"Dimaaaaaaaaaaaaaaaaaasss!"
Teriak seorang gadis dari jarak yang tidak terlalu jauh yang sudah dipastikan Dimas mengenal teriakan itu. Dimas pun menghentikan sepeda yang belum lama dikayuhnya dan berbalik dengan gerakan malas."Apa sih pake teriak-teriak, Ra? Kan gue gak budek! " Tegas Dimas pada Hara yang baru tiba di hadapannya dengan nafas sengal.
"Iyah sih! Tapi lo tuh pikun" Jawab Hara yang kesal.
"Pikun??? Perasaan gak ada yang gue lupa deh!" Bingung Dimas yang masih terlihat ngantuk.
"Oh gitu...??? Ya udah! Gue duluan!" Tegas Hara yang keliatan sangat kesal dengan Dimas lalu meninggalkan Dimas sendirian.
"Ra! Tunggu, Ra! Jangan pergi kayak gitu dong, Ra! Gue salah apa? Lo jelasin dulu dong!" Pinta Dimas mengejar Hara yang jalannya cepat namun masih bisa dikejar oleh Dimas dengan sepedanya.
Hara pun berhenti dan memalingkan wajahnya ke Dimas dengan mata yang berkaca-kaca.
"Gue kesel sama lo!" Tangis Hara pecah dan mendorong bahu Dimas.Setelah berpikir sejenak Dimas membuang sepedanya dan segera menarik Hara dalam pelukannya dan membuat Hara terdiam.
"Ra, gue minta maaf yah!" Kata Dimas langsung saat memeluk Hara.
"Lo kan udah bilang semalem... Kalau kita bakalan ke sekolahnya bareng... Gue takut ke sekolah kalau gak ada lo... Apalagi hari ini hari pertama!" Tegas Hara masih dalam pelukan Dimas.
"Gue gak lupa kok, Ra!"
"Terus kenapa mau berangkat duluan?" Hara melepas pelukannya.
"Heheheee... Tadi sempet gak sengaja lupa doang kok!"
"Apa??? Berarti emang lupa!"
"Tapi kan gak sengaja, Ra! Tadi tuh pusing banget soalnya!"
"Pusing??? Emang habis ngapain? Gak sarapan lagi yah? Lo tuh harus mikirin kesehatan juga kali!"
"Hmmm... Ra, lo itu gak boleh kayak gini terus... Lo harus hilangin sifat lo yang cengeng... Gue mau Hara itu jadi orang yang kuat... Gue gak mau orang lain ngeremehin lo karena sifat lo ini!" Dimas mengalihkan pembicaraan.
"Udah deh ceramahnya! Lo jahat banget sih ngomongnya pagi-pagi gini! Gue kan kayak gini cuma sama lo! Sama orang lain kan enggak! Lagian lo juga jahatin gue sih!" Hara membela diri.
"Tapi gue mau lo........"
"Stop! Sekarang lo ikut gue sarapan!" Potong Hara yang menutup mulut Dimas yang masih berbicara dan menarik tangannya pergi.
Hara menarik Dimas menuju kursi taman yang ada di komplek perumahan mereka yang sudah menjadi langganan sejak mereka masih SD.
"Nih, makan dulu!" Hara memberikan kotak makanannya pada Dimas.
"Aduh, Hara! Bentar lagi kita masuk loh, Ra! Makannya nanti aja!"
"Itu gak penting yah sekarang! Sekarang itu lo harus ngisi perut lo dulu! Gue gak mau denger alasan apapun! Lo harus nurut apa kata gue, itu pun kalau lo mau dimaafin... Tadi gue belum maafin lo kan... " Tegas Hara memaksa Dimas memakan roti sandwich di kotak makanannya.
Tanpa berkata apapun Dimas memakan roti itu. Hara tersenyum puas melihat Dimas memakannya. Tak butuh waktu lama Dimas menghabiskan dua roti yang ada di kotak makanan Hara.
"Nah! Gitu dong! Nih, minum!" Hara memberikan botol air minumnya.
Dimas meminum air dari Hara lalu melanjutkan berbicara.
"Sekarang gue udah makan, udah minum juga. Jadi, sekarang kita harus cepet ke sekolah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARA
RandomSetelah memastikan Dimas benar-benar menghilang dari apartemen yang sudah mereka tinggali beberapa bulan, Hara pun memutuskan melepas sepatu kaca merah mudanya itu. Sekarang Hara mengambang di udara. Saat Dimas meninggalkannya sendirian di apartemen...