reality

654 73 6
                                    


"Jangan Egois, yang ingin dia bukan kamu aja'

.
.


"Bunda, hari ini Jevan pulang ya?” pinta seorang anak laki-laki dengan kaos oblong kuning dengan perpaduan celana boxer basket itu.

Bunda Wendy yang mendengar itupun mengernyit dengan permintaan putra tunggalnya, pasalnya sahabat dari anaknya itu biasa singgah dirumahnya walaupun hanya untuk menumpang tidur. “loh kenapa? Ano ngapain kamu van,” Tanya bunda balik kepada laki-laki yang berada disebelah Jeano.

“Jevan ada urusan bun, Mama minta Jevan buat nginep dirumah dulu,” kekeh Jevan tak enak,

Mendengar itu bunda mengangguk dan membasuh tangannya, “yaudah bunda ijinin, tapi kalau acaranya udah selesai balik keasal lagi ya van,” pinta bunda yang justru membuat Jeano mengernyit heran, “yang anak bunda aku apa Jevan sih?” renggutnya membuat Jevan dengan reflek mencubit pipi gembil Jeano dihadapan bunda.

“Kak, ada bunda ih,” renggut Jeano karena tindakan reflek yang diberikan Jevan untuknya. “Ya emang kenapa? Ngga apa-apa kan bun?” bukan membalas pertanyaan Jevan, bunda malah tertawa gemas kemudian melenggang menuju kamar utama keluarga Jeano.

“Kakak mau kita ketahuan? ,” rupanya belum selesai rajuknya kepada Jevan.

“Bagus dong, kakak gak perlu susah-susah minta restunya,” gurau Jevan membuat lelaki eye smile itu menggerang tertahan. “Bunda taunya kita sahabatan aja kalau kakak lupa. Bahkan mama Irene berencana bakal jodohin kakak sama kak Khatrin nantinya.”

Tubuh kurusnya perlahan melemas bersandar dengan sofa setelah mendengar penuturan dari lelaki disampingnya yang berstatus kekasihnya itu.

“Gak usah dibahas dek,” pinta yang lebih tua membuat Jeano menundukkan kepalanya dalam, tangannya bertaut seperti berdoa berharap agar kisah mereka tidak berhenti begitu saja.

“tapi kak Khatrin juga cantik”

“kak Khatrin juga pandai menyanyi,” racau Jeano membuat mata coklat gelap itu menutup sebentar, seolah kata-kata itu merupakan sindiran keras untuknya.

“K-kak Kathr-“ ucapannya terpotong kala tangan yang semula bertaut kini tergantikan dengan kokoh milik Jevan membuat Jeano gugup sendiri dibuatnya.

Perasaannya kalut, takut,
iya, Jeano takut. Takut apa yang semalam Jevan katakan terjadi walau sebenarnya akan terjadi.

Tentang dimana Jeano harus menerima kenyataan pahit untuk yang kedua kalinya, adalah ketika dimana melihat kekasih yang dia sayangi lusa akan melaksanakan pertunangan dengan kaka tirinya sendiri, Khatrin.

Takdir yang harus yang dia terima untuk kedua kalinya,
Namun apa yang bisa dia perbuat? Ini juga demi kebahagiaan sang kakak yang Jeano saja belum tentu bisa memberikan kebahagiaan yang serupa atau bahkan lebih.

… hening

Namun jari dan perasaan mereka saling bertaut,
keduanya kalut, baik Jevan maupun Jeano tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, usaha Jevan untuk menjelaskan ke mama Irene tentang masalah pertunangannya dibatalkan bdengan alasan Jevan masih enggan untuk menjalin hubungan dulu pun gagal.

“Udah ngga usah dipikirin,” ucap Jevan, bahkan ibu jarinya turut mengusap tangan sang kekasih dengan tujuan untuk menenangkannya agar perasaan Jeano juga kembali tenang. “kakak akan coba cari jalan keluarnya ya,” lanjut Jevan membuat Jeano menganggukan kepalanya.

“Yaudah kakak berangkat sana, nanti Ano kabarin lagi,” pinta Jeano tak ingin kekasihnya terlambat karena urusannya dengan mama Irene sangatlah penting dan genting.

Langkah Jevan berat ketika matanya tak sengaja menatap wajah Jeano sekilas sedang merapikan penampilannya, “Kakak sayang kamu Ano,” ucap Jevan sambil mengecup dahi Jeano lama membuat darah  sang lawan mendesir hebat.

“Ano tau,” hanya itu yang mampu Jeano ungkapkan, rasanya lidah kecil nya kelu untuk mengungkapkan segala kesah dihatinya itu.

“Kalau bobo, minyak telonnya kakak taruh laci bawah kasur. Jangan lupa buat pakai autan sebelum bobo.”

“iya kakkkk, Ano ngerti,” Kekeh Jeano skarena perlakuan possesiv nya Jevan kepadanya.

Sebelum scopy itu melaju meninggalkan rumah besar itu, si empu kembali membuka helm cargloss abunya, “jangan lupa cuci kaki sama muka, kalau bobo ac nya 25 aja jangan gede-gede.”

“hahaha, iya iya komandan,” tawa Jeano melihat kelakuan absurd kekasihnya itu.


Selepas motor scoopy itu melaju benar-benar pergi meninggalkan rumahnya, Jeano hendak berbalik dengan menemukan bundanya yang tengah membawa beberapa tanaman bonsai dari dalam rumah.

“Bunda harap, apa yang dikatakan Kathrin tentang alasannya bahwa dia gak mau tunangan sama Jevan adalah karena kamu. salah,” setelah mengatakan itu bunda kembali masuk kedalam rumah meninggalkan Jeano yang menunduk menahan tangis akan kepahitan takdirnya kini.


“Jeano cuma ngga mau sampai kak Jevan ngasih minyak telon ke orang lain bunda..”

Jeano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang