Kami pindah ke florida waktu libur natal. Seminggu kemudian, untuk pertama kalinya kudengar lolongan lolongan mengerikan dari rawa rawa dekat rumahku.
Selama bermalam malam lolongan lolongan itu membuatku terduduk di tempat tidur. Aku menahan nafas dan memeluk tubuh mungilku supaya tidak gemeteran. Kutekuk lututku sejajar dengan badanku.
Kupandangi bulan purnama seputih kapur di luar jendela kamarku. Dan lagi lagi, aku mendengar suara itu. Suara lolongan yang tak kuketahui sumbernya.
Makhluk macam apa yang melolong seperti itu? Tanyaku dalam hati. Dan seberapa dekatkah dia? Mengapa kedengarannya makhluk itu sangat dekat dengan rumahku?
Lolongannya naik-turun seperti suara sirene mobil polisi. Tidak sedih ataupun meratap. Nadanya mengancam.
Marah.
Menurutku terdengarseperti peringatan. Jauhi rawa-rawa ini. Tempatmu bukan disini.
Waktu semula pindah ke florida, ke rumah baru yang letaknya di tepi rawa, aku tidak sabar ingin menjelajah. Aku berdiri di halaman belakang sambil memegang teropong hadiah ulang tahunku yang ke-13 dari dad dan menatap ke arah rawa.
Pepohonan berbatang putih langsing saling bersentuhan. Daun daunnya yang lebar dan rata seperti membentuk atap, menaungi tanah rawa dengan bayangan biru.
Di belakangku, kijang kijang bergerak-gerak gelisah di kandang kawat mereka. Aku bisa mendengar mereka menginjak injak tanah yang lembut dan berpasir, menggosok-gosok tanduk mereka ke dinding kandang.
Kuturunkan teropongku dan berbalik menatap mereka. Kijang kijang itulah yang menyebabkan kami pindah ke florida.
Tahu tidak, ayahku, Alexander Mozave. Tucker, seorang ilmuwan. Beliau bekerja untuk universitas vermont di burlington, yang letaknya sangat jauh dari rawa Florida!
Dad mendapat keenam kijang ini dari sebuah negara Amerika Selatan. Mereka disebut kijang rawa. Mereka tidak seperti kijang biasa. Maksudku, mereka tidak terlihat seperti bambi. Misalnya saja, bulu mereka sangat merah, bukan cokelat. Kukunya besar sekali serta agak berselaput. Kurasa untuk berjalan di tanah dan berawa
Dad ingin tahu apakah kijang-kijang rawa Amerika Selatan ini bisa bertahan hidup di Florida. Beliau merencanakan akan memasang pemancar radio kecil di tubuh mereka dan melepaskan mereka ke rawa. Lalu dad akan mempelajari bagaimana mereka hidup.
Waktu di Burlington Dad memberitahu bahwa kami akan pindah ke Florida karena kijang kijang itu, kami semua jadi kacau bukan main. Kami tidak mau pindah.
Kakakku Elsa, menangis berhari hari. Usiannya 17 tahun, dan dia tidak mau melewatkan tahun seniornya di SMA. Aku juga tidak mau meninggalkan teman temanku.
Tapi tak lama kemudian mom sudah berpihak pada dad. Mom juga ilmuwan. Mereka sering bekerja sama mengerjakan proyek. Jadi tentu saja mom setuju dengan ide dad.
Mereka berdua berusaha membujuk kak Elsa dan diriku dengan mengatakan ini kesempatan sekali seumur hidup, pasti sangat mengasyikkan. Petualangan yang tak akan terlupakan.
Jadilah kami disini, tinggal dirumah putih kecil, bertetangga dengan tiga atau empat lima buah rumah putih lainnya. Dan dibelakang rumah kami ada kandang cukup besar untuk menampung enam ekor kijang. Matahari Florida yang panas bersinar cerah. Dan rawa tak berujung terhampar tak jauh dari halaman belakang rumah kami yang datar dan berumput.
Aku membelakangi kijang lagi dan memandang dari teropong. “oh,” seruku ketika ada sepasang mata kelam tampak seperti membalas tatapanku. Kujauhkan teropong dan kupicingkan mataku. Tak jauh dari tempatku berdiri, kulihat ada seekor burung putih berdiri diatas dua kaki yang panjang dan kurus.
“itu burung bangau,” kata Elsa. Aku tidak mengetahui kapan ia datang. Ia mengenakan kaos putih tanpa lengan dan celana pendek diatas lutut warna merah. Kakaku mempunyai postur tubuh yang tinggi dan kurus. Rambutnya yang blonde membuatnya semakin terlihat sempurna.
Burung itu berbalik dan berlari ke arah rawa dengan langkah tinggi-tinggi.
“ayo kita ikuti” kataku. Sebenarnya aku penasaran kemana burung itu akan pergi.
Elsa mencibir sambil ngedumel yang tidak jelas. Bahkan aku yang ada disebelahnya tidak tau apa yang dia bicarakan. Semenjak pindah kemari dia sering sekali mencibir dang ngedumel. “tidak mau panas”
“ah, ayolah” kutarik tangannya yang kurus.
“ayo menjelajah, melihat rawa rawa” ia menggeleng, rambut blonde yang ia kuncir bergoyang ke kanan dan ke kiri. “aku tidak mau, Glady” dibetulkannya kacamatanya yang sempat melorot akibat kelakuannya itu. “aku sedang menunggu pesan”
“menunggu pesan dari Mario?” tanyaku menyeringai. Ia sebal kalau ku goda soal Mario, pacarnya di burlington dulu.
“mungkin,” katanya. Diulurkannya kedua tangan-nya dan diacak-acaknya rambutku yang sudah kutata serapi mungkin. Ia tahu kalau aku tidak suka dengan rambut yang berantakan apalagi rambutku sendiri.
“ya?” kataku memelas. “ayolah, Elsa. Cuma jalan jalan sebentar. Sangat sebentar”
“Elsa, jalan-jalanlah sebentar dengan Glady,” kata dad tiba tiba. Kami berbalik dan melihatnya ada di dalam kandang kijang. Dad memegang papan catatan dan mendekati kijang-kijang itu satu per satu, sambil mencatat. ”pergilah” desaknya.
“kau toh sedang tidak melakukan apa-apa”
“tapi, dad....” Elsa paling pintar merengek kalau ada maunya.
“perilah El” kata dad “pasti menarik. Lebih menarik daripada panas panas berdebat dengan adikmu.”
Elsa membetulkan lagi kacamatanya yang melorot terus. “yah....”
“asyik!” teriakku. Aku sennag sekali. Aku belum pernah pergi ke rawa sungguhan. “ayo kita perg!” kusambar dan kuseret tangan kakakku.
Dengan segan segan Elsa ikut, wajahnya cemberut. “perasaanku tidak enak” gumamnya.
Bayanganku tampak condong di belakangku. Aku bergegas berjalan menuju pepohonan yang rendah dan miring itu. “Elsa, bisa ada masalah apa sih?” tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
goosebumps-Werewolf (k_k1)
WerewolfSesuatu yang mengerikan terjadi pada rawa Oxder. Sesuatu yang benar benar menakutkan. Mulanya terdengar lolongan aneh di malam hari. Lalu seekor bangkai kelinci ditemukan hancur terkoyak. Semua mengira biang keladinya adalah anjing baru Glady, yang...