Imaginary Friend

8 1 0
                                    

"Dilbert... Pagi-pagi seperti ini mau kemana sayang..?".

Seru Riana, yang tak lain adalah ibu Dilbert, ketika melihat Dilbert yang langsung berlari keluar sambil membawa ember labunya setelah selesai sarapan. Dilbert berhenti berlari dan berbalik menghadap ibunya 

"Dilbert mau menemui Liana, Buu".  "Boleh kan??".

Ucap Dilbert dengan wajah memohon.
Riana mengangguk, mengiyakan
Dilbert berlari menuju taman, tempat pertamakali ia bertemu dan mulai berteman dengan Liana..

                                              [] [] []

"Hey, Liana...!".

Sapa Dilbert dengan keras dari kejauhan Kepada Liana yang sedang duduk di bangku taman ujung,
Liana hanya menggerakkan kepalanya kesamping, melihat Dilbert dengan tatapan kosongnya

"Kau sudah sarapan ??".

Tanya Dilbert setelah duduk di sebelahnya.
Liana menggeleng

"Apa kau tidak lapar ??"

Liana kembali menggeleng. Kemudian ia menatap mata Dilbert dalam dalam.

"Ah, aku punya dua permen, kau mau satu?"

Dilbert menyodorkan satu permen di tangannya. Liana menatap sejenak permen di tangan Dilbert. Kemudian mengambil dan memakannya

Setiap dibalik bungkus permennya selalu ada tulisan yang berisi beberapa patah kata. Dilbert melihat tulisan di bungkus permen yang barusan di makan Liana

*Kamu menemukan ku*  

  
wajah polos Dilbert sedikit terlihat kebingungan setelah melihat tulisan itu. Kemudian Dilbert melihat tulisan di dalam bungkus permennya

  
*Jangan pedulikan dokter gigi. Aku enak*

Dilbert tertawa setelah melihat tulisan dibalik bungkus permennya
Liana hanya tersenyum melihat Dilbert yang sedang tertawa.

"Liana, ayo kita berkeliling mengumpulkan permen, kulihat ember labu mu dari kemarin masih kosong"

Ucap Dilbert sambil menarik lengan Liana.  Liana hanya diam saat dirinya ditarik oleh Dilbert.

                                           ~~~

"Tok tok tok...!". 

    Dua anak kecil itu mengetuk satu persatu pintu rumah tetangganya
   
Pintu terbuka, Dilbert menyodorkan ember labunya kepada si pemilik rumah yang barusan membukakan pintu, Mengisyaratkan kalau Dilbert meminta beberapa permen untuk mengisi ember labunya.

Pemilik rumah itu mengisi ember labu Dilbert dengan setangkup permen. Tapi pemilik rumah itu tidak memberikannya kepada Liana
    
Setelah mengucapkan terimakasih, pemilik rumah itu kembali menutup pintunya. Dilbert memandang Liana. Kemudian matanya turun ke ember labu yang dibawa Liana, lalu Dilbert memberikan sebagian permennya yang barusan ia dapatkan.
Liana memandang Dilbert, kemudian tersenyum.

"Terimakasih".  Dilbert tersenyum lebar kemudian menarik lengan Liana sambil berlari lari kerumah selanjutnya..

Langit kian terik, menunjukkan kalau hari sudah siang. Permen pun sudah memenuhi masing masing ember labu kedua anak kecil itu.
  
Karena hari semakin panas. Mereka berdua pun duduk di bawah sebuah pohon besar yang rindang.

" Hhhh... hari ini lumayan melelahkan ya..".  Ucap Dilbert sambil mengipasi wajahnya dengan sehelai daun besar yang jatuh.

"Tapi aku puas. Hari ini kita mendapatkan banyak permen. Kan Liana?" Dilbert memandang Liana yang sedang tersenyum tipis menatapnya.

"O iya, omong-omong, kenapa mereka tidak memberimu permen ya? Bahkan mereka tidak melihat kearah mu". Gumam Dilbert sambil satu tangannya memegangi dagu. Seperti sedang berpikir

"Aku memang tidak terlihat, Dilbert". Sahut Liana sambil tersenyum.

"Hmm?? Hahahahah..." Dilbert tertawa menanggapi ucapan Liana

"Lalu kenapa aku bisa melihatmu..???. Fufufu.. kau ini lucu sekali".
Liana hanya diam, namun bibirnya masih menyunggingkan senyuman tipis.

"Ah.. sudah jam berapa ini.. ke rumah ku yuk, karena hari semakin siang, ku rasa meminum jus sambil bermain monopoli akan menyenangkan"

Saran Dilbert sambil berdiri merapikan bajunya yang sedikit kusut sehabis duduk di bawah pohon tadi.

"Liana hanya mengangguk setuju". Kemudian ikut berdiri lalu mengikuti Dilbert yang memandunya berjalan kearah rumahnya.

                                             [] [] []

FOUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang