hatiku semakin perih tanpa aku sadari air mata mulai mengalir membasahi pipiku. Perlahan aku semakin kehilangan kesadaran. Namun, sebelum seluruh kesadaranku menghilang sosok itu melepaskan cengkramannya yang membuatku sontak terbatuk.

"Gue lepasin lo malam ini, tapi kalok sampai besok lo gak pergi, gue gak bakal segan-segan bunuh lo!" ancamnya lalu menghilang.

Aku masih terbatuk di atas tempat tidur dengan air mata yang mulai mengalir deras membasahi pipiku.

_______

Matahari menampakan dirinya menyambut hari baru yang entah akan lebih baik atau lebih buruk dari hari kemarin yang pasti kita hanya harus terus menjalani hidup ini. Perlahan aku membuka kedua mataku yang terasa berat, kuedarkan pandanganku keseluruh ruangan, sepi tak ada siapa pun. Setelah menangis sejadi-jadinya semalam tanpa sadar aku tertidur dan sekarang kepalaku terasa sakit. Setelah seluruh kesadaranku kembali, aku memutuskan untuk pergi menuju kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.

Setibanya di kamar mandi, aku terkejut melihat pantulan diriku di cermin. Rambutku sangat berantakan, bahkan kedua mataku bengkak ditambah terdapat memar di leherku tentu saja itu bekas hasil perbuatan sosok itu.

Bagaimana aku harus menutupi memar ini?

Setelah berpikir cukup lama akhirnya aku memutuskan menggunakan syal untuk menutupi bekas memar itu.

____________

Di perjalanan menuju sekolah, aku terus memikirkan bagaimana cara menjelaskan kondisiku ke Anisa. Ia pasti akan marah besar kalau mengetahui semua ini.

"Huftt ... kepalaku sakit."

"Woy, Lea," panggil seseorang sontak aku menolehkan kepalaku ternyata orang itu adalah Kevin.

"Se-sejak kapan lo disini?!" tanyaku yang masih terkejut.

"Udah dari tadi, lo aja yang gak sadar. Tapi, kenapa lo ada di daerah rumah gue?"

Mampus ternyata ini daerah rumahnya Kevin, kalok sampai seluruh siswa ngeliat gue jalan bareng Kevin tamat sudah riwayat gue.

"Woy, ditanyak kok malah bengong," ucap Kevin yang membuyarkan lamunanku.

"I-itu gue baru pindah ke daerah ini kemarin," ucapku gugup.

"Oh ... kalok gitu kita bisa sering berangkat bareng dong," ucap Kevin dengan santai, aku hanya tersenyum canggung menanggapi perkataannya.

Baru pertama kali ini aku berbicara santai dengannya walaupun kita sudah satu kelas semenjak di kelas satu, tapi aku memilih untuk tidak terlalu dekat dengan Kevin karena tidak ingin membuat masalah dengan para fans nya.

Oh My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang