"DILBEEEERRTT.... KAMU DIMANA NAAAKK..??!!"
Riana, ibu Dilbert berteriak kalap mencari-cari anaknya yang hilang di tengah hutan terlarang, yang sangat berbahaya dan gelap. Disampingnya sudah ada dua polisi wanita yang menahan tubuhnya agar tidak berontak dan nekad lari masuk kedalam hutan terlarang yang sangat berbahaya. Dan satu orang polisi lagi dengan teliti menyorot ke setiap penjuru hutan dengan senter besarnya. Satu anjing pelacak berusaha mengendus-endus aroma Dilbert, kemudian anjing itu berusaha berlari kedalam hutan.
Seorang polisi yang tadi yang menyoroti sekitar hutan dengan senter mulai melangkahkan kakinya masuk ke area hutan terlarang. Dengan hati-hati polisi itu menyusuri setiap jalan hutan, berkali-kali berusaha menghindari perangkap berduri yang hampir merobek kakinya.
Setelah sampai di tengah hutan, polisi itu menutup hidungnya rapat-rapat. Polisi itu menyenter setubuh mayat yang sudah membusuk dan berbelatung. Di sampingnya ada Dilbert yang sedang memejamkan mata di samping mayat busuk itu.
Polisi itu melihat secarik kertas yang bertuliskan*Liana & Dilbert. Sahabat selamanya*.
Kemudian polisi itu mengamati baik-baik jasad Liana. Kemudian membuka buku catatan daftar anak hilang.
"Liana"
terpampang foto seorang anak gadis kecil yang sama persis seperti mayat yang sedang tersandar di hadapannya.
"Liana.. akhirnya kami menemukan mu". Gumam polisi itu, tangannya langsung mengambil sebuah monitor, menghubungi polisi lainnya untuk mengevakuasi mayat Liana.
Polisi tadi menggendong tubuh Dilbert, dan membawanya keluar area hutan terlarang.
"Terimakasih nak, kau telah sangat membantu kami menemukan jasad Liana".Beberapa menit kemudian dua orang polisi yang lainnya datang untuk membungkus dan membawa jasad Liana. Menghubungi kedua orangtuanya bahwa jasad anaknya yang selama ini hilang kini telah ditemukan.
"Dilbeertt..Ya Tuhan, kau baik-baik saja naakk??". Ibu Dilbert tampak masih gemetar saat memeluk anaknya.
Air matanya tak henti-hentinya mengalir. Bibirnya terus menggumamkan ucapan syukur.
"Eugh.. ibuu.. Liana dimana ibuu??". Erang Dilbert sambil berusaha membuka kedua kelopak matanya.
"...Liana sekarang sudah pulang sayang.. Liana sudah menemukan tempat untuknya beristirahat dengan tenang..". Jawab ibu Dilbert sambil semakin erat memeluk tubuh anaknya..
Sesaat wajah Dilbert tertegun, kemudian perlahan bibirnya tersenyum, Dilbert kembali memejamkan matanya dan memeluk tubuh ibunya erat.
"Ibu.. Dilbert senang pernah menjadi teman Liana sebelum Liana benar-benar pulang". Ucap Dilbert sambil mengeratkan pelukan pada ibunya."Iya sayang.. ibu minta maaf karena sebelumnya tidak mempercayaimu". Ibu Dilbert mengecup lembut puncak kepala putra satu-satunya itu. Lalu membawanya pulang setelah semua urusannya dengan polisi selesai.
[] [] []
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUND ME
Contocerita ini terinspirasi dari sebuah cuplikan animasi yang saya temukan di situs video YouTube