Bagian 1

64 42 28
                                    

Matanya bertatapan langsung dengan manik cantik di hadapannya yg kini terlihat angkuh, menatap dengan tatapan marah bercampur kesal karena hal yg menurutku kurang masuk akal

Pupil matanya sedikit bergetar akibat khawatir berlebih, mungkin lebih tepatnya perasaan takut untuk kehilangan

"Hey... Gege bukannya tidak percaya dengan sua, hanya_"

"Hanya apa, ge? Sudah berapa kali gege seperti ini??!"

Intonasi suaranya meninggi menandakan emosinya benar benar tidak terkendali
Sementara pria di hadapannya masih diam dengan tatapan sulit di artikan, alasan sebesar apa lantas membuat wanita di hadapannya begitu marah seperti yg di lihatnya sekarang

"Sua tidak mengenal hyungseung, dia bukan orang baik"

"What the hell, ge... Lalu di dunia ini hanya gege saja orang baik, begitu?" tanyanya dengan nada meremehkan lengkap dengan tawa di sela kalimat

"Bukan begitu! Hanya saja_"

"Sudahlah, ge... Aku benar benar sudah lelah menjadi tawananmu. Aku tunanganmu... Atau hanya seorang tawanan? Aku juga ingin bebas berteman dengan siapapun, gege benar benar membuatku muak" lanjutnya dengan tawa di akhir

"Bebe... Hyunseung itu bukan teman_"

Pandangannya berubah panik bercampur tidak percaya saat benda melingkar cantik itu di lempar begitu saja oleh wanita di hadapannya ke sembarang arah

"Oh my god, what are you doing??"

Pria itu sibuk mencari benda yg baru saja di buang oleh wanita yg di panggilnya sua, menunduk ke bawah meja dan mengedarkan matanya berharap cincin tunangannya segera tertangkap oleh indra penglihatannya

Suara tawa pelan tersaring oleh pendengaran nya tidak begitu ia hiraukan, ia masih sibuk dengan tujuan awalnya untuk menemukan cincinnya

"Sudahlah, ge... Tidak perlu di cari" ujar wanita itu seketika membuatnya mendongak

"Gege pasti tau maksudku kan?"

Tatapannya bertemu dengan manik mata di hadapannya, ia sedikit mendongak untuk menatap pria yg posisinya lebih tinggi darinya
Lagi lagi tawa pelan lolos dari bibir tipisnya yg terlihat bergetar. Mungkin saja bukan hal yg mudah untuk wanita itu mengambil keputusan?

"What are you talking about? Apa hubungan kita se tidak berharga itu?" tanya pria itu dengan suara lirih

Tatapan matanya melemah, mencapai titik terendahnya di balik sosok kekar yg sering di sebut menyeramkan seorang Zhou Xiaochen dengan tatapan menusuk

Wanita cantik di hadapannya hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun seolah tanpa iba melihat tatapannya

"Gege pikir... Hubungan kita sudah se penting itu untuk sua. Hanya gege saja yg berpikir begitu?"

"Kenapa gege egois?..."

"Gege khawatir"

"No... Gege egois"

Senyap untuk beberapa saat, keduanya hanya saling menyelami tatapan masing masing. Berusaha mencari kalimat yg mungkin saja terlontar meskipun terlalu rumit

"Gege... G.gege minta maaf, gege minta maaf, iya gege egois, But, hey, jangan asal bicara seperti ini. Gege minta maaf, you know i just have you in my life. Don't leave me, don't leave me"

Tangannya di tepis begitu saja oleh wanita di hadapannya membuatnya sedikit terkejut, dadanya berdetak berkali lipat lebih cepat
Paranoia menjadi satu satunya alasan perasaan campur aduk yg membuat denyut nadi nya yg bekerja tidak normal saat ini

Di tatapnya manik gusar pria di hadapannya, tangan pria itu bahkan terlihat gemetar melayang tepat di hadapannya berusaha menahan diri untuk tidak menyentuhnya

Seperti yg di ketahuinya, pria itu akan sangat khawatir jika harus membuatnya semakin marah

"Aku ingin pulang, ge"

"Bebe..."

"Biarkan aku menenangkan diri beberapa hari, aku butuh waktu" ujarnya dengan intonasi pelan

Sangat pelan, nyaris tidak terdengar jika saja telinga pria itu tidak cukup jeli

Kepalanya menunduk mendengar suara helaan nafas yg terdengar lebih berat dari biasanya lengkap dengan gestur tubuh pria di hadapannya yg terlihat gusar

"Biar gege yg keluar, sua disini"

"Aku ingin pulang"

Pandangannya kembali mendongak memberanikan diri untuk menatap mata Husky pria di hadapannya yg masih terlihat bergetar, jujur saia ia merasa bersalah

Pria itu kembali menghela nafas berat, menoleh ke sembarang arah mencoba menyembunyikan matanya yg terlihat berkaca kaca

"Baiklah... Gege antar, okay"

"Biarkan aku sendiri, ge... Aku butuh waktu sendiri"

Lagi lagi tatapan mereka bertemu, ia berusaha membuat dirinya se tenang mungkin menahan amarah serta rasa bersalahnya
Entahlah, rasanya terlalu campur aduk jika harus di jelaskan dengan kata kata

"Berjanjilah untuk kembali, atau setidaknya hubungi gege sesekali..." pinta pria itu lirih

Pria itu masih diam di hadapannya menunggu jawaban yg sebenarnya tidak berniat ia jawab sama sekali

Tatapan terluka terlukis jelas di sana saat manik matanya melihat punggung wanita yg baru saja berbalik dari hadapannya

Kakinya seolah terpaku, rasanya terlalu berat untuk mengejar langkah wanita itu yg sekarang sudah menghilang di balik pintu

My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang