Sudah seminggu Dimas terbaring di rumah sakit. Seminggu pula dia tak melihat Hara. Dimas merasa kehilangan Hara saat ini. Kehilangan sosok teman hidupnya yang selalu menemani hari-harinya. Namun kali ini dia tak pernah melihat Hara. Dimas bertanya-tanya kenapa Hara tidak pernah menjenguknya saat dia sedang sakit seperti ini. Ada kekecewaan dalam hati Dimas pada Hara yang seakan tidak memperdulikannya saat ini. Tapi Dimas berusaha berpikir positif bahwa Hara memang benar-benar berhalangan untuk bisa melihat keadaannya, memberinya semangat, menghidupkan rasa optimisnya untuk bisa segera pulih dari sakitnya ini. Namun itu tidaklah muda dilakukannya. Dimas memang sedang dalam keadaan yang cukup parah saat ini.
Waktu itu ketika Dimas tersadar dari komanya di tiga hari pertama di rumah sakit dan mulai mengetahui Hara yang tidak pernah menjenguknya.
"Ma... Mama..." Panggil Dimas lemah pada Diana.Diana masih tertidur dan belum mendengarkan suara Dimas. Sampai akhirnya Tio yang merupakan papa dari Dimas memasuki ruangan di mana Dimas dirawat saat ini.
"Dimas! Kamu sudah sadar, Nak? Alhamdulilah... " Tio begitu senangnya hingga mengeluarkan suara yang cukup besar dan membuat Diana yang sedari tadi terlelap di sebelah Dimas akhirnya terbangun."Apa? Dimas sadar? Dimaaaaaaasss... Mama kangen, Dimas! Mama gak tau kalau sampai waktu itu kamu........" Diana yang kaget langsung mengecek Dimas yang benar-benar sudah sadar dan langsung memeluk anaknya itu yang dalam posisi terbaring. Diana pun tak sanggup menahan air matanya.
"Sudah, Ma! Jangan berkata seperti itu... Dimas sudah sangat beruntung waktu itu. Dan kamu jangan memeluknya seperti itu! Dimas masih lemah, Ma!" Tio memperingati Diana istrinya itu.
Diana pun melepaskan pelukannya pada Dimas yang memang begitu erat yang membuat Dimas sulit bernapas.
"Iya, Pa! Tapi kan mama benar-benar khawatir waktu itu... Mama beneran takut, Pa!" Diana pun tak berhenti dengan tangisannya.Tio langsung menghampiri istrinya itu dan memberinya sebuah pelukan. Tio tau kalau istrinya ini sangatlah menyayangi anaknya dan Tio mengerti istrinya ini masih menyimpan sifat cengengnya.
"Sudah, Ma! Masa mama cengeng di depan Dimas kayak gini? Dimas juga baru sadar dari komanya kan, Ma? Mama harus tegar dan semangat... Biar Dimas juga cepat pulih... Ayo, Ma! Semangat dong!"Diana langsung mengiyakan dan melepas pelukannya dari Tio dan kembali fokus pada Dimas. Dimas dari tadi hanya diam melihat Diana dan Tio yang sedang berbicara. Dimas juga belum bisa berbicara terlalu banyak karena masih begitu lemah.
"Dimas, cepet sembuh yah sayang... Mama yakin kamu anak yang kuat!"
"Ma... Hara... Hara mana, Ma?" Tanya Dimas dengan susah payah.
Pertanyaan Dimas dengan suara yang begitu lemah membuat Diana dan Tio hanya diam saling menatap dan tak menjawab apapun.
"Ma... Pa... Apa Hara pernah dateng ke sini?" Lanjut Dimas bertanya.
"Nggak, Dimas! Hara itu... "
Jawaban dari papa Dimas yang belum selesai itu langsung dipotong oleh Dimas.
"Pa, Dimas gak mau denger! Gak usah dilanjutin!" Masih terdengar begitu lemah."Tapi Dimas... "
Diana memberikan kode pada Tio untuk tidak melanjutkan omongannya yang membuat Tio mengerti dan menuruti begitu saja perintah istrinya itu."Pa, Dimas baru sadar dari komanya 3 hari ini... Kita harus buat Dimas gak tegang dan selalu rileks selama keadaannya belum pulih... Dan Dimas juga baru sadar... Kita harus memberikan waktu lebih banyak buat Dimas istirahat" Diana menjelaskan pada Tio yang sebenarnya mengalihkan omongan Tio yang ingin mengungkapkan sesuatu tapi Diana rasa belum saatnya Dimas tahu.
"Iyah, Ma! Kamu bener... "
"Ya udah, sekarang mending papa panggil dokter buat ngecek kondisi Dimas!" Perintah Diana yang baru tersadar untuk memanggil dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARA
RandomSetelah memastikan Dimas benar-benar menghilang dari apartemen yang sudah mereka tinggali beberapa bulan, Hara pun memutuskan melepas sepatu kaca merah mudanya itu. Sekarang Hara mengambang di udara. Saat Dimas meninggalkannya sendirian di apartemen...