Kita semua pasti pernah mengalami peristiwa-peristiwa buruk yang sering diidentikkan dengan frasa kegagalan. Mungkin saja saat ini, anda baru saja gagal dalam suatu hal seperti bisnis, cinta, pendidikan dan pelbagai hal lainnya. Bahkan bisa saja seluruh hidup kita dipenuhi dengan kegagalan yang membuat kita merasa takut untuk mengambil suatu pilihan dalam hidup. Ketakutan ini kemudian mengubah diri kita menjadi pribadi yang insecure. Inilah yang dinamakan ‘lingkaran setan’ kegagalan.
Aneh rasanya bila ada sebagian orang yang malah mengambil langkah konyol dengan mempersalahkan orang lain ataupun dirinya sendiri atas kegagalan yang diterima. Kemarahan, kekecewaan, dan frustrasi berkepanjangan akibat kegagalan hanya akan membuat seseorang semakin tenggelam dalam kubangan penderitaan. Lantas, yang menjadi pertanyaannya ialah bagaimana kita harus menyikapi kegagalan-kegagalan tersebut?
Mengubah Mindset
Saat ini hampir semua orang sepakat bahwa frasa kegagalan merupakan salah satu ungkapan yang memiliki makna dan dampak negatif bagi kehidupan seseorang. Orang yang gagal bahkan diidentikkan dengan kelemahan dan ketidakmampuan diri dalam suatu hal atau bidang tertentu. Inilah letak kesalahan sistem berpikir manusia yang terlalu canggih. Kita terlalu mendambakan kesuksesan sehingga kita lupa bahwa dalam setiap kesuksesan ada pelbagai kegagalan yang harus diterima dan dipelajari. Kita membuat suatu tembok pemisah yang besar antara kegagalan dan kesuksesan. Padahal keduanya adalah realitas yang tak terpisahkan.
Konon dikisahkan bahwa Thomas A. Edison (penemu bola lampu) gagal 1.000 kali sebelum berhasil menemukan bola lampu. Bilangan 1.000 bukanlah angka yang kecil dalam suatu eksperimen. Namun berbeda dengan mentalitas masyarakat zaman ini, Thomas A. Edison tidak melihat 1.000 kali percobaan sebelumnya sebagai kegagalan. Justru 1.000 eksperimen yang dilakukannya merupakan keberhasilannya dalam menemukan 1.000 cara yang tidak boleh ditempunya lagi dalam percobaan selanjutnya. Ia mengetahui bahwa ada 1.000 cara yang tidak dapat digunakan untuk membuat bola lampu. Untuk itu tidak ada satupun kegagalan dalam eksperimen Thomas A. Edison. Ia melihat 1.000 percobaan yang pernah dilakukakannya sebagai keberhasilan-keberhasilan kecil yang akan mengantarkannya pada suatu keberhasilan yang lebih besar.
Pada sisi yang lebih ekstrem, kita dapat melihat bagaimana seorang Soichiro Honda (pendiri perusahaan otomotif Jepang, Honda) mendefinisikan tentang “kesuksesan sebagai 99% kegagalan”. Mungkin pernyataan Soichiro Honda terkesan terlalu berlebihan namun itulah kenyataannya. Untuk membuktikannya, kita dapat mencermati kisah Bill Gates pendiri perusahaan softwere Microsoft yang harus dikeluarkan (drop out) dari Harvard University sebelum berhasil membangun Microsoft. Ada juga Albert Einstein salah seorang ilmuan jenius yang pernah ada dalam sejarah dunia. Ia tidak dapat berbicara sampai umur 4 tahun. Kemampuan membacanya juga baru didapatkan pada usia 7 tahun. Bahkan ia sempat dikeluarkan dari sekolah. Sampai pada tahap ini kita dapat menyebut mereka sebagai ‘produk gagal’. Akan tetapi saat ini siapa yang tidak kenal dengan Microsoftnya Gates teori relativitas Einstein. Lalu, apa yang membedakan kita dengan mereka?
Mentalitas. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa peristiwa-peristiwa yang sering kita identikkan dengan frasa kegagalan terkadang terasa menyakitkan dan menyesakkan. Hal ini membuat kita seolah ingin lari dari padanya. Bahkan ada yang sampai menghalalkan pelbagai cara demi menghilangkan kegagalan dalam hidup. Itulah mentalitas buruk yang harus dibuang. Penolakan akan pengalaman buruk dan rasa sakit menjadi kelemahan kita bila dibangingkan dengan orang-orang sukses tadi. Mereka tidak pernah menolak pengalaman-pengalaman buruk yang kita sebut sebagai ‘kegagalan’. Mereka justru menerimanya sebagai pelajaran berharga untuk menggapai keberhasilan yang lebih besar.
Ada istilah yang mengatakan demikian “seseorang hanya dapat menikmati bagaimana rasanya kenyang apabila ia sudah pernah merasakan rasa lapar”. Kiranya filosofi ini juga berlaku bagi mereka yang mendambakan kesuksesan. Untuk dapat menikmati indahnya kesusksesan, kita harus mencicipi pahitnya kegagalan. Tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan. Keberhasilan hanyalah setitik emas yang terletak di puncak gunung kegagalan. Maka jika ingin kesuksesan menghampiri hidupmu, carilah kegagalan sebanyak-banyaknya. Ada baiknya bila kita merayakan kesuksesan namun lebih penting lagi bila kita mengabil pelajaran dari kegagalan karena dari sanalah akan datang pelbagai kesuksesan berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUNTASTIC MINDSET
No FicciónFuntastic Mindset adalah karya pertamaku yang memuat petualangan nalar dalam mencari kebenaran tentang kehidupan. Kebaruan konsep mengenai perempuan, cinta, dan kehidupan merupakan tema unik yang selalu menarik untuk diulas. Interpretasi yang mendal...